Dunia ini dipenuhi oleh hamparan hijau yang membentang luas, dari padang sabana yang gersang di Afrika hingga pekarangan yang terawat rapi di perkotaan modern. Hamparan yang berumput ini, entah itu alami atau buatan, memegang peranan krusial dalam menopang kehidupan di planet kita. Lebih dari sekadar pemandangan yang menenangkan mata, area berumput adalah jantung dari berbagai ekosistem, penyedia pangan, regulator iklim, dan rumah bagi keanekaragaman hayati yang tak terhingga.
Ketika kita berbicara tentang area berumput, pikiran kita mungkin langsung tertuju pada padang rumput yang luas. Namun, konsep ini jauh lebih inklusif. Ia mencakup berbagai jenis vegetasi di mana rumput (famili Poaceae) adalah elemen dominan. Dari tundra beku di kutub yang menampilkan rumput-rumput kerdil, hingga savana tropis yang dihiasi akasia, setiap bentangan berumput memiliki ciri khasnya sendiri yang dibentuk oleh iklim, jenis tanah, dan aktivitas biologis.
Definisi dan Lingkup Area Berumput
Secara umum, area berumput merujuk pada ekosistem terestrial yang didominasi oleh spesies rumput, dengan sedikit atau tanpa pohon dan semak belukar. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor seperti curah hujan yang tidak cukup untuk mendukung hutan lebat, kondisi tanah, kebakaran alami, dan aktivitas hewan herbivora yang menjaga pertumbuhan vegetasi kayu. Dalam skala yang lebih kecil, istilah ini juga digunakan untuk area yang sengaja ditanami rumput oleh manusia, seperti lapangan golf, taman kota, atau halaman rumah.
Jenis-jenis Area Berumput di Dunia
- Padang Rumput Beriklim Sedang (Temperate Grasslands): Ditemukan di benua-benua seperti Amerika Utara (prairie), Eurasia (steppa), dan Amerika Selatan (pampas). Ditandai dengan musim panas yang panas dan musim dingin yang dingin, serta curah hujan sedang yang mendukung pertumbuhan rumput tinggi dan rendah. Tanah di sini seringkali sangat subur.
- Savana Tropis dan Subtropis: Tersebar luas di Afrika, sebagian besar Amerika Selatan, dan Australia. Savana memiliki musim hujan dan kemarau yang jelas, dengan suhu yang relatif tinggi sepanjang tahun. Selain rumput tinggi, savana juga sering memiliki pohon-pohon yang tersebar jarang seperti akasia atau baobab, yang tahan terhadap kekeringan dan api.
- Steppa: Mirip dengan padang rumput beriklim sedang tetapi dengan curah hujan yang lebih rendah, menghasilkan rumput yang lebih pendek dan vegetasi yang lebih jarang. Ditemukan di wilayah pedalaman benua seperti Asia Tengah dan sebagian Eropa Timur.
- Tundra: Walaupun sering dikaitkan dengan lumut dan liken, tundra Arktik dan Alpen juga memiliki spesies rumput yang beradaptasi dengan kondisi dingin ekstrem, tanah beku (permafrost), dan musim tanam yang sangat pendek.
- Rawa Rumput (Marshlands): Ekosistem basah yang didominasi oleh rumput air dan vegetasi herba lainnya. Penting untuk penyaringan air dan sebagai habitat bagi satwa liar.
- Padang Ilalang/Alang-alang: Jenis area berumput yang seringkali merupakan hasil degradasi hutan atau lahan pertanian yang ditinggalkan di daerah tropis, didominasi oleh spesies rumput invasif seperti Imperata cylindrica.
- Pekarangan dan Lapangan Olahraga: Area berumput buatan manusia yang dirancang untuk tujuan estetika, rekreasi, atau olahraga. Membutuhkan perawatan intensif.
Peran Ekologis Area Berumput
Area berumput adalah pilar fundamental bagi keberlanjutan ekologi global. Kontribusinya mencakup berbagai aspek vital:
1. Produsen Primer dan Jaring Makanan
Rumput adalah produsen primer utama di banyak ekosistem, mengubah energi matahari menjadi biomassa melalui fotosintesis. Energi ini kemudian menjadi dasar bagi jaring makanan yang kompleks. Herbivora, mulai dari serangga kecil hingga mamalia besar seperti bison, zebra, gajah, dan antelop, bergantung langsung pada rumput sebagai sumber makanan mereka. Kehadiran herbivora ini kemudian menopang populasi karnivora, menciptakan keseimbangan ekologis yang dinamis. Tanpa rumput, rantai makanan ini akan runtuh.
2. Habitat Keanekaragaman Hayati
Meskipun terlihat homogen, padang berumput adalah rumah bagi keanekaragaman hayati yang menakjubkan. Berbagai spesies tumbuhan (termasuk bunga liar, herba, dan legum), serangga, burung, reptil, amfibi, dan mamalia hidup, berkembang biak, dan mencari makan di sini. Burung-burung padang rumput, misalnya, telah mengembangkan adaptasi unik untuk bersarang dan mencari makan di antara rerumputan. Serangga seperti belalang, jangkrik, dan kupu-kupu juga merupakan komponen penting, berperan dalam penyerbukan dan dekomposisi. Ekosistem ini juga penting sebagai koridor migrasi bagi banyak spesies hewan.
3. Penyerapan Karbon dan Regulasi Iklim
Sistem perakaran rumput yang padat dan ekstensif memainkan peran penting dalam menyimpan karbon di dalam tanah. Proses ini, yang dikenal sebagai penyerapan karbon, membantu mengurangi jumlah karbon dioksida (CO2) di atmosfer, salah satu gas rumah kaca utama penyebab perubahan iklim. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa padang rumput dapat menyimpan karbon dalam jumlah yang sebanding, bahkan terkadang lebih besar, daripada hutan per satuan luas, terutama di bawah tanah. Oleh karena itu, menjaga kesehatan padang berumput adalah strategi penting dalam mitigasi perubahan iklim.
4. Pencegahan Erosi Tanah
Akar rumput membentuk jaring yang kuat dan padat di dalam tanah, mengikat partikel tanah dan mencegahnya terbawa oleh angin atau air. Ini sangat penting di daerah dengan kemiringan, curah hujan tinggi, atau angin kencang. Area berumput yang sehat dapat secara signifikan mengurangi erosi tanah, menjaga kesuburan lahan, dan mencegah sedimentasi di sungai dan badan air lainnya. Kemampuan ini sangat berharga dalam menjaga kualitas air dan mencegah bencana alam seperti tanah longsor.
5. Siklus Air dan Kualitas Air
Padang berumput berperan dalam siklus air dengan menyerap air hujan, mengurangai aliran permukaan, dan mengisi kembali akuifer bawah tanah. Vegetasi rumput bertindak sebagai filter alami, menyaring polutan dan sedimen dari air hujan sebelum meresap ke dalam tanah atau mengalir ke sungai. Ini membantu menjaga kualitas air dan mencegah pencemaran sumber daya air. Selain itu, transpirasi dari rumput juga berkontribusi pada kelembaban atmosfer dan pembentukan awan.
Manfaat Area Berumput bagi Manusia
Sejak awal peradaban, manusia telah berinteraksi erat dengan lingkungan berumput, memanfaatkannya untuk berbagai keperluan:
1. Pertanian dan Peternakan
Mayoritas lahan pertanian dan peternakan di dunia adalah area berumput atau diubah dari padang rumput alami. Rumput adalah pakan utama bagi ternak seperti sapi, domba, kambing, dan kuda, yang menyediakan daging, susu, wol, dan tenaga kerja. Tanaman sereal seperti gandum, jagung, padi, dan jelai, yang merupakan makanan pokok bagi miliaran manusia, juga termasuk dalam famili rumput (Poaceae). Pengelolaan padang rumput yang baik sangat penting untuk ketahanan pangan global.
2. Rekreasi dan Estetika
Taman kota yang berumput, lapangan sepak bola, lapangan golf, dan area rekreasi lainnya menyediakan ruang hijau yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat urban. Area-area ini mendukung aktivitas fisik, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan mental. Keindahan padang rumput yang terawat atau savana alami juga merupakan daya tarik wisata yang signifikan, seperti Serengeti di Tanzania atau taman nasional di Amerika Serikat.
3. Bahan Bangunan dan Industri
Beberapa jenis rumput, seperti bambu (yang secara botani adalah rumput raksasa), digunakan sebagai bahan bangunan, furnitur, dan berbagai produk industri lainnya. Rumput jerami telah digunakan selama berabad-abad sebagai atap (thatching) di beberapa wilayah, serta sebagai bahan pengemas atau pakan ternak kering.
4. Pengelolaan Air Hujan dan Pengendalian Suhu Urban
Di lingkungan perkotaan, area berumput, termasuk atap hijau, dapat membantu menyerap air hujan, mengurangi beban pada sistem drainase, dan mencegah banjir. Permukaan berumput juga memiliki efek pendinginan melalui evaporasi dan naungan, membantu mengurangi efek "pulau panas" perkotaan dan menjaga suhu lingkungan tetap nyaman.
5. Penelitian dan Inovasi
Area berumput menyediakan laboratorium hidup bagi para ilmuwan untuk mempelajari ekologi, botani, zoologi, dan ilmu lingkungan. Penelitian tentang rumput terus berlanjut, dari pengembangan varietas rumput yang lebih tahan penyakit dan kekeringan, hingga pemanfaatan rumput sebagai sumber bioenergi atau bioplastik.
Ancaman dan Tantangan bagi Ekosistem Berumput
Meskipun vital, ekosistem berumput menghadapi berbagai ancaman serius akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim:
1. Konversi Lahan
Padang rumput alami seringkali diubah menjadi lahan pertanian, perkebunan, atau area perkotaan. Di Amerika Utara, sebagian besar prairie telah hilang akibat konversi untuk pertanian. Demikian pula di savana Afrika, ekspansi pertanian dan permukiman mengancam habitat satwa liar dan keanekaragaman hayati.
2. Perubahan Iklim
Perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kekeringan atau banjir, dan kenaikan suhu dapat mengubah komposisi spesies rumput, mengurangi produktivitas, dan mempercepat degradasi tanah di padang rumput. Kebakaran hutan dan lahan yang lebih sering dan intens juga menjadi ancaman besar.
3. Overgrazing (Penggembalaan Berlebihan)
Jika jumlah ternak terlalu banyak atau penggembalaan tidak dikelola dengan baik, rumput tidak memiliki cukup waktu untuk pulih. Ini dapat menyebabkan degradasi vegetasi, erosi tanah, dan penurunan keanekaragaman hayati. Overgrazing adalah masalah serius di banyak padang rumput semi-kering di dunia.
4. Invasi Spesies Asing
Spesies rumput invasif atau gulma asing dapat mengungguli spesies rumput asli, mengubah struktur ekosistem, mengurangi ketersediaan pakan bagi satwa liar lokal, dan meningkatkan risiko kebakaran.
5. Fragmentasi Habitat
Pembangunan infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, dan permukiman dapat memecah padang rumput menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil. Fragmentasi ini mengganggu pergerakan hewan, mengurangi ukuran populasi, dan menurunkan ketahanan ekosistem.
Upaya Konservasi dan Pengelolaan Berkelanjutan
Mengingat pentingnya ekosistem berumput, upaya konservasi dan pengelolaan berkelanjutan menjadi sangat mendesak:
1. Perlindungan Kawasan Konservasi
Penetapan dan pengelolaan taman nasional, cagar alam, dan kawasan konservasi lainnya adalah kunci untuk melindungi padang rumput alami yang tersisa dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Ini termasuk melindungi spesies endemik dan migratori yang bergantung pada habitat ini.
2. Restorasi Padang Rumput
Di daerah yang telah terdegradasi, proyek restorasi padang rumput bertujuan untuk mengembalikan vegetasi asli, meningkatkan kesehatan tanah, dan mengembalikan fungsi ekologis. Ini seringkali melibatkan penanaman kembali spesies rumput asli, pengendalian spesies invasif, dan pengelolaan penggembalaan.
3. Pengelolaan Penggembalaan yang Berkelanjutan
Praktik penggembalaan rotasi, pengaturan kepadatan ternak, dan pengembangan pakan alternatif dapat membantu menjaga kesehatan padang rumput sambil tetap mendukung produksi ternak. Model agropastoralisme yang mengintegrasikan pertanian dan penggembalaan secara harmonis juga menjadi solusi.
4. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Pengelolaan kebakaran yang terencana, termasuk kebakaran terkendali (prescribed burns), dapat meniru proses alami yang membantu menjaga kesehatan beberapa ekosistem padang rumput dan mencegah akumulasi bahan bakar yang dapat menyebabkan kebakaran besar tak terkendali.
5. Penelitian dan Pendidikan
Penelitian terus-menerus tentang ekologi padang rumput, adaptasi spesies, dan dampak perubahan iklim sangat penting. Pendidikan publik tentang nilai padang rumput dan pentingnya konservasi juga krusial untuk membangun kesadaran dan dukungan.
Keanekaragaman Biologis di Ekosistem Berumput
Mari kita selami lebih dalam keajaiban keanekaragaman hayati yang tersembunyi di dalam hamparan berumput. Sekilas, padang rumput mungkin terlihat monoton, tetapi sebenarnya adalah mosaik kehidupan yang kompleks, di mana setiap spesies memiliki peran penting.
Mikroorganisme Tanah
Jauh di bawah permukaan, tanah di area berumput adalah dunia yang sibuk. Bakteri, jamur, nematoda, dan protozoa bekerja tanpa henti. Mereka mendekomposisi bahan organik, mendaur ulang nutrisi, dan membentuk struktur tanah. Interaksi antara akar rumput dan mikroba tanah, seperti mikoriza, sangat penting untuk penyerapan nutrisi oleh tumbuhan dan ketahanan ekosistem terhadap stres lingkungan. Mikroorganisme ini adalah fondasi yang tak terlihat namun esensial bagi kesuburan tanah dan kesehatan rumput.
Invertebrata
Serangga dan invertebrata lain adalah penghuni paling melimpah di ekosistem berumput. Belalang, jangkrik, kupu-kupu, kumbang, laba-laba, semut, dan cacing tanah mengisi setiap relung. Mereka berperan sebagai penyerbuk, dekomposer, predator, dan herbivora. Misalnya, belalang memakan rumput, sementara laba-laba dan serangga predator lainnya membantu mengendalikan populasi serangga herbivora. Cacing tanah memperbaiki aerasi dan drainase tanah, serta memperkaya bahan organik. Keanekaragaman serangga ini seringkali menjadi indikator kesehatan ekosistem.
Tumbuhan Non-Rumput (Forbs)
Selain rumput, banyak bunga liar (forbs) yang tumbuh di padang rumput, menambah keindahan dan keanekaragaman. Mereka menyediakan sumber nektar dan serbuk sari bagi penyerbuk, serta pakan tambahan bagi herbivora. Spesies seperti coneflower, milkweed, dan lupin tidak hanya mempercantik pemandangan tetapi juga berkontribusi pada kesehatan tanah dan keanekaragaman serangga. Kehadiran forbs yang bervariasi sering menjadi tanda padang rumput yang sehat dan tidak terganggu.
Burung
Padang berumput adalah rumah dan tempat mencari makan bagi berbagai spesies burung. Burung padang rumput seperti lark, pipit, dan beberapa jenis burung hantu beradaptasi untuk hidup di antara rerumputan. Mereka bersarang di tanah atau di semak-semak rendah, dan memakan serangga, biji-bijian, atau hewan pengerat kecil. Burung migran juga sering menggunakan padang rumput sebagai tempat singgah penting selama perjalanan mereka.
Mamalia Kecil dan Besar
Mamalia kecil seperti tikus, mencit, tupai tanah, dan kelinci seringkali menggali liang di padang rumput, menciptakan habitat bawah tanah yang kompleks dan membantu aerasi tanah. Mamalia yang lebih besar, seperti rusa, antelop, zebra, bison, dan kanguru, adalah herbivora dominan yang membentuk struktur vegetasi melalui penggembalaan mereka. Di savana Afrika, karnivora besar seperti singa, cheetah, dan hyena bergantung pada mamalia herbivora ini. Interaksi predator-mangsa ini adalah bagian integral dari dinamika ekosistem berumput.
Adaptasi Rumput terhadap Lingkungan
Rumput adalah salah satu kelompok tumbuhan paling sukses di planet ini, mampu mendominasi berbagai lingkungan, dari gurun hingga dataran tinggi. Keberhasilan ini adalah hasil dari adaptasi yang luar biasa:
Sistem Perakaran yang Kuat
Mayoritas rumput memiliki sistem akar serabut yang luas dan padat. Ini memungkinkan mereka untuk menyerap air dan nutrisi dari area yang luas di dalam tanah dan juga memberikan jangkar yang kuat, mencegah erosi. Banyak spesies rumput memiliki rhizoma (batang bawah tanah) atau stolon (batang menjalar di permukaan) yang memungkinkan mereka menyebar secara vegetatif dan cepat pulih setelah kerusakan.
Titik Tumbuh di Bawah Tanah
Tidak seperti kebanyakan tumbuhan yang memiliki titik tumbuh di ujung batang, titik tumbuh utama rumput seringkali terletak di dekat atau di bawah permukaan tanah. Adaptasi ini sangat penting karena melindungi rumput dari kerusakan akibat penggembalaan, kebakaran, atau pemotongan. Setelah bagian atas dimakan atau terbakar, rumput dapat dengan cepat menumbuhkan kembali daun baru dari titik tumbuh yang terlindungi ini.
Fleksibilitas Fotosintesis (C3 dan C4)
Rumput menunjukkan berbagai strategi fotosintesis. Spesies C3 lebih efisien di iklim sedang dan lembab, sementara spesies C4 (seperti jagung, tebu, dan banyak rumput savana) lebih efisien di suhu tinggi dan kondisi kering, mampu menghemat air. Keanekaragaman ini memungkinkan rumput untuk beradaptasi dengan berbagai zona iklim di seluruh dunia.
Reproduksi Cepat
Selain reproduksi vegetatif, rumput juga menghasilkan biji dalam jumlah besar. Biji-biji ini seringkali ringan, mudah tersebar oleh angin atau hewan, dan dapat bertahan dalam kondisi dorman yang lama, menunggu kondisi yang optimal untuk berkecambah. Ini memungkinkan rumput untuk dengan cepat menjajah area baru atau pulih setelah gangguan.
Toleransi terhadap Kekeringan dan Kebakaran
Banyak rumput telah mengembangkan adaptasi untuk bertahan hidup di kondisi kering, seperti daun yang menggulung untuk mengurangi transpirasi atau kemampuan untuk memasuki kondisi dormansi selama periode kekeringan. Selain itu, banyak spesies rumput tahan api; meskipun bagian atasnya terbakar, sistem akar dan titik tumbuh bawah tanahnya tetap hidup, memungkinkan rumput untuk pulih dengan cepat setelah kebakaran alami yang sering terjadi di padang rumput.
Area Berumput dalam Budaya dan Sejarah Manusia
Sejak zaman prasejarah, hamparan berumput telah membentuk peradaban dan budaya manusia dalam berbagai cara yang mendalam:
1. Asal Mula Pertanian
Revolusi Neolitikum, yang menandai transisi manusia dari pemburu-pengumpul menjadi petani menetap, sebagian besar didorong oleh domestikasi rumput-rumputan liar. Gandum, jelai, padi, dan jagung, semuanya adalah anggota famili Poaceae, menjadi tanaman pokok yang memberi makan populasi yang terus bertambah. Penemuan cara menanam dan memanen biji-bijian ini di padang rumput subur di Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent) dan lembah-lembah sungai Asia menjadi fondasi masyarakat modern.
2. Peradaban Nomaden dan Pastoral
Bagi banyak peradaban kuno, terutama di Asia Tengah dan Eurasia, padang rumput atau steppa adalah jantung kehidupan mereka. Bangsa-bangsa nomaden seperti Mongol dan Hun mengandalkan kuda dan ternak mereka yang merumput di padang rumput yang luas. Gaya hidup ini membentuk struktur sosial, strategi militer, dan filosofi mereka, menekankan kebebasan, ketahanan, dan hubungan mendalam dengan alam.
3. Simbolisme dan Seni
Rumput, dalam kesederhanaannya, seringkali menjadi simbol yang kuat dalam seni, sastra, dan filosofi. Ia melambangkan kerendahan hati, ketahanan, pertumbuhan, kesuburan, dan siklus kehidupan. Puisi "Song of Myself" karya Walt Whitman, misalnya, menggunakan rumput sebagai metafora untuk demokrasi, universalitas, dan kehidupan itu sendiri. Dalam seni visual, lukisan lanskap sering menampilkan hamparan berumput untuk menyampaikan ketenangan atau keagungan alam.
4. Penggunaan Tradisional Lain
Selain sebagai pakan ternak dan tanaman pangan, rumput juga memiliki berbagai penggunaan tradisional. Daun rumput tertentu digunakan untuk membuat tikar, keranjang, atau bahkan sebagai bahan atap rumah. Beberapa jenis rumput memiliki khasiat obat tradisional, sementara yang lain digunakan dalam ritual atau upacara adat.
Masa Depan Ekosistem Berumput
Dengan perubahan iklim global dan tekanan populasi manusia yang terus meningkat, masa depan ekosistem berumput berada di persimpangan jalan. Namun, ada potensi besar untuk inovasi dan solusi yang dapat memastikan keberlanjutan mereka.
1. Bioenergi dan Biomaterial
Rumput memiliki potensi besar sebagai sumber bioenergi terbarukan. Beberapa jenis rumput, seperti switchgrass dan miscanthus, dapat ditanam secara berkelanjutan untuk menghasilkan biomassa yang dapat diubah menjadi etanol, biogas, atau listrik. Selain itu, selulosa dari rumput dapat digunakan untuk memproduksi biomaterial ramah lingkungan sebagai alternatif plastik dan bahan bangunan konvensional.
2. Pertanian Regeneratif
Pendekatan pertanian regeneratif berfokus pada peningkatan kesehatan tanah, keanekaragaman hayati, dan ketahanan ekosistem. Ini seringkali melibatkan praktik seperti penggembalaan terpadu, penanaman penutup tanah (cover crops) yang berumput, dan pengurangan olah tanah. Praktik-praktik ini dapat meningkatkan kapasitas penyerapan karbon tanah, mengurangi erosi, dan memperbaiki siklus nutrisi.
3. Teknologi Pemantauan dan Konservasi
Teknologi seperti penginderaan jauh (remote sensing) dan GIS (Sistem Informasi Geografis) memungkinkan pemantauan kesehatan padang rumput secara luas dan identifikasi area yang rentan. Data ini dapat membantu dalam perencanaan konservasi dan pengelolaan yang lebih efektif. Teknologi DNA dan bioteknologi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan melestarikan keanekaragaman genetik spesies rumput yang penting.
4. Kebijakan dan Kolaborasi Internasional
Perlindungan padang rumput memerlukan kebijakan yang kuat di tingkat nasional dan internasional, serta kolaborasi antarnegara. Perjanjian dan inisiatif internasional yang berfokus pada konservasi lahan kering, keanekaragaman hayati, dan mitigasi perubahan iklim dapat memberikan kerangka kerja untuk upaya yang lebih terkoordinasi.
Kesimpulan
Dari mikroskopis hingga makroskopis, dari kutub hingga khatulistiwa, area berumput adalah sebuah keajaiban biologis dan ekologis yang tak ternilai. Ia adalah detak jantung planet kita, memompa kehidupan ke dalam jaring makanan, menyaring udara dan air, menopang keanekaragaman hayati, dan menyimpan karbon vital. Lebih dari sekadar latar belakang hijau dalam lanskap, setiap helai rumput adalah saksi bisu dari jutaan tahun evolusi, adaptasi, dan interaksi kompleks.
Pemahaman kita tentang padang berumput harus melampaui sekadar mengagumi keindahannya. Kita harus mengakui perannya yang tak tergantikan dalam menjaga keseimbangan ekologis global dan ketahanan manusia. Ancaman yang dihadapinya, mulai dari perubahan iklim hingga konversi lahan, menuntut perhatian dan tindakan segera. Dengan konservasi yang bijaksana, pengelolaan yang berkelanjutan, dan inovasi yang berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa warisan hijau ini akan terus berkembang dan menopang kehidupan di Bumi untuk generasi mendatang. Mari kita hargai dan lindungi hamparan berumput yang menjadi fondasi keberadaan kita.