Bidur (Urtikaria): Panduan Lengkap Penyebab, Gejala, & Pengobatan Efektif

Pengantar: Mengenal Lebih Dekat Bidur (Urtikaria)

Bidur, atau yang dalam istilah medis dikenal sebagai urtikaria, adalah kondisi kulit yang sangat umum dan dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Kondisi ini ditandai dengan munculnya ruam kulit berupa bentol-bentol kemerahan yang terasa sangat gatal, terkadang juga disertai sensasi panas atau perih. Meskipun seringkali dianggap sepele, bidur dapat sangat mengganggu kualitas hidup seseorang, terutama jika muncul secara berulang atau kronis.

Artikel ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam dunia bidur, mulai dari definisi dasar, bagaimana kondisi ini terjadi di dalam tubuh, berbagai jenisnya, hingga pemicu-pemicu umum yang seringkali luput dari perhatian. Kami juga akan membahas secara komprehensif mengenai metode diagnosis yang akurat, pilihan pengobatan medis terkini, serta strategi penanganan mandiri dan perubahan gaya hidup yang dapat membantu meredakan gejala dan mencegah kekambuhan. Tujuan kami adalah memberikan panduan lengkap yang mudah dipahami, sehingga Anda memiliki pemahaman yang kuat untuk mengelola bidur secara efektif dan meningkatkan kenyamanan hidup Anda.

Penting untuk diingat bahwa setiap kasus bidur dapat bervariasi, dan informasi dalam artikel ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan kondisi Anda dengan dokter atau ahli dermatologi untuk diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat.

1. Memahami Dasar-dasar Bidur (Urtikaria)

1.1 Apa Itu Bidur? Definisi Medis dan Awam

Secara harfiah, bidur atau urtikaria adalah reaksi kulit yang ditandai dengan munculnya bentol atau plak (dalam bahasa Inggris disebut wheals atau hives) yang berwarna kemerahan atau pucat, menonjol di permukaan kulit, dan terasa sangat gatal. Bentol-bentol ini bisa berukuran sangat kecil seperti gigitan nyamuk, hingga berukuran besar yang menyatu membentuk plak lebar. Ciri khas lain dari bentol bidur adalah sifatnya yang "transien", artinya bisa muncul dan menghilang dalam beberapa jam (biasanya kurang dari 24 jam) di satu area, lalu muncul kembali di area kulit lain.

Mekanisme utama di balik bidur adalah pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya dari sel-sel khusus di kulit yang disebut sel mast. Histamin inilah yang menyebabkan pembuluh darah kecil di bawah kulit melebar (vasodilatasi) dan menjadi lebih permeabel, sehingga cairan plasma merembes keluar ke jaringan sekitarnya. Ini yang menyebabkan pembengkakan dan kemerahan. Selain itu, histamin juga merangsang saraf-saraf sensorik di kulit, yang mengakibatkan sensasi gatal yang intens.

Bidur bukanlah penyakit menular dan bukan pula tanda kebersihan yang buruk. Ini adalah respons sistem imun tubuh terhadap pemicu tertentu, meskipun pada banyak kasus pemicunya sulit diidentifikasi.

1.2 Bagaimana Bidur Terjadi? Mekanisme Patofisiologi

Patofisiologi urtikaria adalah proses yang kompleks, namun inti dari reaksinya adalah aktivasi sel mast. Sel mast adalah sel imun yang kaya akan butiran-butiran (granula) yang mengandung berbagai mediator kimia, termasuk histamin, heparin, leukotrien, dan sitokin. Ketika sel mast teraktivasi, granula ini akan melepaskan isinya ke lingkungan sekitar.

Ada beberapa jalur utama yang dapat mengaktivasi sel mast:

• Jalur Imunologis (IgE-mediated): Ini adalah mekanisme alergi klasik. Ketika tubuh terpapar alergen (misalnya, makanan, serbuk sari, obat-obatan), sistem imun memproduksi antibodi khusus yang disebut Imunoglobulin E (IgE). IgE ini menempel pada permukaan sel mast. Pada paparan alergen berikutnya, alergen akan berikatan dengan IgE pada sel mast, memicu pelepasan histamin dan mediator lainnya.
• Jalur Non-Imunologis: Beberapa zat dapat memicu pelepasan histamin secara langsung dari sel mast tanpa melibatkan IgE. Contohnya adalah beberapa obat (seperti aspirin atau obat anti-inflamasi non-steroid/OAINS, opiat), bahan kimia tertentu, atau bahkan stimulus fisik.
• Jalur Autoimun: Pada urtikaria kronis, sekitar 30-50% kasus diyakini memiliki komponen autoimun. Ini berarti sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang komponen dirinya sendiri, seringkali antibodi IgE atau reseptor pada sel mast, sehingga memicu pelepasan mediator secara terus-menerus.
• Faktor Fisik: Suhu dingin, panas, tekanan, sinar matahari, getaran, atau air dapat secara langsung memicu pelepasan histamin pada individu yang sensitif, melalui mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami tetapi melibatkan perubahan fisik pada sel mast.

Pelepasan histamin dan mediator lainnya ini menyebabkan serangkaian efek:

• Vasodilatasi: Pembuluh darah melebar, menyebabkan kemerahan pada kulit.
• Peningkatan Permeabilitas Vaskular: Cairan dari pembuluh darah bocor ke jaringan kulit sekitarnya, membentuk bentol (edema).
• Stimulasi Saraf: Histamin berikatan dengan reseptor di saraf kulit, menyebabkan sensasi gatal.

1.3 Seberapa Umum Bidur? Data Prevalensi dan Risiko

Bidur adalah salah satu kondisi kulit yang paling umum. Diperkirakan sekitar 15-25% populasi dunia akan mengalami setidaknya satu episode bidur akut dalam hidup mereka. Ini berarti seperempat dari kita kemungkinan besar pernah merasakan bentol-bentol gatal khas bidur.

Meskipun bidur akut seringkali sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari atau minggu, bidur kronis (yang berlangsung lebih dari 6 minggu) jauh lebih jarang, memengaruhi sekitar 0.5-1% populasi. Namun, dampaknya terhadap kualitas hidup individu yang menderitanya bisa sangat signifikan.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami bidur meliputi:

• Riwayat Alergi: Individu dengan riwayat alergi lain (asma, rhinitis alergi, eksim) lebih rentan.
• Riwayat Keluarga: Kecenderungan alergi atau autoimun dapat diturunkan.
• Jenis Kelamin: Bidur kronis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
• Usia: Bidur akut sering terjadi pada anak-anak, sedangkan bidur kronis lebih sering pada orang dewasa muda hingga paruh baya.
• Kondisi Medis Lain: Infeksi kronis, penyakit autoimun (seperti tiroiditis, lupus), atau beberapa jenis kanker dapat berhubungan dengan bidur kronis.
• Stres: Stres emosional yang signifikan dapat menjadi pemicu atau memperburuk bidur pada beberapa individu.

2. Mengidentifikasi Gejala Bidur yang Khas

Meskipun bidur memiliki karakteristik yang cukup jelas, gejalanya bisa sedikit bervariasi antar individu. Memahami ciri-ciri khas ini akan membantu Anda mengidentifikasi bidur dan membedakannya dari kondisi kulit lainnya.

2.1 Ciri Khas Bintik Bidur (Wheals/Hives)

Bintik bidur, atau wheals, adalah tanda paling utama dari kondisi ini. Mereka memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya:

• Bentuk dan Ukuran: Bentol bisa berbentuk bulat, oval, atau bahkan tidak beraturan. Ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Bentol-bentol kecil dapat menyatu membentuk plak yang lebih besar dan luas.
• Warna: Umumnya berwarna merah muda hingga merah cerah di sekitar tepinya, dengan bagian tengah yang seringkali tampak lebih pucat atau bahkan putih. Warna pucat ini disebabkan oleh edema (pembengkakan) yang menekan pembuluh darah kecil di tengah bentol.
• Elevasi: Bentol-bentol ini menonjol di atas permukaan kulit yang normal, memberikan sensasi gatal yang khas saat disentuh.
• Gatal: Sensasi gatal adalah gejala yang paling konsisten dan seringkali intens, dapat bervariasi dari ringan hingga sangat parah sehingga mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari.
• Fenomena Blanching: Salah satu ciri diagnostik penting adalah bentol akan memutih (blanch) jika ditekan. Ini menunjukkan bahwa kemerahan disebabkan oleh pembuluh darah yang melebar, bukan perdarahan di bawah kulit.
• Transien: Bentol bidur memiliki sifat yang unik yaitu menghilang dan muncul kembali di lokasi yang berbeda dalam waktu kurang dari 24 jam. Biasanya, satu bentol akan memudar dalam beberapa jam (rata-rata 2-6 jam), meninggalkan kulit tampak normal, sebelum bentol baru muncul di tempat lain.

2.2 Sensasi yang Menyertai: Gatal, Panas, dan Perih

Selain gatal yang intens, bidur juga dapat disertai dengan sensasi lain:

• Sensasi Panas: Banyak penderita melaporkan rasa panas atau terbakar di area bentol, yang mungkin berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah.
• Sensasi Perih atau Menyengat: Terkadang, terutama pada bidur yang lebih besar atau yang disertai dengan angioedema, penderita bisa merasakan perih atau sensasi menyengat alih-alih gatal murni.
• Bengkak: Selain bentol yang menonjol, area kulit di sekitarnya juga bisa membengkak, terutama jika ada angioedema.

2.3 Lokasi dan Pola Penyebaran

Bentol bidur dapat muncul di bagian tubuh mana saja, termasuk wajah, bibir, telinga, leher, batang tubuh, lengan, dan kaki. Pola penyebarannya tidak teratur dan seringkali berpindah-pindah. Anda mungkin melihat bentol di satu lengan di pagi hari, lalu menghilang dan muncul di kaki pada sore harinya.

Pada beberapa jenis urtikaria fisik, lokasi bentol mungkin lebih spesifik. Misalnya, pada dermografisme, bentol muncul di area kulit yang digaruk atau digosok. Pada urtikaria dingin, bentol muncul di area yang terpapar dingin.

2.4 Gejala Lain yang Mungkin Timbul (Angioedema dan Gejala Sistemik)

Selain bentol gatal, bidur juga dapat disertai dengan:

• Angioedema: Ini adalah pembengkakan yang terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam (dermis dalam dan jaringan subkutan). Angioedema sering terjadi di kelopak mata, bibir, lidah, tangan, kaki, dan alat kelamin. Berbeda dengan bentol bidur biasa yang gatal, angioedema cenderung terasa nyeri, kencang, atau seperti terbakar, dan warnanya mungkin tidak semerah bentol biasa. Angioedema yang parah di lidah atau tenggorokan bisa sangat berbahaya karena dapat menghambat jalan napas dan memerlukan penanganan medis darurat.
• Gejala Sistemik: Pada kasus yang lebih parah atau berhubungan dengan reaksi alergi yang parah, bidur dapat disertai dengan gejala sistemik seperti:
  • Demam ringan
  • Nyeri sendi (artralgia) atau nyeri otot (mialgia)
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Nyeri perut, mual, muntah, atau diare
  • Dalam kasus yang sangat jarang dan parah (anafilaksis): kesulitan bernapas, sesak napas, pusing, penurunan tekanan darah, atau kehilangan kesadaran. Ini adalah kondisi darurat medis.

Mengenali kombinasi gejala ini sangat penting untuk menentukan tingkat keparahan bidur dan kapan harus mencari pertolongan medis.

3. Beragam Jenis Bidur: Klasifikasi dan Karakteristik

Bidur dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan pemicunya. Pemahaman tentang jenis-jenis ini penting untuk diagnosis yang tepat dan penentuan strategi pengobatan.

3.1 Bidur Akut vs. Kronis

• Bidur Akut: Adalah bidur yang gejalanya berlangsung kurang dari 6 minggu. Ini adalah jenis yang paling umum dan seringkali disebabkan oleh reaksi alergi terhadap makanan, obat-obatan, gigitan serangga, atau infeksi. Bidur akut umumnya sembuh dengan sendirinya setelah pemicu dihilangkan atau diobati, meskipun antihistamin dapat membantu meredakan gejala.
• Bidur Kronis: Adalah bidur yang gejalanya berlangsung lebih dari 6 minggu, dengan episode yang hampir setiap hari atau berulang. Bidur kronis jauh lebih kompleks dan seringkali sulit diidentifikasi pemicunya. Bidur kronis dapat dibagi lagi menjadi:
  • Urtikaria Spontan Kronis (CSU): Pemicu tidak dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus. Sekitar 30-50% kasus CSU diperkirakan memiliki komponen autoimun (disebut urtikaria autoimun kronis).
  • Urtikaria Inducible Kronis (CIndU) atau Urtikaria Fisik: Dipicu oleh stimulus fisik tertentu (dibahas lebih lanjut di bawah).
  Bidur kronis dapat sangat mengganggu kualitas hidup penderita dan seringkali memerlukan penanganan jangka panjang serta investigasi lebih lanjut.

3.2 Urtikaria Fisik (Urtikaria Inducible Kronis)

Jenis bidur ini secara spesifik dipicu oleh stimulus fisik. Bentol-bentol biasanya muncul dalam beberapa menit hingga satu jam setelah paparan pemicu dan dapat bertahan selama 30 menit hingga beberapa jam.

• Dermografisme (Urtikaria Dermografik)

  Merupakan jenis urtikaria fisik yang paling umum. Bentol-bentol dan kemerahan muncul di sepanjang garis gesekan atau goresan pada kulit. Jika Anda menggaruk kulit Anda dengan ringan, bentol akan muncul di area tersebut dalam beberapa menit. Ini terjadi karena tekanan fisik menyebabkan pelepasan histamin lokal. Sekitar 2-5% populasi umum memiliki dermografisme.

• Urtikaria Dingin

  Dipicu oleh paparan dingin, seperti udara dingin, air dingin, minuman dingin, atau benda dingin. Bentol-bentol dan bengkak muncul di area kulit yang terpapar dingin saat kulit mulai menghangat kembali. Reaksi dapat bervariasi dari bentol lokal hingga reaksi sistemik yang parah (misalnya, penurunan tekanan darah) pada kasus yang ekstrem, terutama jika terpapar dingin secara luas (misalnya, berenang di air dingin).

• Urtikaria Panas (Urtikaria Kolinergik)

  Dipicu oleh peningkatan suhu tubuh inti, bukan panas eksternal langsung. Ini sering terjadi setelah berolahraga, mandi air panas, stres emosional, atau mengonsumsi makanan pedas. Ciri khasnya adalah bentol-bentol kecil (1-3 mm) yang dikelilingi oleh area kemerahan yang lebih besar. Bentol-bentol ini seringkali sangat gatal dan terasa menyengat. Biasanya muncul di batang tubuh dan lengan.

• Urtikaria Tekanan (Urtikaria Tunda Tekanan)

  Berbeda dengan dermografisme yang reaksinya cepat, urtikaria tekanan biasanya muncul beberapa jam (30 menit hingga 12 jam) setelah tekanan sustained pada kulit. Contoh pemicu termasuk memakai pakaian ketat, duduk di kursi keras, atau membawa tas berat. Lesi yang muncul adalah pembengkakan yang dalam, merah, dan nyeri, lebih terasa sakit daripada gatal, dan dapat bertahan hingga 48 jam.

• Urtikaria Surya (Urtikaria Matahari)

  Dipicu oleh paparan sinar ultraviolet (UV) atau cahaya tampak. Bentol-bentol muncul dalam beberapa menit setelah kulit terpapar sinar matahari dan biasanya menghilang dalam waktu satu jam setelah kembali ke dalam ruangan. Tingkat keparahan bervariasi tergantung pada intensitas dan durasi paparan, serta panjang gelombang cahaya yang memicu. Sangat jarang.

• Urtikaria Aquagenik (Urtikaria Air)

  Jenis yang sangat langka, dipicu oleh kontak kulit dengan air pada suhu berapa pun. Berbeda dengan urtikaria dingin, ini bukan reaksi terhadap suhu air, melainkan air itu sendiri. Bentol-bentol kecil, gatal, dan eritematosa (merah) muncul dalam waktu singkat setelah kontak dengan air. Mekanismenya tidak sepenuhnya dipahami tetapi mungkin melibatkan interaksi air dengan sebum atau zat di kulit yang kemudian menjadi alergen.

• Urtikaria Vibrasi (Urtikaria Getaran)

  Dipicu oleh getaran atau vibrasi. Bentol-bentol muncul di area yang terpapar getaran, seperti setelah menggunakan alat-alat listrik yang bergetar atau mengendarai sepeda motor. Ini juga merupakan jenis yang langka.

3.3 Urtikaria Spontan Kronis (CSU)

Pada CSU, bidur muncul hampir setiap hari atau setidaknya dua kali seminggu selama lebih dari 6 minggu, tanpa ada pemicu eksternal yang jelas. Ini adalah tantangan terbesar dalam penanganan bidur karena penyebabnya seringkali sulit ditemukan. Sekitar 30-50% kasus CSU diduga memiliki dasar autoimun, di mana tubuh memproduksi antibodi terhadap sel mast atau IgE. Kondisi ini dapat sangat mengganggu kualitas hidup, menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, dan depresi.

3.4 Angioedema

Angioedema seringkali menyertai urtikaria, tetapi dapat juga terjadi secara terpisah. Ini adalah pembengkakan yang lebih dalam pada kulit atau selaput lendir, melibatkan dermis bagian dalam dan jaringan subkutan atau submukosa. Berbeda dengan bentol bidur biasa, angioedema cenderung:

• Tidak terlalu gatal, lebih sering terasa nyeri, tegang, atau seperti terbakar.
• Warna kulit di atasnya bisa normal atau sedikit pucat.
• Paling sering terjadi di bibir, kelopak mata, lidah, tangan, kaki, dan alat kelamin.
• Dapat menjadi kondisi yang serius jika melibatkan saluran napas (lidah atau tenggorokan), menyebabkan kesulitan bernapas atau menelan, yang memerlukan penanganan medis darurat.

Ada juga jenis angioedema herediter atau akuisita yang tidak terkait dengan urtikaria dan disebabkan oleh defisiensi atau disfungsi protein C1-esterase inhibitor.

4. Menelusuri Penyebab dan Pemicu Bidur

Mengidentifikasi penyebab bidur adalah langkah krusial dalam penanganannya. Namun, hal ini seringkali menjadi tantangan, terutama pada kasus bidur kronis di mana hingga 50% kasus tidak diketahui penyebab pastinya (idiopatik).

4.1 Alergen Makanan

Reaksi alergi makanan adalah penyebab umum bidur akut, terutama pada anak-anak. Gejala biasanya muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan pemicu. Alergen makanan umum meliputi:

• Susu Sapi: Sering pada bayi dan anak-anak.
• Telur: Salah satu alergen paling umum pada anak-anak.
• Kacang Tanah dan Kacang Pohon (Tree Nuts): Alergen yang sangat kuat dan sering menyebabkan reaksi parah.
• Kedelai: Sering ditemukan dalam berbagai produk olahan.
• Gandum: Alergen umum, berbeda dengan intoleransi gluten.
• Ikan dan Kerang: Alergen umum pada orang dewasa.
• Buah-buahan Tertentu: Seperti stroberi, tomat, atau buah beri lain pada individu tertentu.
• Aditif Makanan: Pengawet, pewarna (misalnya tartrazin), atau penyedap (MSG) dapat memicu bidur pada beberapa orang, meskipun ini lebih jarang dibandingkan alergi makanan sejati.

Penting untuk mencatat riwayat makanan yang dikonsumsi sebelum munculnya bidur untuk membantu identifikasi.

4.2 Obat-obatan

Banyak jenis obat dapat memicu bidur, baik melalui mekanisme alergi (IgE-mediated) maupun non-alergi (langsung memicu pelepasan histamin).

• Antibiotik: Penisilin dan sulfonamida adalah pemicu umum.
• Obat Anti-inflamasi Non-Steroid (OAINS): Aspirin, ibuprofen, naproxen dapat memicu bidur atau memperburuk bidur yang sudah ada, seringkali melalui jalur non-alergi yang memengaruhi metabolisme prostaglandin.
• Opiat: Seperti kodein atau morfin, dapat menyebabkan pelepasan histamin langsung dari sel mast.
• Penyekat ACE (ACE Inhibitor): Obat tekanan darah ini dapat menyebabkan angioedema (seringkali tanpa bidur) yang bisa berbahaya.
• Relaksan Otot: Digunakan dalam anestesi.
• Pewarna Kontras Radiologi: Digunakan dalam prosedur pencitraan.

4.3 Gigitan dan Sengatan Serangga

Racun atau air liur serangga dapat memicu reaksi alergi lokal atau sistemik, termasuk bidur. Contohnya termasuk gigitan nyamuk, lebah, tawon, semut api, atau kutu.

4.4 Infeksi

Infeksi, baik bakteri, virus, jamur, maupun parasit, dapat menjadi pemicu bidur akut maupun kronis. Ini terutama sering terjadi pada anak-anak. Sistem kekebalan tubuh yang berjuang melawan infeksi dapat secara tidak langsung mengaktifkan sel mast.

• Infeksi Virus: Virus hepatitis, mononukleosis, infeksi saluran pernapasan atas, atau common cold.
• Infeksi Bakteri: Infeksi saluran kemih, infeksi tenggorokan (Streptokokus), atau infeksi gigi. Helicobacter pylori (bakteri penyebab tukak lambung) juga telah dikaitkan dengan bidur kronis pada beberapa penelitian.
• Infeksi Jamur: Seperti kandidiasis.
• Infeksi Parasit: Cacing usus (misalnya, Ascaris, Giardia) dapat menyebabkan urtikaria persisten.

4.5 Kontak Langsung

Beberapa zat dapat menyebabkan bidur saat bersentuhan langsung dengan kulit. Ini disebut urtikaria kontak.

• Lateks: Sering ditemukan pada sarung tangan, balon.
• Tumbuhan: Jelatang (urtica dioica) adalah contoh klasik yang dinamakan sesuai dengan urtikaria karena menyebabkan bentol gatal saat disentuh.
• Kosmetik dan Pewangi: Beberapa bahan kimia dalam produk perawatan pribadi.
• Bahan Kimia Industri: Formaldehida, resin, dll.
• Bahan Makanan: Seperti ikan mentah atau bahan lainnya saat ditangani.

4.6 Faktor Fisik

Seperti yang telah dibahas di bagian "Jenis Bidur", berbagai stimulus fisik dapat menjadi pemicu bagi individu yang sensitif. Ini termasuk:

• Dingin (udara, air, es)
• Panas (peningkatan suhu tubuh inti dari olahraga, mandi air panas, stres)
• Tekanan (pakaian ketat, duduk di permukaan keras)
• Sinar matahari (UV)
• Air (urtikaria aquagenik)
• Getaran

4.7 Stres dan Emosi

Stres emosional yang berat, kecemasan, atau kelelahan kronis tidak secara langsung menyebabkan bidur, tetapi dapat memperburuk gejala atau memicu episode pada individu yang sudah rentan. Mekanismenya dipercaya melibatkan pelepasan neuropeptida dan neurotransmiter yang dapat mengaktifkan sel mast di kulit.

4.8 Kondisi Medis Lain (Penyakit Sistemik)

Bidur, terutama yang kronis, kadang-kadang merupakan manifestasi dari kondisi medis lain yang mendasarinya.

• Penyakit Tiroid Autoimun: Seperti Hashimoto's thyroiditis atau Graves' disease. Urtikaria autoimun kronis sering dikaitkan dengan antibodi tiroid.
• Penyakit Autoimun Lain: Lupus eritematosus sistemik (SLE), rheumatoid arthritis, sindrom Sjögren.
• Beberapa Jenis Kanker: Meskipun jarang, bidur kronis persisten dapat menjadi tanda peringatan awal untuk beberapa keganasan, seperti limfoma.
• Penyakit Hati atau Ginjal: Disfungsi organ ini dapat memengaruhi metabolisme dan eliminasi histamin atau zat lain.
• Penyakit Celiac: Reaksi terhadap gluten.

4.9 Faktor Lingkungan

Selain faktor fisik, elemen lingkungan lain juga bisa berperan:

• Debu dan Tungau Debu: Pada individu yang alergi.
• Serbuk Sari: Terutama pada alergi musiman.
• Bulu Hewan Peliharaan: Partikel kulit atau air liur dari hewan.
• Polusi Udara: Iritan yang dapat memperburuk kondisi kulit.

4.10 Idiopatik (Penyebab Tidak Diketahui)

Pada banyak kasus urtikaria kronis, meskipun telah dilakukan investigasi menyeluruh, penyebab spesifik tidak dapat diidentifikasi. Kondisi ini kemudian disebut urtikaria idiopatik kronis. Meskipun frustrasi, diagnosis ini bukan berarti tidak ada pengobatan. Fokus beralih pada pengelolaan gejala dan peningkatan kualitas hidup.

5. Diagnosis Bidur: Proses Penemuan Pemicu

Diagnosis bidur biasanya didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Mengidentifikasi pemicu, terutama untuk bidur kronis, seringkali memerlukan investigasi yang lebih mendalam.

5.1 Anamnesis (Riwayat Medis)

Dokter akan mengajukan pertanyaan rinci tentang gejala Anda, termasuk:

• Kapan bentol pertama kali muncul?
• Sudah berapa lama bentol muncul (durasi)?
• Seberapa sering bentol muncul?
• Seberapa parah gatalnya? Apakah mengganggu tidur atau aktivitas sehari-hari?
• Apakah ada faktor pemicu yang jelas (makanan, obat, stres, suhu)?
• Apakah ada gejala lain yang menyertai (misalnya, kesulitan bernapas, nyeri sendi, demam)?
• Riwayat alergi pribadi atau keluarga.
• Obat-obatan yang sedang atau baru dikonsumsi (termasuk suplemen dan herbal).
• Pekerjaan, hobi, dan paparan lingkungan.
• Riwayat infeksi baru-baru ini.
• Kondisi medis lain yang mungkin diderita.

5.2 Pemeriksaan Fisik

Dokter akan memeriksa kulit Anda untuk melihat karakteristik bentol (ukuran, bentuk, warna, pola penyebaran, blanching). Jika bentol sedang tidak muncul, dokter mungkin akan mencoba memprovokasi reaksi, misalnya dengan menggores kulit secara ringan untuk mencari dermografisme atau menempelkan es pada kulit untuk urtikaria dingin.

5.3 Tes Alergi

Tes alergi biasanya direkomendasikan jika ada dugaan kuat pemicu alergi tertentu, terutama pada bidur akut.

• Skin Prick Test (SPT): Meneteskan sejumlah kecil alergen ke kulit dan kemudian menusuk kulit dengan jarum kecil. Jika positif, akan muncul bentol dan kemerahan.
• Patch Test: Mengaplikasikan alergen ke kulit dengan plester selama 48 jam untuk mendeteksi alergi kontak.
• Tes IgE Spesifik (RAST atau ImmunoCAP): Tes darah untuk mengukur kadar antibodi IgE spesifik terhadap alergen tertentu.
• Tes Provokasi Makanan/Obat: Dilakukan di bawah pengawasan medis ketat, di mana pasien mengonsumsi sejumlah kecil makanan atau obat yang dicurigai sebagai pemicu. Ini adalah "standar emas" untuk diagnosis alergi, tetapi berisiko.

5.4 Tes Darah dan Urine

Untuk bidur kronis atau jika ada dugaan penyakit sistemik, dokter mungkin merekomendasikan tes darah untuk mencari penyebab yang mendasari:

• Hitung Darah Lengkap (CBC): Untuk mencari tanda infeksi atau anemia.
• Laju Endap Darah (LED) atau C-Reactive Protein (CRP): Penanda peradangan.
• Tes Fungsi Tiroid (TSH, T3, T4): Untuk menyingkirkan penyakit tiroid autoimun.
• Antibodi Antinuklear (ANA): Untuk menyingkirkan penyakit autoimun lainnya seperti lupus.
• Tes Fungsi Hati dan Ginjal: Untuk menilai kesehatan organ-organ tersebut.
• Tes untuk Infeksi: Misalnya, tes hepatitis, tes H. pylori, tes parasit.
• Level Komplemen C3 dan C4 serta C1-Esterase Inhibitor: Jika dicurigai angioedema herediter atau akuisita.

5.5 Biopsi Kulit

Biopsi kulit jarang dilakukan untuk bidur. Ini biasanya dipertimbangkan jika bentol sangat nyeri, bertahan lebih dari 24 jam di tempat yang sama, meninggalkan bekas kehitaman atau memar, atau jika ada gejala sistemik yang parah. Biopsi dapat membantu mendeteksi urtikaria vaskulitis (suatu bentuk bidur yang lebih serius di mana ada peradangan pada pembuluh darah kecil).

5.6 Buku Harian Bidur

Untuk bidur kronis, menjaga buku harian (diary) bidur adalah alat yang sangat berharga. Catat setiap hari:

• Waktu dan lokasi munculnya bentol.
• Tingkat keparahan gatal.
• Makanan yang dikonsumsi.
• Obat-obatan atau suplemen yang diminum.
• Tingkat stres.
• Aktivitas fisik.
• Paparan lingkungan (suhu, sinar matahari, dll.).

Informasi ini dapat membantu dokter dan Anda sendiri mengidentifikasi pola atau pemicu yang mungkin luput dari perhatian.

6. Pilihan Pengobatan Bidur yang Efektif

Tujuan utama pengobatan bidur adalah untuk mengendalikan gejala, meredakan gatal, mengurangi jumlah dan ukuran bentol, serta mencegah kekambuhan. Pilihan pengobatan bervariasi tergantung pada jenis bidur, tingkat keparahan, dan respons individu.

6.1 Antihistamin

Antihistamin adalah lini pertama pengobatan untuk sebagian besar kasus bidur. Obat ini bekerja dengan memblokir efek histamin, zat kimia yang bertanggung jawab atas gatal, kemerahan, dan pembengkakan.

• Antihistamin Generasi Kedua (Non-Sedatif)

  Ini adalah pilihan utama karena efektif dengan efek samping sedasi yang minimal atau tidak ada sama sekali. Mereka dapat diminum sekali sehari dan seringkali dapat meningkatkan kualitas hidup tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari. Contohnya termasuk:

  • Cetirizine (misalnya, Zyrtec)
  • Loratadine (misalnya, Claritin)
  • Fexofenadine (misalnya, Allegra)
  • Desloratadine (misalnya, Clarinex)
  • Levocetirizine (misalnya, Xyzal)

  Pada kasus bidur kronis yang tidak responsif, dokter mungkin akan meningkatkan dosis antihistamin generasi kedua hingga empat kali dosis standar sebelum mempertimbangkan terapi lain. Ini adalah pendekatan yang umum dan aman.

• Antihistamin Generasi Pertama (Sedatif)

  Obat ini lebih tua dan memiliki efek samping sedasi yang signifikan karena dapat menembus sawar darah otak. Meskipun efektif dalam meredakan gatal, mereka dapat menyebabkan kantuk, mulut kering, dan penglihatan kabur. Biasanya digunakan untuk episode akut yang parah atau sebelum tidur untuk membantu penderita istirahat. Contohnya:

  • Diphenhydramine (misalnya, Benadryl)
  • Hydroxyzine (misalnya, Atarax)
  • Chlorpheniramine

  Penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena efek samping dan potensi interaksi obat.

6.2 Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah obat anti-inflamasi yang kuat. Mereka dapat digunakan untuk kasus bidur akut yang parah atau bidur kronis yang tidak responsif terhadap antihistamin.

• Kortikosteroid Oral (misalnya, Prednisone)

  Digunakan untuk jangka pendek (biasanya 3-7 hari) untuk mengendalikan serangan bidur yang parah. Penggunaan jangka panjang kortikosteroid oral harus dihindari karena dapat menyebabkan efek samping serius seperti osteoporosis, diabetes, kenaikan berat badan, dan penekanan sistem kekebalan tubuh.

• Kortikosteroid Topikal (Krim atau Salep)

  Tidak terlalu efektif untuk bidur karena bentol bersifat transien dan sering muncul di area yang luas. Namun, dapat membantu meredakan gatal pada area tertentu, terutama jika ada ekskoriasi (luka garuk) atau kulit yang meradang.

6.3 Agen Imunosupresif dan Imunomodulator

Untuk bidur kronis yang tidak responsif terhadap antihistamin dosis tinggi atau kortikosteroid, dokter mungkin mempertimbangkan agen yang memodulasi sistem kekebalan tubuh:

• Cyclosporine: Obat imunosupresif yang dapat menekan respons imun dan efektif untuk beberapa kasus urtikaria autoimun kronis. Memiliki efek samping yang signifikan dan memerlukan pemantauan ketat.
• Methotrexate: Agen imunosupresif lain yang kadang digunakan pada kasus yang sangat refrakter.
• Dapsone: Obat anti-inflamasi dan antibakteri yang kadang digunakan off-label untuk urtikaria.

6.4 Biologics (Omalizumab - Xolair)

Omalizumab adalah antibodi monoklonal yang menargetkan imunoglobulin E (IgE). Obat ini disetujui untuk pengobatan urtikaria spontan kronis pada pasien yang tidak responsif terhadap antihistamin. Omalizumab bekerja dengan mengikat IgE bebas dalam tubuh, sehingga mengurangi jumlah IgE yang tersedia untuk berikatan dengan sel mast, dan pada akhirnya mengurangi pelepasan histamin. Obat ini diberikan melalui suntikan subkutan setiap 2-4 minggu dan telah menunjukkan efektivitas yang sangat baik pada banyak pasien dengan CSU yang sulit diobati.

6.5 Epinefrin (Adrenalin)

Epinefrin adalah obat penyelamat hidup yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi parah (anafilaksis) yang dapat menyertai bidur, terutama jika ada angioedema parah (pembengkakan pada bibir, lidah, atau tenggorokan), kesulitan bernapas, atau penurunan tekanan darah. Ini diberikan melalui suntikan intramuskular dan bekerja cepat untuk meredakan gejala yang mengancam jiwa. Pasien yang berisiko tinggi anafilaksis mungkin akan diresepkan auto-injector epinefrin (misalnya, EpiPen) untuk penggunaan darurat.

6.6 Terapi Cahaya (Fototerapi)

Pada beberapa kasus bidur kronis yang refrakter, terapi cahaya, seperti PUVA (Psoralen plus UVA) atau UVB narrowband, dapat dipertimbangkan. Mekanisme kerjanya dipercaya melibatkan modulasi sistem kekebalan kulit dan stabilisasi sel mast.

6.7 Perawatan Topikal Tambahan

Meskipun antihistamin oral adalah yang utama, beberapa perawatan topikal dapat memberikan sedikit bantuan sementara untuk gatal:

• Losion Kalamin: Memberikan efek menenangkan dan mendinginkan.
• Krim Anti-gatal yang Mengandung Mentol atau Pramoxine: Dapat memberikan sensasi dingin yang meredakan gatal.
• Pelembap Tanpa Pewangi: Menjaga kulit tetap lembap dapat mengurangi iritasi.

7. Penanganan Mandiri dan Perubahan Gaya Hidup untuk Bidur

Selain pengobatan medis, ada banyak langkah yang dapat Anda lakukan sendiri untuk mengelola gejala bidur, mengurangi frekuensi kekambuhan, dan meningkatkan kenyamanan hidup.

7.1 Identifikasi dan Hindari Pemicu

Ini adalah strategi paling efektif. Gunakan buku harian bidur untuk mencatat makanan, obat, aktivitas, stres, atau paparan lingkungan yang mungkin memicu bentol. Setelah pemicu teridentifikasi, usahakan untuk menghindarinya sebisa mungkin. Contohnya:

• Jika alergi makanan, hindari makanan tersebut dan periksa label produk.
• Jika sensitif terhadap OAINS, cari alternatif pereda nyeri yang tidak memicu.
• Jika bidur dingin, kenakan pakaian hangat, hindari minuman dingin, dan berhati-hati saat berenang.
• Jika bidur tekanan, hindari pakaian ketat, ikat pinggang, atau duduk terlalu lama di permukaan keras.

7.2 Kompres Dingin

Mengaplikasikan kompres dingin atau kain basah yang dingin ke area yang gatal dapat membantu menenangkan kulit dan mengurangi gatal serta pembengkakan. Dingin membantu menyempitkan pembuluh darah dan mengurangi pelepasan histamin lokal. Hindari menggosok atau menggaruk area tersebut.

7.3 Mandi Oatmeal atau Baking Soda

Mandi dengan air hangat yang dicampur oatmeal koloid (khusus untuk mandi) atau baking soda dapat membantu menenangkan kulit yang gatal. Pastikan airnya tidak terlalu panas karena panas dapat memperburuk gatal pada beberapa orang.

7.4 Pakaian Longgar dan Bahan Katun

Pakaian yang ketat atau terbuat dari bahan sintetis dapat mengiritasi kulit dan menyebabkan gesekan, yang bisa memicu bidur pada individu dengan dermografisme atau urtikaria tekanan. Pilihlah pakaian longgar, berbahan katun, dan hindari pakaian yang terlalu tebal yang bisa menyebabkan Anda berkeringat dan memicu urtikaria kolinergik.

7.5 Pelembap Kulit

Menjaga kulit tetap lembap dengan pelembap bebas pewangi dan hipoalergenik dapat membantu menjaga integritas barrier kulit dan mengurangi iritasi. Oleskan pelembap setelah mandi saat kulit masih sedikit lembap untuk mengunci kelembapan.

7.6 Manajemen Stres

Stres dapat menjadi pemicu atau memperburuk bidur pada banyak orang. Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, pernapasan dalam, atau aktivitas yang menenangkan dapat sangat membantu. Konsultasi dengan psikolog atau terapis juga bisa menjadi pilihan jika stres sangat sulit dikelola.

7.7 Pola Makan Anti-inflamasi (Potensial, Bukan Jaminan)

Meskipun tidak ada "diet bidur" yang universal, beberapa individu menemukan manfaat dari diet rendah histamin atau menghindari pseudo-alergen (bahan makanan yang dapat memicu pelepasan histamin non-alergi) seperti:

• Alkohol
• Keju yang diawetkan
• Ikan kalengan atau yang difermentasi
• Beberapa buah (stroberi, jeruk, tomat)
• Makanan pedas
• Aditif makanan (pewarna, pengawet)

Penting untuk mencoba diet eliminasi di bawah pengawasan dokter atau ahli gizi untuk memastikan Anda tetap mendapatkan nutrisi yang cukup dan untuk secara akurat mengidentifikasi pemicu potensial.

7.8 Suplemen (Dengan Hati-hati)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen tertentu mungkin memiliki peran dalam mengelola bidur, meskipun bukti masih terbatas dan tidak menggantikan terapi standar:

• Vitamin D: Beberapa studi mengaitkan kekurangan Vitamin D dengan risiko lebih tinggi atau keparahan bidur kronis. Suplementasi dapat dipertimbangkan jika Anda kekurangan Vitamin D.
• Omega-3 Asam Lemak: Ditemukan dalam minyak ikan, memiliki sifat anti-inflamasi.
• Quercetin: Flavonoid alami yang memiliki sifat antihistamin dan anti-inflamasi.

Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen apa pun, terutama jika Anda sedang menjalani pengobatan lain.

7.9 Hindari Menggaruk

Menggaruk hanya akan memperburuk gatal, merusak kulit, dan berpotensi menyebabkan infeksi. Cobalah untuk menekan area yang gatal dengan telapak tangan atau menggunakan kompres dingin sebagai gantinya.

Dengan mengadopsi kombinasi strategi pengobatan medis dan penanganan mandiri, banyak penderita bidur dapat mencapai kontrol gejala yang baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan.

8. Kapan Harus Mencari Bantuan Medis untuk Bidur

Meskipun bidur seringkali ringan dan dapat diobati di rumah, ada situasi tertentu di mana konsultasi medis atau bahkan perhatian medis darurat sangat diperlukan.

8.1 Gejala Parah atau Akut

Jika bidur tiba-tiba muncul secara luas di seluruh tubuh, sangat gatal, atau tidak responsif terhadap obat bebas, sebaiknya konsultasikan dengan dokter umum atau dermatolog.

8.2 Angioedema pada Area Kritis

Ini adalah kondisi darurat medis. Segera cari bantuan medis (hubungi ambulans atau pergi ke unit gawat darurat terdekat) jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami angioedema pada:

• Lidah atau tenggorokan: Dapat menyebabkan kesulitan bernapas atau menelan.
• Bibir yang membengkak parah: Meskipun tidak mengancam jalan napas secara langsung, ini bisa menjadi indikasi reaksi alergi yang parah dan dapat berkembang.

8.3 Kesulitan Bernapas atau Menelan

Jika bidur disertai dengan gejala alergi sistemik yang parah seperti:

• Sesak napas
• Mengi (suara napas bersiul)
• Suara serak atau perubahan suara
• Perasaan dada tertekan
• Kesulitan menelan

Ini bisa menjadi tanda anafilaksis, reaksi alergi yang mengancam jiwa. Segera cari pertolongan darurat.

8.4 Pingsan atau Pusing

Jika Anda merasa pusing, lemah, atau hampir pingsan bersamaan dengan bidur, ini bisa menjadi tanda penurunan tekanan darah yang serius, juga merupakan bagian dari reaksi anafilaksis. Perlu penanganan medis segera.

8.5 Bidur Kronis yang Mengganggu

Jika bidur berlangsung lebih dari 6 minggu, meskipun Anda telah mencoba penanganan mandiri dan obat bebas, sebaiknya kunjungi dokter. Bidur kronis dapat mengganggu tidur, produktivitas kerja, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Dokter dapat membantu mendiagnosis penyebab yang mendasari (jika ada) dan meresepkan pengobatan yang lebih kuat.

8.6 Bidur pada Bayi atau Anak Kecil

Bidur pada bayi dan anak kecil harus selalu dievaluasi oleh dokter anak, terutama jika disertai demam, rewel yang tidak biasa, atau gejala alergi lain. Identifikasi pemicu sangat penting pada populasi ini.

8.7 Bentol yang Nyeri atau Menimbulkan Bekas

Jika bentol bidur sangat nyeri, bertahan lebih dari 24 jam di satu lokasi, atau meninggalkan bekas kehitaman/memar setelah hilang, ini bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius seperti urtikaria vaskulitis. Perlu evaluasi medis lebih lanjut.

8.8 Gejala Sistemik Lain

Jika bidur disertai dengan gejala sistemik seperti demam tinggi, nyeri sendi yang signifikan, pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, atau kelelahan ekstrem, konsultasikan dengan dokter untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit sistemik yang mendasari.

9. Hidup dengan Bidur Kronis: Mengatasi Tantangan Sehari-hari

Bidur kronis, yang berlangsung lebih dari enam minggu, bisa menjadi kondisi yang sangat menantang dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pengelolaan bidur kronis tidak hanya tentang meredakan gejala fisik, tetapi juga mengatasi dampak psikososialnya.

9.1 Dampak Psikososial Bidur Kronis

Urtikaria kronis dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup penderitanya, melebihi sekadar gatal fisik:

• Gangguan Tidur: Gatal yang intens, terutama di malam hari, dapat menyebabkan insomnia kronis, kelelahan di siang hari, dan penurunan konsentrasi.
• Kecemasan dan Depresi: Ketidakpastian kapan bidur akan kambuh, rasa gatal yang tak tertahankan, dan terkadang perubahan penampilan (terutama angioedema di wajah) dapat menyebabkan kecemasan, stres, dan depresi.
• Isolasi Sosial: Beberapa penderita mungkin merasa malu dengan kondisi kulit mereka dan menghindari situasi sosial, yang dapat menyebabkan isolasi.
• Penurunan Produktivitas: Kurang tidur dan rasa tidak nyaman dapat memengaruhi kinerja di sekolah atau pekerjaan.
• Gangguan Aktivitas Sehari-hari: Pemicu fisik dapat membatasi kemampuan untuk berolahraga, berenang, atau melakukan aktivitas lain yang disenangi.

9.2 Strategi Koping dan Penanganan Stres

Mengatasi stres adalah komponen kunci dalam manajemen bidur kronis. Beberapa strategi yang bisa dicoba:

• Teknik Relaksasi: Meditasi, yoga, pernapasan dalam, tai chi, atau mindfulness dapat membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi respons tubuh terhadap stres.
• Olahraga Teratur: Aktivitas fisik dapat menjadi pereda stres yang efektif. Namun, jika Anda memiliki urtikaria kolinergik (panas) atau urtikaria tekanan, pilihlah jenis olahraga yang tidak memicu gejala Anda, seperti berenang (jika tidak ada urtikaria dingin/aquagenik) atau yoga ringan.
• Cukup Tidur: Usahakan untuk menjaga jadwal tidur yang teratur dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman. Antihistamin generasi pertama yang bersifat sedatif dapat membantu jika gatal parah di malam hari, tetapi gunakan dengan hati-hati dan sesuai petunjuk dokter.
• Hobi dan Aktivitas Menyenangkan: Melakukan hal-hal yang Anda nikmati dapat membantu mengalihkan perhatian dari gatal dan meningkatkan suasana hati.
• Konseling atau Terapi: Jika Anda merasa kewalahan dengan dampak psikologis bidur, berbicara dengan psikolog atau terapis dapat memberikan strategi koping yang efektif.

9.3 Berkomunikasi Efektif dengan Dokter Anda

Hubungan yang baik dengan dokter sangat penting dalam pengelolaan bidur kronis. Siapkan diri Anda sebelum setiap kunjungan:

• Buku Harian Bidur: Bawalah catatan rinci tentang gejala, pemicu, obat-obatan yang dicoba, dan seberapa efektifnya.
• Daftar Pertanyaan: Siapkan pertanyaan Anda tentang pengobatan, pemicu, atau kekhawatiran lainnya.
• Ekspektasi Realistis: Pahami bahwa menemukan pengobatan yang tepat mungkin memerlukan waktu dan beberapa kali percobaan.
• Jujur tentang Kepatuhan: Beri tahu dokter jika Anda kesulitan mengikuti rejimen pengobatan atau mengalami efek samping.

9.4 Mencari Dukungan Keluarga dan Komunitas

Jangan ragu untuk berbagi tentang kondisi Anda dengan keluarga dan teman dekat. Dukungan dari orang-orang terdekat dapat mengurangi beban emosional. Jelaskan kepada mereka apa itu bidur, apa pemicunya, dan bagaimana mereka bisa membantu (misalnya, tidak bertanya "kenapa kamu garuk-garuk terus?").

Mencari kelompok dukungan online atau lokal untuk penderita bidur juga bisa sangat membantu. Berbagi pengalaman dengan orang lain yang memahami perjuangan Anda dapat memberikan rasa validasi dan strategi koping baru.

9.5 Edukasi Diri dan Orang Lain

Semakin banyak Anda belajar tentang bidur, semakin baik Anda dapat mengelolanya. Artikel ini adalah awal yang baik. Teruslah membaca dari sumber-sumber terpercaya. Edukasi juga penting untuk orang-orang di sekitar Anda agar mereka lebih memahami kondisi Anda dan tidak salah paham atau menghakimi.

10. Mitos dan Fakta Seputar Bidur

Ada banyak kesalahpahaman tentang bidur. Memisahkan mitos dari fakta dapat membantu penderita dan orang di sekitar mereka memahami kondisi ini dengan lebih baik.

Mitos 1: Bidur Itu Menular.

Fakta: Bidur sama sekali tidak menular. Anda tidak bisa mendapatkan bidur dari orang lain yang mengalaminya. Ini adalah respons internal tubuh terhadap pemicu tertentu.

Mitos 2: Bidur Selalu Disebabkan oleh Alergi Makanan.

Fakta: Meskipun alergi makanan adalah penyebab umum bidur akut, terutama pada anak-anak, ada banyak pemicu lain seperti obat-obatan, infeksi, gigitan serangga, kondisi fisik, dan penyakit autoimun. Pada bidur kronis, sebagian besar kasus idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) atau terkait autoimun.

Mitos 3: Bidur adalah Tanda Kulit Kotor atau Kebersihan Buruk.

Fakta: Bidur tidak ada hubungannya dengan kebersihan pribadi. Ini adalah masalah kulit yang disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh atau pelepasan histamin, bukan karena kotoran atau kuman di permukaan kulit.

Mitos 4: Semua Bentol Gatal adalah Bidur.

Fakta: Ada banyak kondisi kulit lain yang dapat menyebabkan bentol gatal, seperti gigitan serangga, eksim, dermatitis kontak, atau folikulitis. Ciri khas bidur adalah bentol yang transien (menghilang dan muncul di tempat lain dalam waktu kurang dari 24 jam) dan memutih saat ditekan.

Mitos 5: Anda Hanya Perlu Mengonsumsi Antihistamin Saat Bidur Muncul.

Fakta: Untuk bidur kronis, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan antihistamin secara teratur setiap hari, bahkan saat tidak ada gejala, untuk mencegah kekambuhan. Mengonsumsi antihistamin hanya saat bidur muncul mungkin tidak cukup untuk mengendalikan kondisi jangka panjang.

Mitos 6: Jika Bidur Tidak Menghilang dalam Beberapa Hari, Itu Pasti Sesuatu yang Serius.

Fakta: Bidur akut dapat berlangsung hingga 6 minggu. Jika gejalanya lebih lama dari itu, itu diklasifikasikan sebagai bidur kronis, yang seringkali memerlukan investigasi lebih lanjut dan pengobatan yang lebih intensif, tetapi tidak selalu berarti itu adalah kondisi yang mengancam jiwa. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter, tetapi jangan panik berlebihan.

Mitos 7: Menggaruk Akan Membuat Bidur Cepat Hilang.

Fakta: Menggaruk justru akan memperburuk gatal, mengiritasi kulit lebih lanjut, berpotensi menyebabkan luka atau infeksi, dan pada beberapa orang dengan dermografisme, garukan bahkan bisa memicu lebih banyak bentol.

Mitos 8: Hanya Anak-anak yang Mendapatkan Bidur.

Fakta: Bidur bisa menyerang siapa saja dari segala usia, mulai dari bayi hingga orang dewasa dan lansia. Bidur kronis bahkan lebih sering terjadi pada orang dewasa.

Mitos 9: Anda Tidak Bisa Minum Kopi atau Teh Jika Punya Bidur.

Fakta: Meskipun kafein atau zat lain dalam kopi/teh dapat memicu bidur pada beberapa individu yang sangat sensitif, ini bukan aturan universal. Banyak penderita bidur dapat mengonsumsi kopi atau teh tanpa masalah. Jika Anda mencurigainya sebagai pemicu, coba eliminasikan dan lihat apakah ada perubahan.

Mitos 10: Bidur Selalu Membutuhkan Kortikosteroid Oral.

Fakta: Kortikosteroid oral adalah pengobatan yang kuat dan biasanya hanya digunakan untuk serangan bidur akut yang parah atau sebagai jembatan pada bidur kronis yang tidak terkontrol. Antihistamin generasi kedua adalah lini pertama dan seringkali cukup efektif. Penggunaan kortikosteroid oral jangka panjang memiliki banyak efek samping yang serius.

11. Bidur pada Populasi Khusus: Anak-anak dan Kehamilan

Bidur dapat muncul pada siapa saja, namun ada beberapa pertimbangan khusus ketika menyerang anak-anak atau wanita hamil.

11.1 Bidur pada Anak-anak

Bidur adalah kondisi yang relatif umum pada anak-anak. Sebagian besar kasus pada anak-anak adalah bidur akut dan seringkali berhubungan dengan:

• Infeksi Virus: Ini adalah penyebab paling umum. Infeksi pernapasan atas, flu, atau virus lain dapat memicu bidur sebagai bagian dari respons imun tubuh.
• Alergi Makanan: Terutama pada bayi dan balita, alergi terhadap susu, telur, kacang, atau gandum seringkali menjadi pemicu.
• Gigitan Serangga: Reaksi terhadap gigitan nyamuk atau serangga lain.
• Obat-obatan: Beberapa antibiotik dapat menyebabkan reaksi bidur pada anak.

Pertimbangan Khusus pada Anak:

• Identifikasi Pemicu: Lebih sulit pada anak kecil yang belum bisa mengungkapkan apa yang mereka makan atau rasakan. Orang tua perlu mencatat dengan cermat.
• Dosis Obat: Penting untuk selalu menggunakan dosis antihistamin yang sesuai dengan usia dan berat badan anak, di bawah pengawasan dokter anak.
• Angioedema: Meskipun jarang, angioedema di wajah, bibir, atau lidah pada anak-anak harus segera diperiksakan ke dokter karena risiko gangguan jalan napas.
• Bidur Kronis: Jika bidur pada anak berlangsung lebih dari 6 minggu, evaluasi lebih lanjut oleh dokter spesialis alergi atau dermatologi anak sangat penting.

Orang tua harus memastikan anak tidak menggaruk untuk menghindari infeksi sekunder. Memotong kuku anak pendek dan menggunakan sarung tangan tidur (mittens) dapat membantu.

11.2 Bidur selama Kehamilan

Wanita hamil juga dapat mengalami bidur. Beberapa wanita bahkan mengalami bidur untuk pertama kalinya selama kehamilan, sementara yang lain mungkin melihat bidur kronis mereka memburuk atau membaik.

Penyebab Umum:

• Perubahan Hormonal: Fluktuasi hormon selama kehamilan dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan respons kulit.
• Penyebab Umum Lainnya: Seperti alergi makanan, infeksi, atau obat-obatan tetap menjadi pemicu potensial.
• PUPPP (Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy): Meskipun bukan urtikaria sejati, ini adalah kondisi kulit gatal yang umum pada kehamilan akhir, ditandai dengan ruam yang menyerupai bidur dan dapat sangat mengganggu.

Pertimbangan Pengobatan pada Kehamilan:

• Keamanan Obat: Banyak obat yang aman untuk bidur pada populasi umum mungkin memiliki pertimbangan khusus selama kehamilan. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter (obgyn atau dermatolog) sebelum mengonsumsi obat apa pun.
• Antihistamin: Antihistamin generasi kedua seperti loratadine atau cetirizine umumnya dianggap aman selama kehamilan, terutama setelah trimester pertama, tetapi harus digunakan di bawah pengawasan medis.
• Kortikosteroid: Kortikosteroid oral hanya digunakan jika sangat diperlukan dan di bawah pengawasan ketat, karena potensi risiko pada kehamilan. Kortikosteroid topikal umumnya dianggap aman untuk penggunaan terbatas.
• Hindari Pemicu: Mengidentifikasi dan menghindari pemicu adalah strategi paling aman selama kehamilan.
• Penanganan Mandiri: Kompres dingin, mandi oatmeal, dan pelembap aman dan dapat membantu meredakan gatal.

Wanita hamil yang mengalami bidur harus selalu mencari nasihat medis untuk memastikan keamanan pengobatan bagi ibu dan bayi.

Kesimpulan

Bidur atau urtikaria adalah kondisi kulit umum yang ditandai dengan bentol gatal, tetapi kompleks dalam penyebab dan manifestasinya. Dari bidur akut yang disebabkan alergi hingga bidur kronis yang seringkali idiopatik atau autoimun, pemahaman yang mendalam tentang kondisi ini sangat penting untuk penanganan yang efektif.

Identifikasi pemicu, jika memungkinkan, adalah langkah pertama yang krusial. Pengobatan lini pertama umumnya melibatkan antihistamin generasi kedua, dengan opsi terapi lanjutan seperti kortikosteroid, imunosupresan, atau biologik (Omalizumab) untuk kasus yang lebih parah atau refrakter. Selain itu, penanganan mandiri melalui perubahan gaya hidup, manajemen stres, dan perawatan kulit yang tepat dapat sangat membantu dalam mengendalikan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Penting untuk tidak mengabaikan gejala bidur, terutama jika disertai dengan angioedema di area kritis atau tanda-tanda reaksi alergi parah. Selalu konsultasikan kondisi Anda dengan profesional medis untuk diagnosis yang akurat dan rencana pengobatan yang personal. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaborasi dengan dokter, penderita bidur dapat mengelola kondisi mereka dengan sukses dan kembali menikmati hidup tanpa gangguan gatal yang berlebihan.