Biram: Si Permata Hitam Borneo, Buah Dabai Multiguna

Di jantung pulau Borneo yang hijau dan kaya, tersembunyi sebuah harta karun kuliner yang unik dan tak ternilai: Biram. Meskipun nama "Biram" mungkin kurang familiar bagi sebagian besar orang di luar wilayah asalnya, ia adalah nama lokal yang merujuk pada buah Dabai, atau dalam bahasa ilmiah dikenal sebagai *Canarium odontophyllum*. Buah berwarna hitam keunguan ini bukan sekadar camilan eksotis, melainkan sebuah warisan budaya, sumber nutrisi berlimpah, dan potensi ekonomi yang belum sepenuhnya tergali. Artikel ini akan membawa Anda dalam perjalanan mendalam untuk mengenal Biram, dari asal-usulnya yang misterius hingga perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat Borneo, serta potensi masa depannya sebagai buah super global.

Keunikan Biram tidak hanya terletak pada penampilannya yang mencolok, menyerupai buah zaitun hitam berukuran lebih besar dengan tekstur daging kekuningan, tetapi juga pada cara penyajian dan rasanya yang khas. Berbeda dengan buah-buahan lain yang bisa langsung dimakan setelah dipetik, Biram memerlukan perlakuan khusus, yaitu direndam dalam air hangat, untuk melunakkan dagingnya dan mengeluarkan cita rasa creamy, gurih, dan sedikit asam yang menjadi ciri khasnya. Rasa ini, ditambah dengan kandungan gizi yang luar biasa, menjadikan Biram tidak hanya sebagai makanan pokok di beberapa komunitas tetapi juga sebagai bahan baku potensial untuk berbagai inovasi kuliner dan produk kesehatan.

Masyarakat adat di Borneo telah lama mengintegrasikan Biram ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pohon Biram menjulang tinggi di hutan hujan tropis, menjadi simbol kemewahan alam dan kearifan lokal. Pengetahuan tentang cara menanam, merawat, memanen, dan mengolah Biram telah diwariskan secara turun-temurun, menciptakan ikatan yang kuat antara manusia dan alam. Namun, seiring dengan perubahan zaman dan tantangan lingkungan, keberadaan dan masa depan Biram menghadapi berbagai ancaman. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang Biram, kita dapat menghargai keunikannya, mendukung upaya pelestariannya, dan membantu mengangkat potensinya ke panggung dunia.

1. Apa Itu Biram (Dabai)? Mengungkap Identitas Si Permata Hitam

Biram, yang secara botani dikenal sebagai *Canarium odontophyllum*, adalah sejenis buah tropis yang termasuk dalam famili Burseraceae, kerabat dekat dengan pohon kemiri dan buah kenari. Nama "Dabai" lebih dikenal luas di kalangan masyarakat Malaysia, khususnya Sarawak dan Sabah, serta di beberapa bagian Kalimantan Indonesia. Di beberapa komunitas lokal, terutama di pedalaman, nama "Biram" digunakan untuk menyebut buah ini, menggarisbawahi variasi penamaan lokal yang kaya di Borneo. Pohon Biram adalah tanaman asli dari pulau Borneo, tumbuh subur di hutan hujan tropis yang lembap dan hangat.

1.1 Karakteristik Botani dan Morfologi

Pohon Biram dapat tumbuh mencapai ketinggian yang mengesankan, seringkali melebihi 20-30 meter, dengan kanopi yang lebar dan rindang. Daunnya majemuk, menyirip, berwarna hijau gelap, dan biasanya berkumpul di ujung ranting. Batangnya kokoh, seringkali dengan diameter yang besar, dan kulit kayunya cenderung berwarna abu-abu kecoklatan. Bunga-bunganya kecil, biasanya berwarna putih kehijauan, dan tumbuh dalam malai.

Buah Biram adalah bagian yang paling menarik perhatian. Buahnya berbentuk lonjong atau elips, mirip dengan buah zaitun, tetapi ukurannya lebih besar, biasanya berkisar antara 3 hingga 5 sentimeter panjangnya. Saat mentah, buah ini berwarna hijau atau kekuningan, namun ketika matang sempurna, kulitnya berubah menjadi ungu gelap hingga hitam legam, memberikan julukan "permata hitam". Daging buahnya yang berwarna kuning pucat hingga krem tebal mengelilingi biji keras berbentuk segitiga atau lonjong di bagian tengah. Biji ini, yang dikenal sebagai 'kernel', juga dapat dimakan dan memiliki rasa seperti almond setelah dipecah.

1.2 Habitat dan Penyebaran

Biram adalah tanaman endemik Borneo, yang berarti ia secara alami hanya ditemukan di pulau ini. Ia tumbuh subur di dataran rendah hingga ketinggian sedang, khususnya di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan tanah yang subur. Hutan primer dan sekunder di Sarawak, Sabah, Brunei, dan Kalimantan Indonesia adalah rumah bagi pohon-pohon Biram liar. Meskipun secara tradisional dipanen dari hutan, semakin banyak petani mulai membudidayakan Biram di kebun dan lahan pertanian mereka, menyadari potensi ekonominya.

Penyebaran alami Biram sangat bergantung pada satwa liar yang memakan buahnya dan menyebarkan bijinya. Namun, dengan semakin berkurangnya hutan dan hilangnya habitat alami, penyebaran alami ini terancam, menekankan pentingnya upaya konservasi dan budidaya yang berkelanjutan.

2. Sejarah dan Peran Kultural Biram dalam Masyarakat Lokal

Sejarah Biram berakar kuat dalam budaya dan tradisi masyarakat pribumi Borneo. Selama berabad-abad, buah ini bukan hanya sumber makanan tetapi juga bagian integral dari identitas dan kearifan lokal. Pengetahuan tentang Biram, mulai dari siklus hidup pohon hingga metode pengolahannya, telah diwariskan dari generasi ke generasi melalui cerita lisan, praktik memasak, dan ritual.

2.1 Biram dalam Kehidupan Adat

Bagi banyak suku di Borneo, seperti Iban, Bidayuh, Melanau, dan Orang Ulu di Malaysia, serta berbagai suku Dayak di Kalimantan Indonesia, Biram adalah lebih dari sekadar makanan. Ia sering dianggap sebagai anugerah dari hutan, sebuah tanda kemakmuran dan keberlimpahan. Musim Biram adalah periode perayaan, di mana keluarga dan komunitas berkumpul untuk memanen dan mengolah buah ini. Kegiatan memanen Biram bukan hanya soal mengumpulkan makanan, tetapi juga ajang mempererat tali silaturahmi, berbagi cerita, dan melestarikan praktik tradisional.

Di masa lalu, Biram juga digunakan sebagai barter atau komoditas pertukaran di antara komunitas. Nilai gizi dan daya simpannya yang relatif baik (setelah diolah) menjadikannya komoditas penting dalam sistem ekonomi lokal pra-modern. Bahkan ada beberapa cerita rakyat atau mitos yang mengisahkan asal-usul Biram, yang menggambarkan betapa dalamnya buah ini tertanam dalam spiritualitas dan pandangan dunia masyarakat adat.

2.2 Metode Pengolahan Tradisional

Metode pengolahan Biram adalah warisan budaya yang paling menonjol. Berbeda dengan kebanyakan buah lain yang bisa langsung dimakan, Biram mentah memiliki tekstur yang keras dan rasa yang sepat. Oleh karena itu, ia harus "dimasak" dengan cara direndam dalam air hangat (bukan air mendidih) selama beberapa menit hingga daging buahnya menjadi lembut. Air hangat membantu memecah tanin dan senyawa lain yang membuat buahnya keras dan sepat, sekaligus mengeluarkan rasa creamy, asin, dan gurihnya.

Setelah direndam, Biram biasanya dibumbui dengan garam, kadang-kadang sedikit gula atau kecap, dan siap untuk dinikmati. Proses sederhana ini telah menjadi ritual kuliner yang diwariskan dari nenek moyang, menunjukkan pemahaman mendalam mereka tentang sifat-sifat buah ini. Pengolahan tradisional ini juga mencerminkan filosofi kesabaran dan penghargaan terhadap alam yang sering dipegang teguh oleh masyarakat adat.

3. Kandungan Nutrisi dan Manfaat Kesehatan Biram

Di balik penampilannya yang sederhana dan proses pengolahannya yang unik, Biram adalah powerhouse nutrisi. Buah ini kaya akan berbagai vitamin, mineral, antioksidan, dan senyawa bioaktif yang memberikan berbagai manfaat kesehatan. Pengakuan akan nilai gizi Biram semakin meningkat, menempatkannya sejajar dengan buah-buahan super lainnya dari seluruh dunia.

3.1 Makronutrien dan Mikronutrien Penting

Biram adalah sumber energi yang baik, terutama karena kandungan lemak sehatnya. Lemak dalam Biram sebagian besar adalah lemak tak jenuh, mirip dengan yang ditemukan dalam alpukat atau minyak zaitun, yang baik untuk kesehatan jantung. Selain itu, Biram juga mengandung karbohidrat dan protein dalam jumlah yang signifikan, menjadikannya makanan yang lengkap secara makronutrien.

• Vitamin C: Antioksidan kuat yang mendukung sistem kekebalan tubuh, kesehatan kulit, dan penyerapan zat besi.
• Vitamin E: Antioksidan lain yang melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas dan penting untuk kesehatan kulit.
• Vitamin A (dalam bentuk beta-karoten): Penting untuk penglihatan, pertumbuhan sel, dan fungsi kekebalan tubuh.
• Kalsium: Mineral penting untuk kesehatan tulang dan gigi, serta fungsi otot dan saraf.
• Fosfor: Bekerja sama dengan kalsium untuk kesehatan tulang, serta berperan dalam produksi energi seluler.
• Kalium: Elektrolit penting yang membantu menjaga tekanan darah normal, keseimbangan cairan, dan fungsi saraf.
• Serat Pangan: Mendukung kesehatan pencernaan, membantu mencegah sembelit, dan dapat membantu mengelola kadar gula darah.

3.2 Antioksidan dan Senyawa Bioaktif

Salah satu aspek paling menarik dari Biram adalah kandungan antioksidannya yang tinggi. Kulit buah Biram yang berwarna ungu gelap hingga hitam menunjukkan adanya antosianin, pigmen flavonoid yang dikenal sebagai antioksidan kuat. Selain antosianin, Biram juga mengandung karotenoid dan senyawa fenolik lainnya.

Manfaat antioksidan ini sangat beragam:

• Melawan Radikal Bebas: Antioksidan membantu menetralkan radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan molekul tidak stabil penyebab kerusakan sel dan berkontribusi pada penuaan serta perkembangan penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.
• Anti-inflamasi: Beberapa senyawa dalam Biram memiliki sifat anti-inflamasi, yang dapat membantu mengurangi peradangan kronis dalam tubuh, penyebab banyak penyakit modern.
• Mendukung Kesehatan Jantung: Lemak tak jenuh dan antioksidan dalam Biram dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), meningkatkan kolesterol baik (HDL), dan melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
• Potensi Anti-kanker: Studi awal menunjukkan bahwa ekstrak Biram mungkin memiliki sifat anti-proliferatif terhadap sel kanker tertentu, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
• Kesehatan Kulit: Vitamin C dan E, serta antioksidan lainnya, berkontribusi pada kulit yang sehat dengan melindungi dari kerusakan UV dan mendukung produksi kolagen.

4. Budidaya Biram: Tantangan dan Potensi Agribisnis

Seiring dengan meningkatnya minat terhadap Biram, baik di tingkat lokal maupun internasional, budidaya buah ini mulai berkembang dari sekadar panen liar menjadi agribisnis yang terencana. Namun, budidaya Biram tidak tanpa tantangan, mengingat sifatnya sebagai tanaman hutan tropis yang spesifik.

4.1 Syarat Tumbuh Optimal

Pohon Biram membutuhkan kondisi iklim dan tanah tertentu untuk tumbuh dan berbuah secara optimal:

• Iklim Tropis: Membutuhkan suhu hangat sepanjang tahun (rata-rata 25-30°C) tanpa musim dingin yang ekstrem.
• Curah Hujan Tinggi: Memerlukan curah hujan yang melimpah dan merata sepanjang tahun, idealnya lebih dari 2000 mm per tahun, dengan kelembaban udara yang tinggi.
• Sinar Matahari Penuh: Meskipun dapat tumbuh di bawah naungan saat muda, pohon dewasa membutuhkan sinar matahari penuh untuk berbuah lebat.
• Tanah Subur dan Drainase Baik: Biram menyukai tanah yang kaya bahan organik, gembur, dan memiliki drainase yang baik. Tanah lempung berpasir atau tanah liat berpasir yang subur sangat ideal. pH tanah yang sedikit asam hingga netral (pH 5.5-7.0) umumnya cocok.
• Ketersediaan Air: Pohon muda sangat sensitif terhadap kekeringan, sehingga penyiraman teratur sangat penting.

4.2 Perbanyakan dan Penanaman

Perbanyakan Biram dapat dilakukan melalui biji atau vegetatif:

• Melalui Biji: Cara paling umum, tetapi memiliki kelemahan yaitu waktu berbuah yang lama (bisa mencapai 7-10 tahun atau lebih) dan variasi genetik yang tinggi, sehingga kualitas buah bisa berbeda. Biji perlu disemai segera setelah dikeluarkan dari buah.
• Perbanyakan Vegetatif:
  • Okulasi/Sambung Pucuk: Metode ini lebih disukai untuk budidaya komersial karena menghasilkan tanaman yang seragam, berbuah lebih cepat (3-5 tahun), dan kualitas buahnya konsisten dengan induknya. Pucuk diambil dari pohon induk yang unggul.
  • Cangkok: Juga memungkinkan, tetapi tingkat keberhasilannya mungkin bervariasi.

Setelah bibit siap, penanaman dilakukan di lahan yang sudah dipersiapkan. Jarak tanam yang ideal perlu dipertimbangkan untuk memungkinkan pertumbuhan kanopi yang optimal dan memudahkan panen. Pemupukan dan pengendalian gulma secara teratur juga krusial, terutama pada tahun-tahun awal pertumbuhan.

4.3 Hama dan Penyakit

Seperti tanaman lainnya, Biram juga dapat terserang hama dan penyakit, meskipun secara umum relatif tahan. Beberapa masalah yang mungkin timbul antara lain:

• Hama Serangga: Ulat pemakan daun, kutu daun, atau penggerek batang bisa menjadi masalah jika populasi mereka tinggi. Pengendalian biologis atau penggunaan insektisida nabati dapat diterapkan.
• Penyakit Jamur: Penyakit busuk akar atau bercak daun dapat terjadi, terutama dalam kondisi kelembaban tinggi yang ekstrem atau drainase yang buruk. Praktik kebersihan kebun yang baik dan pemangkasan yang tepat dapat membantu mencegah penyebaran.

Pengawasan rutin dan penanganan cepat adalah kunci untuk menjaga kesehatan pohon Biram.

4.4 Panen dan Pasca-Panen

Musim panen Biram biasanya terjadi sekali setahun, meskipun varietas tertentu mungkin berbuah dua kali. Buah dipanen ketika sudah matang sempurna, ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi ungu gelap atau hitam. Panen dilakukan secara manual, seringkali dengan memanjat pohon atau menggunakan galah panjang.

Penanganan pasca-panen sangat penting untuk menjaga kualitas Biram. Buah yang baru dipetik harus segera diangkut dan diproses (direndam air hangat) atau disimpan dengan benar. Karena Biram adalah buah yang mudah rusak, pengembangan teknik pengawetan yang lebih canggih menjadi krusial untuk memperpanjang umur simpan dan memungkinkan distribusinya ke pasar yang lebih luas.

5. Potensi Ekonomi dan Inovasi Produk Biram

Selain nilai nutrisi dan budaya, Biram memiliki potensi ekonomi yang besar, baik sebagai buah segar maupun melalui pengembangan produk olahan. Di pasar lokal, Biram sudah menjadi komoditas yang dinantikan setiap musimnya, namun potensinya untuk pasar yang lebih luas masih sangat besar.

5.1 Biram di Pasar Lokal dan Regional

Selama musim Biram, pasar-pasar tradisional di Borneo dipenuhi dengan tumpukan buah hitam ini. Harganya bisa bervariasi tergantung ketersediaan dan kualitas, seringkali menjadi sumber pendapatan penting bagi petani dan masyarakat pedesaan. Di restoran dan warung makan lokal, Biram sering disajikan sebagai lauk pendamping nasi atau dicampur dalam hidangan tertentu, memperkaya cita rasa masakan Borneo.

Permintaan akan Biram segar tetap tinggi di pasar-pasar lokal, namun ada tantangan dalam distribusi karena sifatnya yang mudah rusak. Logistik yang efisien dan rantai pasok yang terorganisir dengan baik diperlukan untuk memastikan Biram berkualitas dapat menjangkau konsumen yang lebih luas di dalam wilayah.

5.2 Inovasi Produk Olahan Biram

Pengembangan produk olahan dari Biram adalah kunci untuk membuka potensi ekonominya yang lebih besar, memperpanjang umur simpan, dan menjangkau pasar di luar Borneo. Beberapa inovasi produk yang telah dan sedang dikembangkan antara lain:

• Minyak Biram: Minyak yang diekstrak dari daging buah Biram memiliki warna kuning kehijauan dan profil nutrisi yang menarik, kaya akan lemak tak jenuh dan antioksidan. Potensinya sebagai minyak goreng sehat, bahan kosmetik, atau suplemen kesehatan sedang dieksplorasi.
• Pasta Biram: Daging buah Biram yang sudah direndam dan dihaluskan bisa diolah menjadi pasta yang serbaguna, mirip dengan pesto atau tapenade. Pasta ini bisa digunakan sebagai olesan roti, bumbu masakan, atau saus.
• Acar Biram: Buah Biram yang diolah dengan fermentasi atau diasinkan dapat menjadi acar yang tahan lama, memberikan rasa unik dan dapat dinikmati sepanjang tahun.
• Keripik atau Kerupuk Biram: Inovasi lain adalah mengolah Biram menjadi keripik renyah, memanfaatkan daging buahnya yang gurih setelah melalui proses pengeringan atau penggorengan.
• Selai atau Sambal Biram: Untuk variasi rasa manis atau pedas, Biram dapat diolah menjadi selai atau sambal, menambah pilihan produk makanan yang unik.
• Ekstrak dan Suplemen: Dengan kandungan antioksidannya yang tinggi, ekstrak Biram memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi suplemen kesehatan dalam bentuk kapsul atau bubuk.

Inovasi produk ini tidak hanya menciptakan nilai tambah bagi Biram, tetapi juga membuka peluang pasar baru, mendorong pertumbuhan industri lokal, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

5.3 Tantangan dan Peluang Global

Meskipun memiliki potensi besar, Biram menghadapi beberapa tantangan untuk menembus pasar global. Kurangnya standarisasi dalam budidaya dan pengolahan, serta kurangnya penelitian ilmiah yang komprehensif tentang manfaat kesehatannya, menjadi hambatan utama. Namun, dengan tren global yang semakin meningkat terhadap makanan fungsional, bahan alami, dan produk berkelanjutan, Biram memiliki peluang besar untuk mendapatkan pengakuan.

Pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk:

• Mengembangkan praktik budidaya standar untuk memastikan kualitas dan pasokan yang konsisten.
• Melakukan penelitian ilmiah yang lebih mendalam untuk memvalidasi klaim kesehatan dan mengidentifikasi senyawa bioaktif baru.
• Membangun kapasitas petani dan pengusaha lokal dalam pengolahan dan pemasaran produk Biram.
• Mempromosikan Biram sebagai "superfood" unik dari Borneo ke pasar internasional.

6. Biram dalam Kuliner Modern: Kreasi Tanpa Batas

Meskipun secara tradisional Biram dinikmati dengan cara yang sederhana, buah ini memiliki fleksibilitas kuliner yang luar biasa. Para koki dan penggemar makanan semakin bereksperimen dengan Biram, mengintegrasikannya ke dalam hidangan modern dan menciptakan pengalaman rasa yang baru.

6.1 Resep Tradisional Biram

Cara paling klasik menikmati Biram adalah dengan merendamnya dalam air hangat (sekitar 60-70°C) selama 5-10 menit hingga lunak, kemudian tiriskan dan bumbui dengan sedikit garam. Rasa gurih asin dan tekstur creamy-nya sangat cocok sebagai pendamping nasi hangat atau sebagai camilan sehat.

Beberapa variasi tradisional meliputi:

• Nasi Goreng Biram: Buah Biram yang sudah dilunakkan dipotong-potong dan dicampur ke dalam nasi goreng, memberikan dimensi rasa yang unik dan gurih.
• Sambal Biram: Biram yang dihaluskan bersama cabai, bawang, dan bumbu lainnya menjadi sambal yang pedas dan creamy, cocok untuk menemani hidangan ikan bakar atau ayam goreng.
• Bubur Biram: Dalam beberapa daerah, Biram juga ditambahkan ke dalam bubur nasi, menciptakan hidangan yang kaya rasa dan tekstur.

6.2 Kreasi Kuliner Modern dengan Biram

Potensi Biram di dapur modern sangat luas. Berikut beberapa ide kreasi:

• Pesto Biram: Ganti kacang pinus dalam pesto klasik dengan Biram, campurkan dengan daun basil, bawang putih, keju parmesan, dan minyak zaitun untuk saus pasta yang unik.
• Salsa Biram: Cincang Biram yang sudah direndam, campurkan dengan tomat, bawang merah, cabai, ketumbar, dan perasan jeruk nipis untuk salsa segar yang cocok dengan keripik tortila atau hidangan panggang.
• Dressing Salad Biram: Haluskan Biram dengan sedikit cuka apel, minyak zaitun, madu, dan mustard untuk dressing salad yang creamy dan sehat.
• Roti atau Muffin Biram: Daging buah Biram yang dihaluskan dapat dicampurkan ke dalam adonan roti atau muffin, memberikan kelembaban dan rasa gurih yang tak terduga.
• Saus untuk Daging atau Ikan: Saus berbahan dasar Biram dapat menjadi pelengkap yang lezat untuk hidangan daging panggang atau ikan bakar, memberikan sentuhan eksotis.
• Es Krim Biram: Untuk pengalaman rasa yang berani, Biram yang dihaluskan bisa menjadi bahan dasar es krim atau sorbet, menawarkan kombinasi rasa gurih dan manis yang mengejutkan.

Eksplorasi kuliner dengan Biram masih terus berkembang. Dengan kreativitas, buah ini dapat menjadi bintang di berbagai hidangan, dari yang sederhana hingga fine dining, menunjukkan adaptabilitasnya yang luar biasa.

7. Konservasi dan Masa Depan Biram

Meskipun Biram adalah anugerah alam yang kaya, masa depannya tidak terlepas dari tantangan, terutama terkait dengan konservasi dan perubahan lingkungan. Deforestasi, perubahan iklim, dan kurangnya perhatian terhadap keanekaragaman hayati mengancam keberlangsungan hidup pohon Biram dan ketersediaan buahnya.

7.1 Ancaman Terhadap Pohon Biram

• Deforestasi: Pembukaan lahan untuk perkebunan monokultur (seperti kelapa sawit) atau pembangunan infrastruktur telah menghancurkan habitat alami pohon Biram.
• Perubahan Iklim: Pola curah hujan yang tidak menentu, kenaikan suhu, dan kejadian cuaca ekstrem dapat mempengaruhi pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan pohon Biram.
• Praktik Panen yang Tidak Berkelanjutan: Meskipun sebagian besar panen Biram dilakukan secara tradisional, ada risiko panen berlebihan atau praktik yang merusak pohon jika permintaan meningkat tanpa manajemen yang tepat.
• Kurangnya Pengetahuan tentang Varietas Liar: Banyak varietas Biram liar mungkin belum teridentifikasi atau diteliti, sehingga potensi genetiknya dapat hilang sebelum sempat dipelajari.

7.2 Upaya Konservasi dan Pembangunan Berkelanjutan

Untuk memastikan Biram tetap lestari untuk generasi mendatang, diperlukan upaya konservasi yang terpadu:

• Konservasi In-situ dan Ex-situ: Melindungi hutan tempat Biram tumbuh secara alami (in-situ) dan juga mendirikan kebun koleksi atau bank gen (ex-situ) untuk melestarikan keanekaragaman genetiknya.
• Promosi Agroforestri: Mendorong penanaman Biram dalam sistem agroforestri, di mana Biram ditanam bersama dengan tanaman pertanian lain. Ini tidak hanya melestarikan spesies tetapi juga meningkatkan keanekaragaman hayati dan pendapatan petani.
• Penelitian dan Pengembangan: Melakukan penelitian lebih lanjut tentang botani, ekologi, genetika, dan potensi agronomi Biram untuk memahami cara terbaik melestarikannya dan mengoptimalkan budidayanya.
• Edukasi dan Kesadaran Publik: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Biram sebagai bagian dari warisan alam dan budaya, serta manfaatnya bagi kesehatan dan ekonomi.
• Dukungan Kebijakan: Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung budidaya berkelanjutan Biram, melindungi habitatnya, dan memfasilitasi pengembangan produk olahannya.

8. Kesimpulan: Biram, Lebih dari Sekadar Buah

Biram, si permata hitam dari Borneo, adalah anugerah alam yang luar biasa. Dari akar sejarah dan perannya dalam budaya masyarakat adat, hingga kandungan nutrisinya yang melimpah dan potensi ekonominya yang menjanjikan, Biram jauh lebih dari sekadar buah. Ia adalah simbol kekayaan hayati Borneo, cerminan kearifan lokal, dan sebuah harta yang menunggu untuk diakui dan dihargai sepenuhnya oleh dunia.

Perjalanan Biram dari hutan belantara menuju piring makan kita adalah kisah tentang ketahanan alam, inovasi manusia, dan interaksi harmonis antara keduanya. Namun, seperti banyak warisan alam lainnya, Biram menghadapi ancaman yang nyata. Oleh karena itu, tanggung jawab untuk melestarikan dan mengembangkan potensinya ada di tangan kita semua.

Melalui budidaya berkelanjutan, penelitian ilmiah yang lebih mendalam, inovasi produk, dan promosi yang efektif, Biram dapat mencapai potensi globalnya sebagai superfood yang unik. Pada saat yang sama, kita harus memastikan bahwa pengembangan ini dilakukan dengan cara yang menghormati budaya dan tradisi masyarakat lokal yang telah menjaga Biram selama berabad-abad. Dengan demikian, Biram tidak hanya akan menjadi sumber kesehatan dan kemakmuran, tetapi juga jembatan yang menghubungkan kita dengan kekayaan alam dan budaya Borneo yang tak tergantikan.

Mari kita bersama-sama mendukung Biram, si permata hitam, agar terus bersinar, tidak hanya di Borneo tetapi juga di seluruh dunia, sebagai buah yang membawa cerita, kesehatan, dan harapan.