Bohorok: Jantung Konservasi Orangutan dan Keindahan Alam Sumatera yang Abadi

Wajah Orangutan

Bohorok, sebuah nama yang seringkali bergema di kalangan para pecinta alam dan pemerhati konservasi, adalah permata tersembunyi di jantung Sumatera Utara, Indonesia. Lebih dari sekadar destinasi wisata biasa, Bohorok merupakan sebuah ekosistem vital, rumah bagi salah satu primata paling karismatik di dunia: orangutan Sumatera. Kawasan ini merupakan pintu gerbang utama menuju Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO yang paling penting dan salah satu hutan hujan tropis terbesar yang tersisa di Asia Tenggara.

Eksistensi Bohorok tidak dapat dipisahkan dari upaya keras untuk melindungi dan melestarikan orangutan Sumatera (Pongo abelii) yang terancam punah. Pusat rehabilitasi orangutan di Bukit Lawang, yang terletak di tepi Sungai Bohorok, telah menjadi simbol harapan bagi spesies ini selama beberapa dekade. Namun, signifikansi Bohorok melampaui orangutan semata. Wilayah ini adalah mozaik kompleks dari keanekaragaman hayati, budaya lokal, dan perjuangan tiada henti melawan ancaman modern.

Artikel ini akan membawa kita menyelami lebih dalam tentang Bohorok, menjelajahi kekayaan alamnya, memahami peran krusialnya dalam konservasi global, menyoroti tantangan yang dihadapinya, serta mengulas upaya-upaya heroik yang dilakukan untuk menjaga kelestarian warisan alam ini agar tetap abadi bagi generasi mendatang. Mari kita mulai perjalanan menakjubkan ke Bohorok, sebuah surga yang berdenyut dengan kehidupan dan harapan.

Melacak Jejak Sejarah Bohorok: Dari Hutan Belantara hingga Pusat Konservasi

Sejarah Bohorok sebagai pusat perhatian dunia konservasi dimulai pada tahun 1971 dengan didirikannya pusat rehabilitasi orangutan di Bukit Lawang. Sebelumnya, wilayah ini adalah bagian dari hutan belantara yang luas, dihuni oleh berbagai suku asli dan satwa liar, dengan Sungai Bohorok sebagai arteri utama yang mengalir membelah lanskap. Keberadaan sungai ini, dengan aliran airnya yang jernih dan hutan lebat di sekitarnya, telah lama menjadi sumber kehidupan dan inspirasi bagi masyarakat lokal.

Pada awalnya, pusat rehabilitasi ini didirikan oleh pasangan suami istri dari Swiss, Monica dan Peter Barnekow, bekerja sama dengan Frankfurt Zoological Society. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan orangutan yatim piatu atau yang menjadi korban perdagangan ilegal, merehabilitasi mereka, dan kemudian melepaskannya kembali ke alam liar. Konsep ini, yang saat itu masih relatif baru, menjadi cikal bakal model konservasi primata yang banyak ditiru di seluruh dunia. Orangutan yang telah dilatih untuk mencari makan sendiri dan beradaptasi kembali dengan kehidupan liar dilepaskan secara bertahap ke hutan.

Selama bertahun-tahun, Bukit Lawang menjadi ikon Bohorok dan menarik perhatian ribuan turis dan peneliti dari berbagai penjuru dunia. Kisah-kisah tentang orangutan yang kembali ke alam liar setelah direhabilitasi menyebar luas, menyoroti urgensi perlindungan spesies yang terancam punah ini. Pusat rehabilitasi ini tidak hanya menjadi tempat penyelamatan, tetapi juga pusat penelitian dan pendidikan penting yang membantu meningkatkan kesadaran global tentang ancaman terhadap orangutan dan habitatnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, pendekatan konservasi berkembang. Pusat rehabilitasi yang terlalu sering berinteraksi dengan manusia memiliki potensi untuk mengubah perilaku alami orangutan dan bahkan menyebarkan penyakit. Oleh karena itu, di awal tahun 2000-an, pendekatan di Bukit Lawang mulai diubah. Fokus bergeser dari "rehabilitasi dan pelepasan" secara langsung di area tersebut, menjadi upaya konservasi yang lebih luas, termasuk perlindungan habitat asli, pencegahan perburuan, dan pendidikan masyarakat. Organisasi seperti Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) mengambil peran yang lebih besar dalam upaya penyelamatan dan rehabilitasi, dengan fasilitas yang lebih terpencil untuk meminimalkan kontak manusia.

Meskipun demikian, warisan pusat rehabilitasi Bukit Lawang tetap tak terhapuskan. Wilayah Bohorok terus menjadi area krusial untuk pengamatan orangutan semi-liar dan sebagai basis untuk ekspedisi ke jantung TNGL. Sejarahnya yang kaya adalah pengingat konstan akan komitmen panjang manusia untuk melindungi makhluk luar biasa ini dan hutan hujan tempat mereka bernaung.

Jantung Konservasi: Orangutan Sumatera dan Peran Bohorok

Orangutan Sumatera (Pongo abelii) adalah salah satu dari tiga spesies orangutan yang diakui dan secara kritis terancam punah. Populasi mereka terus menurun drastis karena hilangnya habitat yang cepat dan perburuan. Bohorok, khususnya area yang berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser, adalah salah satu benteng terakhir mereka. Tanpa upaya konservasi yang intensif di wilayah seperti Bohorok, kelangsungan hidup spesies ini akan semakin terancam.

Ancaman terhadap Orangutan Sumatera

Upaya Konservasi di Bohorok dan Sekitarnya

Di Bohorok dan sekitarnya, berbagai organisasi, baik pemerintah maupun non-pemerintah, bekerja tanpa lelah untuk melindungi orangutan dan habitatnya. Program-program ini mencakup:

Simbol Konservasi

Kehadiran orangutan di Bohorok bukan hanya tentang keanekaragaman hayati, melainkan juga indikator kesehatan hutan secara keseluruhan. Sebagai "penjaga kebun" hutan, orangutan berperan penting dalam penyebaran benih dan menjaga regenerasi hutan. Melindungi mereka berarti melindungi seluruh ekosistem hutan hujan tropis yang vital, yang pada gilirannya memberikan manfaat bagi iklim global dan kehidupan manusia.

Hutan Hujan Tropis Gunung Leuser: Mahkota Keanekaragaman Hayati

Bohorok adalah pintu gerbang menuju Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sebuah kawasan konservasi yang sangat luas, meliputi 2,6 juta hektar di provinsi Aceh dan Sumatera Utara. TNGL adalah salah satu dari tiga taman nasional yang membentuk Hutan Hujan Tropis Sumatera, yang diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO karena keanekaragaman hayatinya yang luar biasa dan signifikansi ekologis globalnya. Kawasan ini adalah rumah bagi setidaknya empat spesies mamalia besar yang terancam punah: orangutan Sumatera, harimau Sumatera, gajah Sumatera, dan badak Sumatera.

Kekayaan Flora dan Fauna

Ekosistem di TNGL dan Bohorok sangat kompleks dan kaya. Hutan hujan tropis di sini merupakan salah satu yang paling beragam di dunia:

Kanopi Hutan Hujan Tropis

Peran Ekologis Global

Hutan hujan tropis di Bohorok dan TNGL bukan hanya penting bagi satwa liar, tetapi juga memainkan peran krusial dalam skala global:

Oleh karena itu, perlindungan Bohorok dan TNGL bukan hanya tanggung jawab lokal, tetapi juga tanggung jawab global. Kehilangan hutan ini akan menjadi kerugian yang tak tergantikan bagi planet kita dan warisan alamnya.

Sungai Bohorok: Nadi Kehidupan dan Petualangan

Melalui jantung kawasan Bohorok, mengalirlah Sungai Bohorok yang legendaris, sebuah sungai berair jernih yang membelah hutan hujan tropis yang lebat. Sungai ini bukan hanya sebuah jalur air, melainkan sebuah nadi kehidupan yang vital bagi ekosistem sekitarnya dan juga menjadi daya tarik utama bagi para petualang dan pecinta alam.

Keindahan dan Karakteristik Sungai

Sungai Bohorok dikenal dengan airnya yang bening kehijauan, yang mengalir dari pegunungan Taman Nasional Gunung Leuser. Alirannya bervariasi, dari bagian yang tenang dan dangkal, ideal untuk berenang dan bersantai, hingga jeram-jeram kecil yang menawarkan sensasi petualangan. Tepian sungai dipenuhi oleh vegetasi hutan yang rimbun, menciptakan koridor hijau yang asri dan sejuk. Suara gemericik air berpadu dengan kicauan burung dan serangga hutan, menciptakan simfoni alam yang menenangkan.

Dasar sungai sebagian besar terdiri dari bebatuan kerikil dan pasir, memberikan kejernihan air yang memukau. Pada musim kemarau, beberapa bagian sungai menjadi sangat dangkal, memungkinkan pengunjung untuk berjalan di tepiannya atau bahkan melintasi bagian tertentu. Sementara itu, pada musim hujan, volume air meningkat, membuat arus lebih deras dan menantang untuk aktivitas seperti arung jeram.

Peran Ekologis Sungai Bohorok

Sebagai bagian integral dari ekosistem hutan hujan, Sungai Bohorok memiliki peran ekologis yang sangat penting:

Sungai Bohorok

Aktivitas Petualangan di Sungai Bohorok

Bagi wisatawan, Sungai Bohorok menawarkan berbagai pengalaman yang tak terlupakan:

Penting untuk selalu menggunakan jasa pemandu lokal yang berlisensi untuk aktivitas di sungai, tidak hanya untuk keamanan tetapi juga untuk mendapatkan wawasan lebih dalam tentang lingkungan sekitar dan budaya lokal. Keberadaan Sungai Bohorok adalah bukti hidup bahwa alam dapat memberikan keindahan sekaligus petualangan, asalkan kita menjaganya dengan baik.

Ekowisata Berkelanjutan: Harapan dan Tantangan di Bohorok

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya konservasi, ekowisata telah muncul sebagai alat yang ampuh untuk melindungi kawasan alam seperti Bohorok. Ekowisata di Bohorok bertujuan untuk memberikan pengalaman berwisata yang mendidik, minim dampak, dan memberdayakan masyarakat lokal, sekaligus mendukung upaya konservasi. Namun, seperti halnya banyak destinasi ekowisata, Bohorok juga menghadapi tantangan besar dalam mencapai keberlanjutan sejati.

Daya Tarik Ekowisata Bohorok

Bohorok menawarkan kombinasi unik antara petualangan di hutan hujan dan kesempatan untuk menyaksikan keajaiban alam dan satwa liar, terutama orangutan. Beberapa daya tarik utamanya meliputi:

Manfaat Ekowisata bagi Konservasi dan Masyarakat

Ekowisata yang dikelola dengan baik dapat membawa banyak manfaat:

Tantangan dalam Ekowisata Berkelanjutan

Meskipun memiliki potensi besar, ekowisata di Bohorok menghadapi beberapa tantangan serius:

Untuk memastikan ekowisata Bohorok benar-benar berkelanjutan, diperlukan perencanaan yang cermat, regulasi yang ketat, partisipasi aktif masyarakat lokal, dan komitmen dari semua pihak. Dengan pengelolaan yang tepat, ekowisata dapat menjadi kekuatan positif yang kuat untuk konservasi dan pembangunan masyarakat di Bohorok.

Ancaman Modern: Melawan Destruksi di Bohorok dan TNGL

Meskipun Bohorok adalah benteng konservasi yang penting, wilayah ini, bersama dengan seluruh Taman Nasional Gunung Leuser, terus-menerus menghadapi berbagai ancaman yang mengikis keindahan dan keanekaragaman hayatinya. Ancaman-ancaman ini sebagian besar didorong oleh tekanan ekonomi dan sosial, seringkali dengan dampak global yang luas.

Penebangan Liar dan Perambahan Hutan

Salah satu ancaman paling merusak adalah penebangan liar dan perambahan hutan. Kayu-kayu berharga seperti meranti dan kruing seringkali menjadi target penebang ilegal. Pembukaan lahan untuk tujuan pertanian, terutama perkebunan kelapa sawit, juga merupakan masalah serius. Petani kecil yang mencari nafkah seringkali didorong untuk merambah batas-batas taman nasional, mengubah hutan vital menjadi lahan pertanian. Skala perambahan bisa sangat besar, menciptakan area deforestasi yang luas dan terfragmentasi.

Perkebunan Kelapa Sawit

Industri kelapa sawit adalah salah satu penyebab utama deforestasi di Sumatera. Minyak kelapa sawit adalah komoditas global yang sangat diminati, dan ekspansi perkebunan seringkali dilakukan dengan mengorbankan hutan hujan. Meskipun ada upaya untuk mempromosikan minyak sawit berkelanjutan, tekanan ekonomi untuk membuka lahan baru tetap sangat tinggi, bahkan di sekitar wilayah konservasi penting seperti TNGL.

Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar Ilegal

Satwa liar di TNGL menjadi target para pemburu untuk perdagangan ilegal. Orangutan diburu untuk diambil bayinya yang kemudian dijual sebagai hewan peliharaan, seringkali setelah induknya dibunuh. Harimau Sumatera diburu untuk kulit, tulang, dan organ tubuhnya yang digunakan dalam pengobatan tradisional. Bagian tubuh gajah dan badak juga menjadi komoditas ilegal yang mahal. Penjebakan burung dan reptil juga umum terjadi.

Pencemaran Lingkungan

Aktivitas manusia di sekitar Bohorok dan di sepanjang aliran sungai dapat menyebabkan pencemaran. Sampah plastik dan limbah rumah tangga seringkali dibuang ke sungai, mengalir ke bawah dan merusak ekosistem air serta mencemari hutan. Penggunaan bahan kimia dalam pertanian di sekitar area juga dapat meresap ke dalam tanah dan air.

Konflik Manusia-Satwa Liar

Seiring dengan berkurangnya habitat, satwa liar seperti gajah dan harimau semakin sering keluar dari hutan dan memasuki permukiman atau perkebunan warga. Hal ini menyebabkan konflik yang seringkali berakhir dengan kerugian di kedua belah pihak: satwa dibunuh, dan warga kehilangan tanaman atau bahkan nyawa.

Perubahan Iklim

Meskipun penyebabnya bersifat global, dampak perubahan iklim terasa di Bohorok. Pola curah hujan yang tidak menentu, kekeringan yang lebih panjang, dan kebakaran hutan yang lebih sering mengancam kesehatan ekosistem hutan hujan. Suhu yang lebih tinggi juga dapat mempengaruhi pola perkembangbiakan dan ketersediaan makanan bagi satwa.

Melawan ancaman-ancaman ini membutuhkan pendekatan multi-faceted yang melibatkan pemerintah, organisasi non-pemerintah, masyarakat lokal, dan dukungan internasional. Pendidikan, penegakan hukum yang kuat, dan pengembangan mata pencarian alternatif yang berkelanjutan adalah kunci untuk mengamankan masa depan Bohorok dan Taman Nasional Gunung Leuser.

Masyarakat Lokal dan Konservasi: Sinergi di Jantung Bohorok

Di sekitar Bohorok, terdapat banyak desa yang dihuni oleh masyarakat lokal, mayoritas adalah suku Batak Karo dan beberapa etnis lainnya. Masyarakat ini telah hidup berdampingan dengan hutan selama bergenerasi-generasi, mengembangkan hubungan yang kompleks dan mendalam dengan alam. Peran mereka dalam upaya konservasi Bohorok sangatlah krusial, karena keberhasilan jangka panjang konservasi tidak dapat dicapai tanpa partisipasi dan dukungan penuh dari penduduk setempat.

Ketergantungan dan Kearifan Lokal

Secara historis, masyarakat lokal sangat bergantung pada hutan untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari kayu bakar, bahan bangunan, obat-obatan tradisional, hingga hasil hutan non-kayu seperti buah-buahan dan madu. Ketergantungan ini melahirkan kearifan lokal yang kaya tentang pengelolaan sumber daya alam. Banyak praktik tradisional yang bersifat lestari, mengajarkan cara mengambil dari hutan tanpa merusaknya. Mereka juga memiliki pemahaman mendalam tentang siklus alam, perilaku satwa liar, dan tanda-tanda perubahan lingkungan.

Namun, tekanan ekonomi modern dan perubahan demografi telah mengikis beberapa kearifan lokal ini, mendorong beberapa individu untuk terlibat dalam aktivitas yang merusak hutan demi keuntungan jangka pendek. Inilah mengapa pendekatan konservasi yang melibatkan masyarakat menjadi sangat penting.

Membangun Kemitraan Konservasi

Organisasi konservasi dan pemerintah telah menyadari bahwa masyarakat adalah garda terdepan dalam perlindungan hutan. Oleh karena itu, berbagai program telah diluncurkan untuk melibatkan mereka secara aktif:

Tantangan dalam Kemitraan

Meskipun ada banyak keberhasilan, membangun kemitraan yang kuat antara konservasi dan masyarakat tidak selalu mudah:

Meski demikian, kisah-kisah sukses di Bohorok menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, masyarakat lokal dapat menjadi mitra paling efektif dalam konservasi. Ketika mereka melihat manfaat langsung dari perlindungan hutan – baik melalui pekerjaan, pendidikan, maupun lingkungan yang lebih sehat – motivasi untuk menjaga Bohorok tetap lestari akan semakin kuat. Sinergi antara konservasi dan masyarakat adalah kunci untuk memastikan bahwa jantung Sumatera ini terus berdetak dengan kehidupan dan harapan.

Masa Depan Bohorok: Sebuah Visi Harapan dan Ketahanan

Bohorok, dengan segala keindahan alamnya, orangutan yang karismatik, dan masyarakat yang tangguh, berdiri di persimpangan jalan. Masa depannya akan ditentukan oleh bagaimana kita, sebagai manusia, memilih untuk bertindak hari ini. Visi untuk Bohorok di masa depan adalah tempat di mana alam dan manusia hidup berdampingan secara harmonis, di mana hutan hujan tumbuh subur, orangutan berlimpah, dan masyarakat lokal sejahtera.

Pilar Visi Masa Depan

  1. Hutan yang Terlindung dan Terhubung: Tujuan utama adalah untuk memastikan bahwa hutan di Taman Nasional Gunung Leuser, termasuk area Bohorok, sepenuhnya terlindungi dari penebangan liar, perambahan, dan fragmentasi. Ini berarti memperkuat patroli, menegakkan hukum secara ketat, dan secara aktif melakukan restorasi di area yang rusak. Jaringan koridor satwa liar harus dijaga agar populasi orangutan dan satwa lainnya dapat bergerak bebas, menjaga keanekaragaman genetik mereka.
  2. Populiasi Orangutan yang Stabil dan Berkembang: Dengan perlindungan habitat yang efektif, diharapkan populasi orangutan Sumatera akan stabil dan mulai meningkat. Upaya penyelamatan dan rehabilitasi akan terus berlanjut, tetapi fokus utama adalah mencegah orangutan membutuhkan penyelamatan di tempat pertama. Pendidikan tentang bahaya perdagangan satwa dan pencegahan konflik manusia-satwa akan menjadi sangat penting.
  3. Ekowisata Berkelanjutan sebagai Pilar Ekonomi: Ekowisata akan terus menjadi sumber pendapatan penting bagi masyarakat lokal, tetapi dengan penekanan yang lebih kuat pada keberlanjutan. Ini termasuk pembatasan jumlah pengunjung, pelatihan pemandu yang lebih komprehensif tentang etika satwa liar dan konservasi, serta pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan. Dana dari pariwisata akan secara transparan dialokasikan untuk program konservasi.
  4. Masyarakat Lokal yang Mandiri dan Terberdayakan: Masyarakat di sekitar Bohorok akan menjadi mitra utama dalam konservasi, bukan hanya penerima manfaat. Mereka akan memiliki mata pencarian yang beragam dan berkelanjutan yang tidak bergantung pada perusakan hutan, misalnya melalui pertanian organik, pengolahan hasil hutan non-kayu yang lestari, dan kerajinan. Program pendidikan dan kesehatan akan meningkatkan kualitas hidup mereka, dan mereka akan memiliki suara yang kuat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan wilayah mereka.
  5. Penelitian Ilmiah dan Inovasi: Bohorok dan TNGL akan terus menjadi situs penting untuk penelitian ilmiah, membantu kita memahami lebih banyak tentang ekologi hutan hujan, perilaku orangutan, dan dampak perubahan iklim. Inovasi dalam metode konservasi, pemantauan satwa liar, dan restorasi ekosistem akan terus dikembangkan dan diterapkan.
  6. Kesadaran dan Dukungan Global: Bohorok akan tetap menjadi simbol penting dalam perjuangan konservasi global. Dukungan internasional, baik dalam bentuk finansial maupun keahlian, akan terus dibutuhkan untuk mempertahankan upaya-upaya yang intensif. Kesadaran global tentang ancaman terhadap orangutan dan hutan hujan akan terus ditingkatkan melalui kampanye dan pendidikan.

Menghadapi Rintangan dengan Ketahanan

Mencapai visi ini tidak akan mudah. Ancaman seperti deforestasi, perburuan, dan perubahan iklim akan terus menjadi tantangan. Namun, dengan semangat kolaborasi dan ketahanan yang telah ditunjukkan oleh masyarakat lokal dan para konservasionis selama bertahun-tahun, Bohorok memiliki peluang untuk tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang.

Setiap pengunjung yang datang ke Bohorok, setiap donasi yang diberikan untuk upaya konservasi, dan setiap keputusan yang mendukung produk berkelanjutan, adalah sebuah langkah menuju masa depan yang lebih cerah bagi Bohorok. Ini adalah tentang memahami bahwa kita semua terhubung dengan ekosistem ini, dan kesehatan Bohorok adalah cerminan dari komitmen kita terhadap planet ini.

Bohorok bukan hanya tentang orangutan; ini tentang warisan alam yang tak ternilai, tentang keberlanjutan hidup di bumi, dan tentang harapan bahwa manusia dapat belajar untuk hidup berdampingan dengan alam, menghargai setiap makhluk hidup, dan melindungi keindahan yang telah dianugerahkan kepada kita. Mari kita bersama-sama memastikan bahwa jantung konservasi Sumatera ini terus berdenyut, menginspirasi, dan memberikan kehidupan bagi generasi yang akan datang.

Dari gemericik Sungai Bohorok yang mengalir abadi, hingga gemuruh hutan hujan yang dipenuhi kehidupan, Bohorok adalah panggilan untuk bertindak, sebuah pengingat akan keajaiban yang harus kita lindungi. Ini adalah sebuah kisah tentang ketahanan, harapan, dan komitmen tanpa henti untuk menjaga warisan alam kita yang tak tergantikan. Mari kita dukung Bohorok, bukan hanya sebagai sebuah tempat, tetapi sebagai sebuah ide, sebuah prinsip, dan sebuah janji untuk masa depan yang lebih hijau dan lebih berkelanjutan.

Setiap pohon yang ditanam kembali, setiap orangutan yang diselamatkan, setiap pemandu lokal yang diberdayakan, setiap wisatawan yang kembali dengan cerita inspiratif, adalah batu bata yang membangun jembatan menuju masa depan Bohorok yang lebih baik. Ini adalah upaya kolektif, sebuah simfoni harmoni antara manusia dan alam. Dalam setiap langkah yang kita ambil untuk melindungi Bohorok, kita juga melindungi bagian dari diri kita sendiri, bagian dari warisan kemanusiaan yang terikat erat dengan keberlangsungan hidup planet ini. Mari kita jaga Bohorok, karena menjaga Bohorok berarti menjaga masa depan.

Keindahan Bohorok bukan hanya terletak pada rimbunnya hutan atau kelincahan orangutan, melainkan juga pada semangat juang yang tak pernah padam dari mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk melindunginya. Ini adalah cerita tentang harapan yang terus menyala di tengah ancaman, tentang ketahanan alam yang luar biasa, dan tentang kekuatan kolaborasi antara berbagai pihak untuk satu tujuan mulia. Bohorok adalah bukti nyata bahwa konservasi adalah investasi terbaik untuk masa depan, bukan hanya bagi satwa liar, tetapi juga bagi kemanusiaan itu sendiri. Masa depan Bohorok ada di tangan kita, dan dengan tindakan yang tepat, kita bisa menulis babak baru yang penuh keberhasilan untuk permata Sumatera ini.

Related Posts