Gemah Ripah Loh Jinawi: Harmoni, Kesejahteraan, Keberlanjutan

Pendahuluan: Mengapa Gemah Ripah Loh Jinawi Begitu Penting?

Frasa "Gemah Ripah Loh Jinawi" telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi kebangsaan Indonesia. Lebih dari sekadar susunan kata, ia adalah sebuah ekspresi filosofis yang merangkum cita-cita luhur akan kemakmuran, kedamaian, dan keberlanjutan. Ungkapan ini menggambarkan suatu kondisi ideal di mana suatu wilayah atau negara memiliki sumber daya alam yang melimpah (loh jinawi), serta masyarakatnya hidup dalam kemakmuran, ketentraman, dan keharmonisan (gemah ripah). Dalam konteks Indonesia, di mana kekayaan alam membentang luas dari Sabang sampai Merauke, dan keberagaman budaya menjadi identitas yang tak terpisahkan, "Gemah Ripah Loh Jinawi" bukan hanya angan-angan, melainkan sebuah panggilan untuk mewujudkan potensi besar yang dimiliki.

Sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara, konsep ini telah menjadi visi bagi para pemimpin dan masyarakat. Sebuah tanah yang loh jinawi berarti tanah yang subur, kaya akan hasil bumi, sumber daya air, dan keanekaragaman hayati. Ini adalah fondasi fisik dari kemakmuran. Sementara itu, gemah ripah merujuk pada kondisi sosial yang makmur, tentram, aman, damai, dan masyarakatnya hidup bergotong royong. Gabungan kedua elemen ini menciptakan sebuah potret masyarakat yang mandiri, sejahtera, dan harmonis dengan alam serta sesamanya. Di era modern, meskipun tantangan telah berevolusi, relevansi "Gemah Ripah Loh Jinawi" justru semakin menguat, mengingatkan kita akan pentingnya pembangunan yang seimbang, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Artikel ini akan mengupas tuntas setiap aspek dari adagium tersebut, menyelami makna historis, filosofis, serta relevansinya dalam menghadapi isu-isu kontemporer. Kita akan melihat bagaimana "Gemah Ripah Loh Jinawi" dapat menjadi kompas dalam merumuskan kebijakan, memupuk semangat kebersamaan, dan membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.

Melacak Jejak Sejarah dan Filosofi "Gemah Ripah Loh Jinawi"

Untuk memahami kedalaman frasa "Gemah Ripah Loh Jinawi," kita perlu menelusuri akarnya jauh ke dalam sejarah dan kebudayaan Nusantara. Ungkapan ini bukanlah sekadar rangkaian kata indah, melainkan sebuah kredo yang telah menginspirasi banyak generasi. Ia mencerminkan pandangan dunia (worldview) masyarakat Jawa kuno, yang kemudian menyebar dan meresap ke dalam kesadaran kolektif bangsa Indonesia.

Asal Mula dan Konteks Awal

Frasa ini seringkali ditemukan dalam naskah-naskah kuno, serat, babad, dan juga dalam pidato-pidato para pemimpin tradisional. Ia menggambarkan suatu kondisi ideal kerajaan atau suatu daerah yang menjadi dambaan. Sebuah kerajaan yang diidam-idamkan adalah yang mampu menyediakan kebutuhan rakyatnya, melindungi mereka dari bahaya, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan. Dalam konteks agraris Nusantara, di mana sebagian besar masyarakat hidup dari pertanian, kesuburan tanah dan kelimpahan hasil panen adalah kunci utama kemakmuran.

• Gemah: Berasal dari kata "gumah" yang berarti ramai, sibuk, atau bergerak. Dalam konteks ini, mengacu pada kehidupan sosial yang aktif, pasar yang ramai dengan perdagangan, dan perputaran ekonomi yang lancar. Ini adalah tanda dari kemakmuran sosial.
• Ripah: Berarti melimpah, banyak, atau makmur. Menunjukkan bahwa hasil bumi, barang dagangan, dan kekayaan lainnya tersedia dalam jumlah besar, sehingga masyarakat tidak kekurangan.
• Loh: Berarti subur. Menggambarkan tanah yang gembur, mudah ditanami, dan mampu menghasilkan berbagai jenis tanaman.
• Jinawi: Berarti murah atau mudah. Dalam konteks ini, berarti murah sandang dan pangan, mudah didapatkan. Ini adalah kondisi di mana harga kebutuhan pokok terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Secara keseluruhan, "Gemah Ripah Loh Jinawi" adalah gambaran utuh dari sebuah peradaban yang mandiri secara ekonomi, stabil secara sosial, dan harmonis dengan alam. Ini bukan hanya tentang kekayaan material, tetapi juga tentang kualitas hidup, kedamaian, dan keberlanjutan.

Filosofi yang Terkandung

Di balik deskripsi literal, terdapat filosofi mendalam:

1. Keseimbangan Alam dan Manusia: Mengakui bahwa kemakmuran manusia sangat bergantung pada kelestarian dan kesuburan alam. Ada keharmonisan antara manusia dan lingkungan.
2. Mandiri dan Berdikari: Menekankan pentingnya kemampuan suatu komunitas atau bangsa untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri tanpa terlalu bergantung pada pihak lain.
3. Gotong Royong dan Kebersamaan: Kondisi "gemah ripah" tidak terwujud tanpa kerja sama dan solidaritas sosial. Kemakmuran adalah hasil usaha bersama, bukan individu semata.
4. Keadilan Sosial: "Loh Jinawi" yang berarti murah sandang pangan, menyiratkan bahwa kemakmuran harus dapat dinikmati oleh semua, bukan hanya segelintir orang. Kesenjangan sosial diminimalisir.
5. Kedamaian dan Ketenteraman: Kondisi sosial yang "gemah ripah" juga mencakup ketiadaan konflik dan rasa aman bagi seluruh warga. Ini adalah fondasi bagi produktivitas dan kebahagiaan.

Dalam perkembangannya, frasa ini menjadi semacam mantra atau harapan yang diucapkan dalam berbagai upacara adat, pidato kenegaraan, hingga dalam lagu-lagu rakyat. Ia menjadi penanda identitas bangsa yang agraris, yang menghargai alam, dan yang mengedepankan nilai-nilai kebersamaan.

Pilar-Pilar "Gemah Ripah Loh Jinawi" dalam Konteks Kontemporer

"Gemah Ripah Loh Jinawi" bukanlah sekadar utopia masa lalu, melainkan sebuah kerangka kerja yang kuat untuk memandu pembangunan masa kini dan mendatang. Kita dapat mengurai filosofi ini menjadi beberapa pilar utama yang relevan dengan tantangan dan peluang di era modern.

1. Ketahanan Pangan dan Kesuburan Tanah

Pilar ini adalah inti dari "Loh Jinawi." Indonesia, dengan iklim tropis dan tanah vulkanik yang subur, dianugerahi potensi pertanian yang luar biasa. Namun, di tengah perubahan iklim, konversi lahan, dan tekanan populasi, ketahanan pangan menjadi isu yang kompleks.

Pentingnya Pertanian Berkelanjutan

Untuk mencapai "Loh Jinawi" yang sejati, kita harus memastikan bahwa kesuburan tanah tidak hanya dipertahankan tetapi juga ditingkatkan untuk generasi mendatang. Ini melibatkan:

• Diversifikasi Pertanian: Tidak hanya berfokus pada komoditas tertentu (misalnya padi), tetapi juga mengembangkan tanaman pangan lokal, sayuran, buah-buahan, dan perikanan. Ini mengurangi risiko gagal panen dan meningkatkan gizi masyarakat.
• Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan: Penggunaan pupuk organik, sistem irigasi hemat air, pertanian presisi (precision farming), dan pengembangan varietas unggul yang tahan hama dan penyakit.
• Perlindungan Lahan Pertanian: Mencegah konversi lahan produktif menjadi area industri atau perumahan. Kebijakan tata ruang yang tegas sangat dibutuhkan.
• Pemberdayaan Petani Lokal: Memberikan akses ke modal, teknologi, dan pasar yang adil. Mendorong koperasi petani dan model bisnis pertanian yang inklusif.

Ketahanan pangan yang kuat berarti setiap keluarga memiliki akses terhadap makanan yang cukup, aman, dan bergizi sepanjang waktu. Ini adalah fondasi dasar bagi kesehatan dan produktivitas masyarakat, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor pangan yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi nasional.

2. Kemakmuran Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial

Aspek "Gemah Ripah" secara langsung merujuk pada kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ini bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi secara makro, tetapi juga tentang bagaimana kekayaan tersebut terdistribusi secara adil dan memberikan manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.

Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan

Untuk mewujudkan kemakmuran yang merata, beberapa strategi perlu diperkuat:

• Pengembangan UMKM: Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Dukungan dalam bentuk pelatihan, akses modal, pemasaran digital, dan fasilitasi ekspor dapat menciptakan jutaan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan rumah tangga.
• Ekonomi Kreatif dan Digital: Mendorong inovasi dan kreativitas di berbagai sektor, dari seni hingga teknologi. Ekonomi digital membuka peluang baru bagi anak muda dan entrepreneur di seluruh pelosok negeri.
• Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia: Pendidikan yang berkualitas, pelatihan vokasi, dan akses kesehatan yang merata adalah investasi krusial untuk menciptakan angkatan kerja yang produktif dan kompetitif.
• Penguatan Jaringan Ekonomi Lokal: Membangun sistem perdagangan yang adil antara produsen lokal dan konsumen, mengurangi rantai pasok yang panjang, dan memberdayakan pasar tradisional.

Kesejahteraan sosial diukur bukan hanya dari PDB per kapita, tetapi juga dari indeks kebahagiaan, kesetaraan gender, akses ke layanan dasar, dan tingkat kemiskinan. "Gemah Ripah" berarti masyarakat merasa aman, memiliki harapan, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup layak.

3. Harmoni Sosial dan Budaya

Pilar ini merupakan dimensi non-material dari "Gemah Ripah" yang tak kalah penting. Indonesia adalah negara dengan ribuan pulau, ratusan etnis, dan beragam agama. Menjaga harmoni di tengah keberagaman adalah tantangan sekaligus kekuatan terbesar bangsa.

Merawat Kebersamaan di Tengah Pluralitas

Mewujudkan "Gemah Ripah" dalam konteks sosial dan budaya membutuhkan:

• Toleransi dan Dialog Antarbudaya/Agama: Mendorong saling pengertian dan penghormatan antarumat beragama dan kelompok etnis. Mengadakan forum dialog dan kegiatan kebudayaan bersama.
• Pelestarian Nilai-nilai Lokal: Mengajarkan dan mempraktikkan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, musyawarah mufakat, tepa selira (tenggang rasa), dan kebersamaan kepada generasi muda.
• Pendidikan Multikultural: Mengintegrasikan materi tentang keberagaman dan toleransi dalam kurikulum pendidikan sejak dini.
• Penguatan Institusi Adat dan Komunitas: Mengakui peran penting lembaga adat dalam menjaga ketertiban sosial dan melestarikan kearifan lokal.

Ketika masyarakat hidup dalam harmoni, energi yang seharusnya dihabiskan untuk konflik dapat dialihkan untuk pembangunan dan kemajuan bersama. Keberagaman adalah kekayaan, bukan sumber perpecahan, dan "Gemah Ripah" mendorong kita untuk merayakannya.

4. Pelestarian Lingkungan dan Keberlanjutan

Konsep "Loh Jinawi" tidak hanya tentang memanfaatkan kekayaan alam, tetapi juga melestarikannya. Pembangunan yang mengabaikan lingkungan hanya akan memberikan kemakmuran sesaat yang tidak berkelanjutan.

Investasi untuk Masa Depan Bumi

Untuk memastikan generasi mendatang juga dapat menikmati "Loh Jinawi," kita perlu:

• Konservasi Sumber Daya Alam: Melindungi hutan, sungai, laut, dan keanekaragaman hayati. Mencegah deforestasi, polusi, dan eksploitasi berlebihan.
• Energi Terbarukan: Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi bersih seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Indonesia memiliki potensi besar di sektor ini.
• Pengelolaan Sampah yang Efisien: Mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi, mulai dari pengurangan, daur ulang, hingga pengolahan. Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup minim sampah.
• Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim: Mengembangkan strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membangun ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, kekeringan, dan kenaikan permukaan air laut.

Keberlanjutan adalah jantung dari "Gemah Ripah Loh Jinawi." Ini adalah komitmen untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan masa kini dan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

5. Spirit Gotong Royong dan Kebersamaan

Gotong royong adalah inti dari cara hidup masyarakat Indonesia dan merupakan manifestasi paling nyata dari "Gemah Ripah." Ini adalah semangat saling membantu, bekerja sama, dan solidaritas yang melampaui kepentingan individu.

Kekuatan Kolektif untuk Kemajuan

Gotong royong memanifestasikan diri dalam berbagai bentuk:

• Kerja Bakti Komunitas: Membersihkan lingkungan, membangun fasilitas umum, atau membantu tetangga yang kesusahan.
• Musyawarah untuk Mufakat: Pengambilan keputusan bersama yang mengedepankan kepentingan kolektif dan mencapai konsensus.
• Tanggung Jawab Sosial: Kesadaran bahwa setiap individu memiliki peran dalam menciptakan kesejahteraan bersama.
• Relawan dalam Bencana: Semangat bahu-membahu dalam membantu korban bencana alam, yang seringkali menjadi sorotan dunia.

Dalam masyarakat yang "Gemah Ripah," gotong royong bukan hanya sekadar tradisi, melainkan filosofi hidup yang memungkinkan individu untuk berkembang dalam lingkungan yang mendukung, di mana beban dibagi dan keberhasilan dirayakan bersama. Ini adalah pilar yang mengikat semua pilar lainnya.

Menghadapi Tantangan Modern dalam Mewujudkan "Gemah Ripah Loh Jinawi"

Meskipun memiliki makna yang begitu mulia, mewujudkan "Gemah Ripah Loh Jinawi" di era modern tidaklah mudah. Berbagai tantangan muncul dari dinamika globalisasi, urbanisasi, perubahan iklim, hingga perubahan sosial yang cepat.

1. Tekanan Globalisasi dan Ekonomi Pasar

Globalisasi membawa kemajuan teknologi dan konektivitas, namun juga tantangan. Ketergantungan pada pasar global dapat membuat ekonomi lokal rentan terhadap fluktuasi harga internasional. Persaingan produk impor dapat menekan produsen lokal. Untuk mempertahankan "Gemah Ripah," kita perlu membangun ekonomi yang tangguh, tidak hanya terhubung secara global tetapi juga berakar kuat pada potensi lokal.

• Penguatan Daya Saing Lokal: Investasi dalam riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan inovasi produk lokal.
• Kebijakan Perdagangan yang Adil: Melindungi industri strategis dalam negeri dari praktik perdagangan yang tidak sehat.
• Pengembangan Brand Indonesia: Mempromosikan produk-produk Indonesia yang unik dan berkualitas di pasar internasional.

2. Urbanisasi dan Konversi Lahan

Pertumbuhan kota-kota besar menyebabkan migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Hal ini berdampak pada berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian dan konversi lahan subur menjadi pemukiman atau industri. Fenomena ini mengancam "Loh Jinawi" dari segi kesuburan tanah dan ketahanan pangan.

• Pengembangan Desa Berkelanjutan: Menciptakan lapangan kerja non-pertanian di pedesaan dan meningkatkan infrastruktur dasar untuk mengurangi disparitas kota-desa.
• Penegakan Hukum Tata Ruang: Memastikan konsistensi rencana tata ruang dan menindak tegas pelanggaran yang menyebabkan konversi lahan pertanian produktif.
• Pertanian Urban dan Vertikal: Mengembangkan metode pertanian di perkotaan untuk memanfaatkan lahan terbatas dan mendekatkan produksi pangan ke konsumen.

3. Perubahan Iklim dan Bencana Alam

Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kekeringan panjang, banjir bandang, kenaikan permukaan air laut, dan cuaca ekstrem mengancam sektor pertanian, perikanan, dan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Ini secara langsung mengancam "Loh Jinawi" dan stabilitas "Gemah Ripah."

• Sistem Peringatan Dini: Mengembangkan dan memperkuat sistem peringatan dini bencana untuk meminimalkan kerugian.
• Infrastruktur Tangguh Bencana: Membangun infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim, seperti tanggul laut, sistem drainase, dan konservasi air.
• Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko bencana dan cara beradaptasi dengan perubahan iklim.

4. Tantangan Kesenjangan Sosial dan Ekonomi

Meskipun pertumbuhan ekonomi, kesenjangan antara kaya dan miskin, serta antara daerah perkotaan dan pedesaan, masih menjadi persoalan. Jika sebagian masyarakat tertinggal, maka cita-cita "Gemah Ripah" yang merata tidak akan tercapai.

• Kebijakan Afirmatif: Menerapkan kebijakan yang berpihak pada kelompok rentan dan daerah tertinggal untuk meningkatkan akses mereka terhadap pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi.
• Pajak Progresif dan Redistribusi Kekayaan: Memastikan bahwa kekayaan terdistribusi lebih merata melalui sistem perpajakan yang adil dan program-program sosial.
• Akses Setara terhadap Teknologi: Memastikan semua masyarakat, termasuk di daerah terpencil, memiliki akses internet dan literasi digital.

"Gemah Ripah Loh Jinawi adalah panggilan untuk terus berinovasi tanpa melupakan akar, membangun kemakmuran tanpa merusak alam, dan menciptakan kedamaian dalam keberagaman."

Mewujudkan "Gemah Ripah Loh Jinawi" di Masa Depan

Mewujudkan "Gemah Ripah Loh Jinawi" di masa depan memerlukan komitmen kolektif, inovasi, dan adaptasi terhadap perubahan zaman. Ini adalah tugas multidimensional yang melibatkan pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, dan setiap individu.

1. Tata Kelola yang Baik dan Berkeadilan

Pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan bebas korupsi adalah fondasi utama. Kebijakan harus dirumuskan dengan partisipasi publik, berorientasi pada kepentingan rakyat, dan didasarkan pada data serta bukti ilmiah. Penegakan hukum yang adil dan merata akan menciptakan rasa aman dan kepercayaan publik, esensial bagi kondisi "gemah ripah."

• Transparansi Anggaran: Memastikan setiap rupiah anggaran digunakan secara efektif dan efisien untuk kesejahteraan rakyat.
• Reformasi Birokrasi: Meningkatkan pelayanan publik dan menghilangkan praktik-praktik pungutan liar.
• Partisipasi Publik: Memberikan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

2. Kolaborasi Lintas Sektor dan Lintas Generasi

Tantangan yang kompleks memerlukan solusi yang komprehensif. Tidak ada satu entitas pun yang dapat mengatasi semua masalah sendiri. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pengusaha, komunitas adat, dan organisasi masyarakat sipil sangat krusial. Selain itu, melibatkan generasi muda dalam proses ini adalah investasi masa depan, karena mereka adalah pewaris dan pembangun "Gemah Ripah Loh Jinawi" selanjutnya.

• Kemitraan Publik-Swasta: Mengembangkan proyek-proyek pembangunan yang melibatkan modal dan keahlian dari sektor swasta, dengan tetap mengedepankan kepentingan publik.
• Forum Dialog Antargenerasi: Menciptakan platform bagi generasi tua untuk berbagi kearifan lokal dan pengalaman, serta bagi generasi muda untuk membawa ide-ide segar dan inovasi.
• Jaringan Pengetahuan: Membangun ekosistem di mana penelitian, inovasi, dan praktik terbaik dapat dibagikan secara luas.

3. Pemanfaatan Teknologi untuk Kesejahteraan

Teknologi adalah alat yang sangat ampuh untuk mempercepat pencapaian "Gemah Ripah Loh Jinawi." Dari pertanian presisi yang meningkatkan produktivitas, e-commerce yang membuka pasar bagi UMKM, hingga telemedicine yang meningkatkan akses kesehatan, teknologi dapat menjadi katalis perubahan positif.

• Infrastruktur Digital Merata: Memastikan konektivitas internet menjangkau seluruh pelosok negeri.
• Literasi Digital: Mengedukasi masyarakat tentang cara aman dan produktif menggunakan teknologi.
• Inovasi Lokal: Mendorong pengembangan solusi teknologi yang relevan dengan kebutuhan dan konteks lokal.

4. Penguatan Identitas dan Kearifan Lokal

Di tengah arus globalisasi, penting untuk tetap memegang teguh identitas dan kearifan lokal. Banyak tradisi dan praktik adat mengandung nilai-nilai keberlanjutan dan kebersamaan yang sangat relevan. Mengintegrasikan kearifan lokal dengan pengetahuan modern dapat menciptakan solusi yang unik dan efektif.

• Revitalisasi Adat dan Tradisi: Mendukung upacara adat, seni pertunjukan tradisional, dan bahasa daerah sebagai bagian dari identitas bangsa.
• Ekowisata Berbasis Komunitas: Mengembangkan pariwisata yang tidak hanya menghasilkan pendapatan tetapi juga melestarikan budaya dan lingkungan setempat.
• Pendidikan Berbasis Lokal: Mengajarkan sejarah, budaya, dan nilai-nilai lokal di sekolah-sekolah untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan identitas.

Masa depan "Gemah Ripah Loh Jinawi" terletak pada kemampuan kita untuk menggabungkan tradisi dan inovasi, kearifan lokal dan teknologi global, serta aspirasi individu dengan kepentingan kolektif. Ini adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir, yang membutuhkan dedikasi dan partisipasi dari setiap elemen bangsa.

Penutup: "Gemah Ripah Loh Jinawi" sebagai Semangat Abadi Bangsa

Frasa "Gemah Ripah Loh Jinawi" bukanlah sekadar harapan kosong atau impian utopis. Ia adalah cerminan dari sebuah tatanan masyarakat yang ideal, di mana kemakmuran material bersanding harmonis dengan kekayaan spiritual dan kelestarian lingkungan. Ia adalah sebuah narasi tentang keseimbangan, keadilan, dan keberlanjutan yang telah mengalir dalam nadi kebudayaan Indonesia selama berabad-abad.

Dari tanah yang subur dan melimpah ruah (loh jinawi) hingga masyarakat yang hidup dalam kedamaian, kemakmuran, dan gotong royong (gemah ripah), ungkapan ini memberikan cetak biru bagi pembangunan bangsa yang holistik. Di setiap jengkal tanah, di setiap interaksi sosial, dan di setiap kebijakan yang dirumuskan, semangat "Gemah Ripah Loh Jinawi" haruslah menjadi inspirasi dan panduan.

Meskipun tantangan modern, seperti perubahan iklim, kesenjangan ekonomi, dan pergeseran sosial, terus menguji ketahanan kita, esensi dari adagium ini tetap relevan. Ia mengingatkan kita akan pentingnya:

• Menjaga amanah alam dengan bijak dan bertanggung jawab.
• Membangun ekonomi yang inklusif dan memberikan kesejahteraan merata.
• Memupuk toleransi dan kebersamaan di tengah keberagaman yang menjadi identitas kita.
• Mempertahankan nilai-nilai gotong royong sebagai perekat sosial.
• Mengembangkan tata kelola yang baik dan berpihak pada rakyat.

"Gemah Ripah Loh Jinawi" adalah panggilan untuk terus berjuang, berinovasi, dan berkolaborasi. Ini adalah impian yang harus kita jaga dan wujudkan bersama, demi masa depan Indonesia yang lebih adil, makmur, damai, dan berkelanjutan. Ia adalah semangat abadi yang akan terus membimbing langkah kita dalam membangun bangsa ini menuju puncak kejayaannya.

Mari kita jadikan setiap tindakan, setiap keputusan, dan setiap harapan kita selaras dengan cita-cita mulia "Gemah Ripah Loh Jinawi," sebuah warisan yang tak ternilai harganya bagi seluruh rakyat Indonesia dan bagi dunia.