Glossematik merupakan salah satu aliran pemikiran yang paling radikal dan berpengaruh dalam linguistik struktural abad ke-20. Dikembangkan oleh ahli bahasa Denmark, Louis Hjelmslev (1899–1965), bersama dengan rekannya Hans Jørgen Uldall, teori ini menawarkan pendekatan yang sangat abstrak dan formal terhadap bahasa, bertujuan untuk mengubah linguistik menjadi sains yang benar-benar imanen—studi tentang bahasa dalam dirinya sendiri, terlepas dari segala substansi eksternal seperti fonetik, semantik, atau sosiologi. Glossematik berusaha menemukan "algebra" bahasa, sebuah sistem hubungan murni yang mendasari semua manifestasi linguistik. Ini adalah upaya ambisius untuk mengungkap struktur fundamental yang memungkinkan bahasa berfungsi, melampaui deskripsi permukaan dan menggali esensi logis dari sistem tanda.
Pendekatan ini berbeda secara signifikan dari sebagian besar tradisi linguistik lainnya. Sementara banyak teori bahasa berfokus pada bagaimana bahasa berinteraksi dengan dunia, pikiran manusia, atau masyarakat, Glossematik memilih untuk mengabaikan aspek-aspek tersebut demi analisis murni dari struktur internal bahasa. Hjelmslev dan Uldall percaya bahwa bahasa adalah sebuah sistem hubungan yang koheren, dan bahwa tugas linguistik adalah untuk menemukan prinsip-prinsip umum yang mengatur sistem ini, prinsip-prinsip yang mungkin tidak segera terlihat pada tingkat permukaan bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Dengan kata lain, Glossematik berargumen bahwa linguistik, untuk menjadi sains yang otonom dan presisi, harus membebaskan dirinya dari ketergantungan pada disiplin ilmu lain dan mencari kebenaran dalam dirinya sendiri.
Artikel ini akan menjelajahi secara mendalam Glossematik, dimulai dari latar belakang historis yang membentuknya, prinsip-prinsip dasarnya, konsep-konsep kunci seperti bidang ekspresi dan bidang konten, bentuk dan substansi, funktivitas dan relasi, hingga implikasinya bagi linguistik dan semiotika yang lebih luas. Kita juga akan membahas tantangan dan kritik yang dihadapi teori ini, serta warisannya dalam pemikiran strukturalis dan pasca-strukturalis.
Fondasi Glossematik tidak dapat dipahami tanpa merujuk pada karya pionir Ferdinand de Saussure, khususnya bukunya Cours de linguistique générale (1916). Saussure adalah figur sentral yang memperkenalkan konsep-konsep seperti perbedaan antara langue (sistem bahasa abstrak) dan parole (penggunaan bahasa aktual), sifat arbitrer tanda linguistik, dan dua jenis hubungan antara elemen linguistik: sintagmatik (hubungan dalam urutan) dan paradigmatik (hubungan berdasarkan pilihan). Saussure juga menekankan pentingnya studi sinkronis (pada satu titik waktu) daripada diakronis (evolusi bahasa seiring waktu).
Hjelmslev mengagumi Saussure dan membangun di atas fondasinya, namun ia juga melihat keterbatasan dalam kerangka Saussurean. Bagi Hjelmslev, Saussure belum sepenuhnya melepaskan diri dari "substansi" bahasa. Meskipun Saussure membedakan antara penanda (bunyi) dan petanda (konsep), ia masih mengaitkan penanda dengan fonetik dan petanda dengan psikologi atau realitas eksternal. Hjelmslev berpendapat bahwa linguistik yang sejati harus melampaui kedua aspek substansial ini dan berfokus semata-mata pada "bentuk" bahasa.
"Linguistik harus berusaha untuk menyusun sebuah 'algebra bahasa', yaitu sebuah sistem yang memungkinkan deskripsi formal, bukan hanya dari bahasa tertentu, tetapi dari bahasa mana pun."
— Louis Hjelmslev
Visi Hjelmslev adalah menciptakan sebuah linguistik yang benar-benar formal, menyerupai matematika atau logika, di mana semua entitas linguistik dapat dijelaskan sebagai fungsi dari hubungan internal mereka. Ini adalah langkah radikal dari linguistik deskriptif yang lebih tradisional menuju sebuah teori yang preskriptif dan universal, yang mampu mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar yang berlaku untuk semua bahasa manusia, tanpa terkecuali.
Prinsip immanensi adalah inti dari Glossematik. Ini berarti bahwa bahasa harus dipelajari dalam dirinya sendiri dan demi dirinya sendiri, tanpa referensi ke faktor-faktor eksternal. Hjelmslev berpendapat bahwa linguistik harus mengisolasi bahasanya dari semua entitas non-linguistik—psikologis, sosiologis, fisik, neurologis, dll.—untuk menemukan strukturnya yang mendasari. Ini adalah upaya untuk mencapai objektivitas ilmiah yang setinggi-tingginya, dengan menghilangkan potensi bias atau distorsi yang mungkin timbul dari bergantung pada data non-linguistik.
Untuk Hjelmslev, bahasa bukanlah cerminan realitas atau alat untuk ekspresi pikiran, melainkan sebuah sistem otonom yang membentuk realitas dan memungkinkan pikiran untuk diekspresikan. Oleh karena itu, analisis linguistik harus bersifat "immanen," artinya tetap berada dalam batas-batas bahasa itu sendiri. Fokusnya adalah pada jaringan relasi internal yang mengikat elemen-elemen bahasa, bukan pada hubungan antara bahasa dan dunia luar atau antara bahasa dan pengguna bahasa.
Ini adalah salah satu kontribusi paling penting dan sering disalahpahami dari Glossematik. Hjelmslev membedakan secara tajam antara bentuk (form) dan substansi (substance). Substansi merujuk pada materi non-linguistik yang digunakan bahasa untuk memanifestasikan dirinya—misalnya, gelombang suara untuk ekspresi lisan, tinta di atas kertas untuk tulisan, atau konsep mental untuk konten. Bentuk, di sisi lain, adalah struktur murni yang dipaksakan oleh bahasa pada substansi ini.
Bentuk adalah sistem perbedaan dan oposisi yang dikodekan oleh bahasa. Misalnya, dalam bidang ekspresi, substansi suara adalah kontinuum fisik yang tak terbatas, tetapi bentuk bahasa "memotong" kontinuum ini menjadi unit-unit diskrit (fonem) yang relevan secara linguistik. Dua bunyi yang secara fonetik sangat mirip mungkin dianggap berbeda oleh satu bahasa (karena ada oposisi fonemis) dan identik oleh bahasa lain. Perbedaan ini adalah masalah bentuk, bukan substansi.
Demikian pula, dalam bidang konten, substansi makna adalah kontinuum pengalaman dan pemikiran. Namun, bentuk bahasa "memotong" kontinuum ini menjadi unit-unit makna yang diskrit (semem). Misalnya, konsep "warna" adalah substansi yang kontinu, tetapi bahasa yang berbeda mungkin membaginya menjadi kategori yang berbeda (misalnya, bahasa Inggris membedakan "green" dan "blue", sementara beberapa bahasa lain mungkin memiliki satu kata untuk keduanya).
Bagi Hjelmslev, substansi itu sendiri tidak relevan secara linguistik; yang relevan adalah bagaimana substansi itu diorganisir atau "dibentuk" oleh bahasa. Linguistik hanya tertarik pada bentuk, karena bentuklah yang membentuk sistem dan memungkinkan komunikasi. Substansi hanyalah "substrat" atau "materi" yang diberikan bentuk oleh bahasa.
Hjelmslev memperluas konsep penanda dan petanda Saussure menjadi apa yang disebutnya "bidang ekspresi" (expression plane) dan "bidang konten" (content plane). Setiap bidang ini, pada gilirannya, memiliki bentuk dan substansi. Dengan demikian, bahasa memiliki:
Penting untuk diingat bahwa baik bentuk ekspresi maupun bentuk konten sama-sama linguistik. Substansi ekspresi dan substansi konten adalah non-linguistik. Hubungan antara bentuk ekspresi dan bentuk konten disebut "fungsi tanda" (sign-function). Fungsi tanda inilah yang membentuk tanda linguistik, bukan gabungan substansi.
Sebagai contoh, ambil kata kucing.
Tujuan utama Glossematik adalah mengembangkan "algebra bahasa" – sebuah sistem formal, non-interpretatif, dan self-contained yang dapat menjelaskan struktur bahasa apa pun secara universal. Ini berarti bahwa analisis harus bersifat deduktif dan menghasilkan seperangkat aturan yang dapat menjelaskan semua kemungkinan kombinasi elemen-elemen bahasa.
Pendekatan ini berakar kuat pada tradisi filsafat dan matematika, di mana Hjelmslev melihat bahasa sebagai sistem logis yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen dasarnya dan dianalisis melalui hubungan-hubungan abstrak. Ini bukan hanya tentang mendeskripsikan apa yang ada, tetapi juga tentang mengungkap apa yang mungkin secara linguistik, berdasarkan prinsip-prinsip yang paling fundamental.
Algebra bahasa ini memungkinkan seorang analis untuk bekerja dari teks yang terbatas dan menyusun hipotesis tentang seluruh sistem bahasa, sebuah proses yang disebut "analisis deduktif-induktif." Tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi yang konsisten, lengkap, dan sesederhana mungkin.
Dalam Glossematik, semua unit linguistik—dari fonem terkecil hingga seluruh kalimat—disebut "funktif" (functive). Funktif adalah elemen yang memiliki hubungan dengan elemen lain. Hubungan atau "relasi" (relation) antara funktif inilah yang membentuk struktur bahasa. Hjelmslev mengidentifikasi tiga jenis relasi dasar:
Interdependensi terjadi ketika dua funktif saling mengandaikan keberadaan satu sama lain. Artinya, tidak ada satu funktif pun yang dapat muncul tanpa kehadiran yang lain. Ini adalah hubungan yang paling kuat.
Determinasi adalah relasi di mana satu functive mengandaikan keberadaan functive lain, tetapi tidak sebaliknya. Ada satu elemen yang "menentukan" atau "mempredeterminasi" keberadaan elemen lain.
Konstelasi adalah relasi di mana dua funktif dapat muncul bersama-sama, tetapi tidak ada satu pun yang mengandaikan keberadaan yang lain. Mereka secara independen dapat dikombinasikan.
Hjelmslev juga menerapkan relasi-relasi ini untuk membedakan antara "sistem" (hubungan paradigmatik, pilihan) dan "proses" (hubungan sintagmatik, kombinasi). Ini adalah pengembangan lebih lanjut dari dikotomi Saussurean yang terkenal. Dalam Glossematik, sistem adalah kumpulan entitas yang dapat digantikan satu sama lain pada posisi tertentu dalam rantai, sementara proses adalah rantai aktual dari entitas-entitas yang dikombinasikan.
Setiap relasi dasar (interdependensi, determinasi, konstelasi) dapat muncul baik dalam sistem maupun dalam proses, menciptakan kerangka analisis yang sangat rinci dan menyeluruh.
Salah satu alat metodologis utama Glossematik untuk mengidentifikasi unit-unit linguistik adalah "uji komutasi". Uji ini digunakan untuk menentukan apakah perbedaan substansial (baik dalam ekspresi maupun konten) relevan secara linguistik atau tidak. Sebuah perbedaan dianggap relevan (bersifat "komutatif") jika perubahan pada satu elemen menyebabkan perubahan pada elemen yang lain pada bidang yang berlawanan.
Uji komutasi melibatkan penggantian satu elemen dalam suatu rantai dengan elemen lain untuk melihat apakah ada perubahan dalam makna (konten) atau bentuk (ekspresi).
Uji komutasi adalah alat krusial untuk memisahkan apa yang relevan secara linguistik (bentuk) dari apa yang tidak relevan (substansi atau varian bebas). Ini membantu para glossematis untuk mengidentifikasi unit-unit dasar yang membangun sistem bahasa. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa setiap elemen yang dianggap sebagai bagian dari sistem bahasa memiliki fungsi pembeda yang jelas.
Meskipun Glossematik merupakan upaya yang mengesankan untuk mencapai objektivitas dan formalitas dalam linguistik, teori ini juga menghadapi berbagai kritik dan tantangan yang signifikan:
Kritik paling umum adalah tingkat abstraksi yang ekstrem. Dengan mengabaikan substansi dan hanya berfokus pada bentuk, Glossematik menjadi sangat jauh dari bahasa yang digunakan manusia sehari-hari. Banyak linguis berpendapat bahwa linguistik tidak dapat sepenuhnya mengabaikan aspek-aspek seperti fonetik, semantik kognitif, atau konteks sosial, karena semua ini memainkan peran krusial dalam bagaimana bahasa dipelajari, digunakan, dan diinterpretasikan.
Abstraksi ini membuat teori sulit diakses dan diterapkan. Bahkan Hjelmslev sendiri mengakui kesulitan dalam transisi dari teori abstrak ke analisis bahasa konkret. Para pengkritik berpendapat bahwa tujuan untuk menciptakan "algebra bahasa" mungkin terlalu ambisius dan mengorbankan relevansi empiris demi konsistensi teoritis.
Metodologi Glossematik, meskipun secara teoritis ketat, seringkali sulit untuk diterapkan secara praktis pada data linguistik yang sebenarnya. Identifikasi unit-unit bentuk konten yang murni (semem) tanpa referensi ke substansi konten (makna di dunia nyata) terbukti sangat menantang. Bagaimana seseorang dapat mengidentifikasi "bentuk" tanpa setidaknya sebagian kecil merujuk pada "substansi" yang diberinya bentuk?
Uji komutasi, meskipun merupakan alat yang kuat, juga memiliki keterbatasannya. Dalam beberapa kasus, sulit untuk menentukan apakah suatu perubahan "benar-benar" mengubah makna secara linguistik atau hanya menambah nuansa. Batasan antara varian bebas dan oposisi fungsional tidak selalu jelas dalam praktik.
Hjelmslev dan Uldall lebih banyak berteori daripada melakukan analisis ekstensif terhadap bahasa-bahasa tertentu menggunakan kerangka Glossematik mereka. Sebagian besar karya mereka berfokus pada pengembangan metodologi dan terminologi, bukan pada penerapannya secara luas. Akibatnya, ada sedikit contoh lengkap dan komprehensif tentang bagaimana Glossematik dapat secara sistematis diterapkan pada analisis bahasa yang kompleks.
Beberapa linguis berpendapat bahwa pemisahan tajam antara bentuk dan substansi mungkin terlalu artifisial. Mereka berpendapat bahwa bentuk dan substansi tidak dapat dipisahkan secara absolut karena bentuk selalu termanifestasi dalam substansi, dan substansi selalu "membawa" bentuk. Interaksi antara keduanya mungkin lebih kompleks daripada yang diandaikan oleh Glossematik.
Misalnya, dalam linguistik kognitif, makna (substansi konten) dianggap tidak sepenuhnya arbitrer, melainkan berakar pada pengalaman tubuh manusia dan persepsi dunia. Dalam pandangan ini, mencoba menganalisis bentuk konten tanpa referensi ke pengalaman kognitif akan kehilangan dimensi penting dari bagaimana bahasa berfungsi.
Glossematik, seperti banyak aliran strukturalis lainnya, sering dikritik karena determinisme strukturalnya. Dengan fokus pada sistem dan relasi, Glossematik cenderung mengabaikan peran individu, kreativitas, variasi, dan perubahan bahasa. Bahasa dilihat sebagai sistem yang statis dan otonom, bukan sebagai fenomena dinamis yang terus-menerus dibentuk oleh penggunaan dan interaksi sosial.
Pendekatan ini kurang memperhitungkan bagaimana bahasa digunakan dalam konteks komunikatif, pragmatik, atau bagaimana faktor-faktor sosiolinguistik memengaruhi struktur dan makna. Oleh karena itu, Glossematik dianggap kurang relevan untuk studi tentang variasi bahasa, perubahan bahasa, atau penggunaan bahasa dalam konteks sosial yang sebenarnya.
Meskipun Glossematik mungkin tidak pernah mencapai status sebagai teori linguistik yang dominan atau mudah diterapkan secara luas, warisan dan pengaruhnya terhadap pemikiran linguistik dan semiotika sangat signifikan. Ia adalah salah satu pilar utama strukturalisme linguistik dan membantu membentuk arah analisis strukturalis di berbagai disiplin ilmu.
Glossematik mendorong gagasan bahwa bahasa adalah sebuah sistem relasional, di mana setiap elemen didefinisikan oleh hubungannya dengan elemen lain, bukan oleh sifat intrinsiknya. Ini adalah inti dari strukturalisme dan Glossematik memberikan landasan teoretis yang paling radikal untuk pandangan ini. Dengan memurnikan konsep "bentuk" dan menyingkirkan "substansi," Hjelmslev menempatkan hubungan di pusat perhatian linguistik.
Visi Hjelmslev tentang "algebra bahasa" tidak hanya terbatas pada bahasa manusia. Ia melihat Glossematik sebagai model untuk "semiotika umum" (atau "glossematik umum")—sebuah teori umum tentang semua sistem tanda, termasuk bahasa, seni, mitos, mode, dan lain-lain. Karena Glossematik berfokus pada struktur dan relasi abstrak, ia dapat diterapkan pada sistem tanda apa pun, asalkan dapat dianalisis ke dalam bidang ekspresi dan konten.
Ini adalah pengaruh yang sangat penting bagi tokoh-tokoh seperti Roland Barthes, yang menggunakan kerangka Glossematik (terutama konsep bidang ekspresi/konten dan bentuk/substansi) dalam analisisnya tentang mitos, mode, dan budaya populer. Barthes melihat Glossematik sebagai metodologi untuk mengungkap struktur makna yang tersembunyi dalam berbagai fenomena budaya.
Hjelmslev adalah salah satu pelopor pemikiran formal dalam linguistik, yang menekankan kebutuhan akan deskripsi yang ketat, logis, dan matematis. Ini membuka jalan bagi perkembangan linguistik formal lainnya, termasuk tata bahasa generatif yang kemudian dikembangkan oleh Noam Chomsky, meskipun ada perbedaan mendasar dalam pendekatan mereka.
Meskipun Chomsky tidak secara langsung mengikuti Glossematik, penekanannya pada sistem dan abstraksi bahasa (kompetensi) daripada penggunaan (performansi) memiliki resonansi dengan upaya Hjelmslev untuk menemukan sistem murni di balik manifestasi bahasa. Kedua teori ini sama-sama berjuang untuk mengatasi keanekaragaman permukaan bahasa guna menemukan prinsip-prinsip universal yang mendasarinya.
Konsep-konsep seperti bentuk/substansi, bidang ekspresi/konten, dan relasi fundamental Glossematik telah meresap ke dalam studi strukturalis di luar linguistik, seperti antropologi struktural (Claude Lévi-Strauss), teori sastra, dan filsafat.
Lévi-Strauss, misalnya, menggunakan prinsip-prinsip linguistik struktural untuk menganalisis mitos dan sistem kekerabatan, melihat mereka sebagai sistem tanda yang dapat diuraikan menjadi elemen-elemen diskrit dan hubungan-hubungan. Meskipun Lévi-Strauss lebih banyak mengambil inspirasi dari fonologi struktural (Prague School), semangat formal dan relasional yang mirip dengan Glossematik tetap terlihat.
Glossematik secara radikal menegaskan bahwa unit linguistik tidak memiliki makna atau identitas intrinsik; mereka hanya didefinisikan oleh perbedaan dan hubungan mereka dengan unit-unit lain dalam sistem. Pandangan ini telah menjadi fundamental bagi banyak teori strukturalis dan post-strukturalis, yang berpendapat bahwa makna selalu bersifat relasional dan diferensial, bukan absolut.
Ini berarti bahwa identitas sebuah tanda—baik itu sebuah fonem, kata, atau konsep—muncul bukan dari keberadaannya sendiri, melainkan dari apa yang bukan ia. Sebuah fonem /p/ adalah /p/ bukan karena kualitas fisiknya, tetapi karena ia berbeda dari /b/, /t/, /k/, dan fonem lain dalam sistem. Begitu pula dengan makna. Konsep "dingin" memiliki maknanya karena ia berbeda dari "hangat," "panas," "sejuk," dll.
Untuk memahami Glossematik lebih dalam, ada baiknya membandingkannya dengan beberapa aliran linguistik lain yang sezaman atau datang sesudahnya:
Aliran Praha, dengan tokoh-tokoh seperti Nikolay Trubetzkoy dan Roman Jakobson, juga merupakan bagian penting dari strukturalisme linguistik. Mereka berfokus pada fonologi fungsional, yaitu studi tentang sistem bunyi dalam kaitannya dengan fungsinya untuk membedakan makna. Mereka memperkenalkan konsep fonem, oposisi biner, dan fitur distingtif.
Persamaan: Keduanya strukturalis, menekankan sistem, oposisi, dan hubungan di atas substansi. Keduanya terinspirasi Saussure.
Perbedaan:
Linguistik generatif Noam Chomsky, yang muncul belakangan, juga berfokus pada struktur abstrak bahasa dan pencarian universalitas. Chomsky memperkenalkan konsep kompetensi (pengetahuan bahasa implisit) dan performansi (penggunaan bahasa aktual), serta ide tata bahasa universal.
Persamaan: Keduanya mencari sistem abstrak di balik bahasa, memisahkan aspek sistem dari aspek penggunaan, dan mencoba menemukan prinsip-prinsip universal.
Perbedaan:
Linguistik fungsional (misalnya, M.A.K. Halliday, André Martinet) menekankan bahwa bahasa harus dipahami dalam konteks fungsinya sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial. Struktur bahasa dijelaskan dalam kaitannya dengan tujuan komunikatifnya.
Perbedaan Utama:
Meskipun Glossematik dikembangkan pada pertengahan abad ke-20, beberapa gagasan intinya masih relevan dalam konteks studi modern:
Dalam era digital, di mana informasi dikodekan, diproses, dan ditransmisikan dalam bentuk biner atau simbolik, pendekatan formal Glossematik mungkin menemukan relevansi baru. Sistem tanda digital (bahasa pemrograman, protokol komunikasi, antarmuka pengguna) seringkali dibangun di atas logika relasional murni, di mana makna dan fungsionalitas muncul dari hubungan antar elemen daripada dari substansi intrinsik mereka.
Analisis bentuk ekspresi dan bentuk konten dalam sistem digital, di mana "substansi" bisa sangat abstrak (misalnya, voltase listrik, pola piksel), bisa mendapatkan manfaat dari kerangka Glossematik untuk memisahkan struktur dasar dari manifestasi teknologisnya.
Prinsip Glossematik tentang bagaimana sistem memotong "substansi" yang kontinu menjadi "bentuk" yang diskrit relevan dalam desain informasi dan visual. Bagaimana warna, bentuk, dan tata letak diorganisir dalam sebuah antarmuka pengguna atau infografis untuk menyampaikan makna adalah proses "pembentukan" substansi visual menjadi bentuk konten yang komunikatif. Analisis struktural dari elemen-elemen ini dapat diinformasikan oleh Glossematik.
Meskipun kebanyakan Natural Language Processing (NLP) modern didorong oleh pembelajaran mesin dan data, dasar-dasar pemikiran formal tentang struktur bahasa tetap penting. Upaya Glossematik untuk menciptakan "algebra bahasa" beresonansi dengan tujuan untuk merepresentasikan bahasa secara komputasi—bagaimana kita dapat memodelkan hubungan linguistik secara abstrak agar dapat diproses oleh mesin.
Memahami bagaimana bahasa membentuk makna melalui jaringan hubungan, bukan hanya melalui statistik kata-kata, adalah kunci untuk AI yang lebih canggih yang dapat memahami nuansa linguistik yang lebih dalam.
Glossematik terus berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya ketelitian metodologis dan koherensi internal dalam teori linguistik. Terlepas dari kesulitan praktisnya, upaya Hjelmslev untuk menciptakan ilmu bahasa yang benar-benar otonom mendorong para linguis untuk berpikir kritis tentang asumsi mereka dan batas-batas analisis mereka.
Glossematik Louis Hjelmslev adalah salah satu teori linguistik yang paling berani dan sistematis. Dengan tujuan untuk mengubah linguistik menjadi ilmu yang sepenuhnya imanen dan formal, Glossematik mengusulkan sebuah "algebra bahasa" yang berfokus pada hubungan murni antara unit-unit bentuk, terlepas dari substansi materialnya. Konsep-konsep sentral seperti dikotomi bentuk dan substansi, pemisahan bidang ekspresi dan konten, serta identifikasi relasi interdependensi, determinasi, dan konstelasi, menjadi ciri khas pendekatan ini. Uji komutasi berfungsi sebagai alat metodologis untuk mengungkap unit-unit linguistik yang relevan.
Meskipun menghadapi kritik karena abstraksinya yang ekstrem, kesulitan dalam penerapannya, dan pengabaian konteks eksternal, Glossematik memiliki warisan intelektual yang mendalam. Ia memperkuat fondasi strukturalisme linguistik, menjadi inspirasi penting bagi pengembangan semiotika umum, dan mempromosikan pendekatan formal terhadap bahasa yang berlanjut hingga hari ini dalam berbagai bentuk.
Glossematik mungkin tidak menawarkan alat praktis sehari-hari untuk analisis bahasa, tetapi ia tetap menjadi tonggak penting dalam sejarah pemikiran linguistik. Ini adalah bukti ambisi intelektual untuk memahami bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai sistem struktural yang kompleks, mandiri, dan murni, yang pola-polanya dapat diurai dan dijelaskan dengan presisi ilmiah tertinggi. Dalam usahanya yang radikal untuk menyingkap arsitektur murni bahasa, Glossematik membuka jalan bagi cara-cara baru untuk memikirkan tentang struktur, makna, dan sistem tanda secara umum, yang resonansinya masih terasa dalam disiplin ilmu humaniora dan sosial hingga saat ini.