Gumelang: Kekayaan Budaya, Filosofi, dan Jiwa Indonesia

Dalam khazanah kebudayaan Jawa yang kaya dan mendalam, terdapat sebuah kata yang bukan sekadar rangkaian bunyi, melainkan sebuah manifestasi dari nilai-nilai luhur yang telah mengakar kuat selama berabad-abad. Kata itu adalah "Gumelang". Lebih dari sekadar terjemahan harfiahnya yang berarti "cemerlang", "gemilang", atau "bersinar", Gumelang adalah sebuah konsep filosofis yang merangkum keunggulan, keharmonisan, keseimbangan, serta pancaran jiwa yang terpancar dari setiap aspek kehidupan. Ia adalah esensi dari apa yang dianggap ideal dan adiluhung dalam pandangan dunia Jawa, sebuah penanda kualitas yang melampaui materi, merasuk ke dalam spiritualitas dan budi pekerti.

Artikel ini akan membawa kita menyelami kedalaman makna Gumelang, menelusuri bagaimana konsep ini terwujud dalam berbagai bentuk seni, tradisi, dan cara pandang masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Kita akan membahas akarnya dalam bahasa dan filsafat, manifestasinya dalam seni pertunjukan seperti gamelan dan wayang, perannya dalam membentuk karakter dan etika, hingga tantangannya di era modern serta relevansinya untuk masa depan. Pemahaman tentang Gumelang adalah kunci untuk mengapresiasi keindahan dan kebijaksanaan yang terkandung dalam warisan budaya Nusantara yang tak ternilai harganya.

I. Akar Kata dan Filosofi Gumelang: Sebuah Cahaya Kebijaksanaan

A. Etimologi dan Makna Harfiah

Secara etimologi, kata "Gumelang" berasal dari bahasa Jawa Kuno yang memiliki konotasi kuat dengan cahaya, kilauan, dan keindahan yang bersinar. Kata dasar 'gelang' sendiri sering dikaitkan dengan perhiasan yang melingkar, melambangkan kesempurnaan dan sesuatu yang berharga. Ketika mendapatkan prefiks 'gu-', ia mengintensifkan makna tersebut, menunjukkan sesuatu yang 'sangat' atau 'benar-benar' bersinar. Oleh karena itu, Gumelang secara literal berarti "sangat bersinar", "sangat gemilang", atau "cemerlang". Namun, dalam konteks kebudayaan, makna ini meluas jauh melampaui sekadar deskripsi fisik. Ia menjadi sebuah predikat kualitas yang menyeluruh, menggambarkan keunggulan tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam esensi, performa, dan karakter.

B. Gumelang sebagai Konsep Filosofis

Dalam filsafat Jawa, Gumelang adalah representasi dari idealitas. Ia bukan hanya tentang menjadi yang terbaik dalam pengertian kompetitif, melainkan tentang mencapai kondisi keseimbangan dan keselarasan yang sempurna. Konsep ini erat kaitannya dengan:

1. Keselarasan (Harmoni): Gumelang menuntut adanya keselarasan antara lahir dan batin, antara individu dan alam semesta, serta antara satu elemen dengan elemen lainnya. Dalam harmoni inilah keindahan sejati terpancar.
2. Keseimbangan (Keseimbangan): Segala sesuatu yang Gumelang harus mencapai titik keseimbangan yang optimal. Tidak berlebihan, tidak pula berkekurangan. Ini berlaku untuk emosi, tindakan, bahkan komposisi seni.
3. Keindahan Budi Pekerti (Etika dan Moral): Seseorang atau sesuatu yang Gumelang tidak hanya indah secara fisik, tetapi juga luhur dalam moral dan etika. Cahaya yang terpancar dari Gumelang adalah cahaya kebaikan, kebijaksanaan, dan integritas.
4. Kemurnian Jiwa (Spiritualitas): Di tingkatan tertinggi, Gumelang adalah tentang kemurnian dan pancaran cahaya dari dalam jiwa. Ini adalah wujud dari "manunggaling kawula Gusti", bersatunya hamba dengan Tuhan, di mana individu mencapai pencerahan spiritual.

Filsafat Gumelang mengajarkan bahwa keunggulan sejati berasal dari kesatuan yang utuh, di mana setiap komponen bekerja bersama dalam harmoni untuk menciptakan sesuatu yang agung dan abadi. Ini adalah sebuah perjalanan spiritual dan kultural yang tiada henti, pencarian akan kesempurnaan yang tak pernah berakhir.

II. Gumelang dalam Manifestasi Seni Tradisional

Seni tradisional Indonesia, khususnya Jawa, adalah wadah utama di mana konsep Gumelang bermanifestasi secara paling eksplisit. Dari melodi gamelan hingga gerak tari, dari ukiran wayang hingga motif batik, semuanya mencerminkan upaya untuk mencapai kualitas Gumelang.

A. Gamelan: Harmoni yang Gemilang

Orkestra Gamelan adalah contoh paling gamblang dari Gumelang dalam seni. Setiap instrumen, dari gong raksasa hingga saron kecil, memiliki perannya masing-masing. Namun, keindahan Gamelan tidak terletak pada suara individu, melainkan pada kesatuan dan keselarasan suara yang dihasilkan oleh kolektif. Ketika setiap pemain memainkan bagiannya dengan presisi dan rasa, terciptalah melodi yang "Gumelang" – sebuah simfoni yang memukau, kaya, dan memiliki kedalaman spiritual.

Setiap nada, setiap irama, dan setiap dinamika dalam Gamelan diatur untuk mencapai resonansi yang mendalam, tidak hanya di telinga tetapi juga di hati pendengarnya. Para penabuh Gamelan tidak hanya memainkan instrumen, tetapi juga meresapi filosofi di baliknya: kesabaran, kebersamaan, dan penyerahan diri pada aliran melodi. Melalui Gamelan, Gumelang menjadi sebuah pengalaman sensorik yang mentransendensikan pendengar ke alam keindahan dan ketenangan spiritual.

B. Wayang Kulit: Kisah-kisah Gemilang dalam Bayangan

Wayang Kulit adalah teater bayangan yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan memberikan pencerahan. Setiap karakter wayang, dari Prabu Ramawijaya yang agung hingga Semar yang bijaksana, digambarkan dengan detail yang Gumelang. Ukiran pada kulit, pilihan warna, dan bahkan gerakan wayang yang diatur oleh dalang, semuanya mengandung makna dan keindahan yang mendalam. Pertunjukan wayang kulit adalah sebuah ritual di mana cahaya Gumelang terpancar melalui bayangan, mengajarkan tentang kebaikan dan kejahatan, tentang perjuangan dan pencerahan.

Seorang dalang yang "Gumelang" adalah dia yang tidak hanya mahir menggerakkan wayang dan menirukan suara, tetapi juga mampu menghidupkan karakter, menyalurkan pesan moral, dan menghubungkan penonton dengan narasi epik yang diceritakannya. Dialog-dialog dalam wayang seringkali penuh dengan filosofi yang adiluhung, diucapkan dengan bahasa yang indah, mencerminkan kebijaksanaan dan keunggulan naratif. Penggunaan sindhen dan penabuh gamelan yang serasi turut menciptakan suasana yang mendukung, menjadikan setiap pertunjukan wayang sebagai pengalaman estetika dan spiritual yang utuh.

C. Tari Tradisional: Gerak Tubuh yang Anggun dan Bermakna

Tari tradisional Jawa, seperti Tari Serimpi atau Tari Bedhaya, adalah perwujudan Gumelang melalui gerak tubuh. Setiap gerakan, dari ujung jari hingga pandangan mata, dilakukan dengan keanggunan, presisi, dan makna filosofis. Para penari dilatih untuk tidak hanya menguasai teknik, tetapi juga meresapi emosi dan esensi dari tarian tersebut. Tarian-tarian ini seringkali menceritakan kisah-kisah heroik atau ritual sakral, di mana Gumelang terpancar dari harmoni gerak, musik, dan kostum yang indah.

Keanggunan dalam setiap gerakan, ketenangan dalam ekspresi wajah, dan kekuatan batin yang terpancar dari seorang penari Gumelang adalah bukti dari disiplin dan dedikasi yang luar biasa. Kostum-kostum yang dikenakan, dengan kain batik yang indah dan perhiasan yang gemerlap, juga turut menyumbang pada kesan Gumelang. Tarian bukan hanya pertunjukan, tetapi sebuah meditasi dalam gerak, di mana penari dan penonton sama-sama diajak untuk merasakan keindahan dan kedalaman spiritual.

D. Batik: Simbolisme yang Terukir dalam Kain

Batik adalah seni melukis di atas kain yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Setiap motif batik memiliki filosofi dan maknanya sendiri, dan setiap proses pembuatannya menuntut ketelitian, kesabaran, dan keahlian yang Gumelang. Warna-warna yang dipilih, pola yang digambar, dan bahkan cara membatik itu sendiri, semuanya adalah bagian dari upaya untuk menciptakan sebuah karya seni yang cemerlang. Batik bukan hanya pakaian, melainkan sebuah narasi budaya yang terukir dalam setiap helai kain, membawa pesan keindahan dan kebijaksanaan.

Proses membatik, dari mulai mencanting lilin, mewarnai, hingga melorot, adalah sebuah ritual yang penuh ketenangan dan ketekunan. Para pembatik yang Gumelang tidak hanya menghasilkan pola yang rumit, tetapi juga menanamkan jiwa dan doa ke dalam setiap goresannya. Hasil akhirnya adalah selembar kain yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga kaya akan makna, menjadi cerminan dari identitas dan nilai-nilai budaya yang luhur. Batik yang Gumelang adalah simbol status, keindahan, dan spiritualitas.

III. Gumelang dalam Kehidupan Sosial dan Budi Pekerti

Konsep Gumelang tidak terbatas pada seni. Ia meresap ke dalam sendi-sendi kehidupan sosial, membentuk karakter individu dan etika komunitas. Gumelang adalah panduan untuk menjalani hidup yang bermakna dan memberi dampak positif.

A. Budi Pekerti dan Karakter Individu

Seseorang yang memiliki karakter Gumelang adalah individu yang tidak hanya cerdas atau terampil, tetapi juga memiliki budi pekerti yang luhur. Mereka adalah pribadi yang jujur, rendah hati, berintegritas, dan senantiasa berupaya untuk berbuat kebaikan. Cahaya Gumelang terpancar dari sikapnya yang tenang, tutur katanya yang sopan, serta tindakan-tindakannya yang mencerminkan kebijaksanaan dan empati. Gumelang dalam diri individu adalah pencapaian tertinggi dalam pengembangan diri, di mana aspek spiritual dan moral mendominasi.

Pengembangan budi pekerti Gumelang dimulai dari pendidikan di keluarga, lingkungan, hingga lembaga formal. Ini melibatkan proses introspeksi diri yang mendalam, kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu, serta komitmen untuk senantiasa belajar dan tumbuh. Individu yang Gumelang adalah teladan bagi lingkungannya, mampu menginspirasi orang lain melalui tindakan nyata dan keteladanan yang kuat.

B. Harmoni Sosial dan Gotong Royong

Dalam konteks sosial, Gumelang tercermin dalam harmoni dan solidaritas masyarakat. Konsep gotong royong, yang merupakan salah satu pilar kebudayaan Indonesia, adalah manifestasi dari Gumelang. Ketika setiap individu berkontribusi dengan tulus dan tanpa pamrih untuk kebaikan bersama, terciptalah sebuah masyarakat yang Gumelang – kuat, bersatu, dan sejahtera. Tidak ada individu yang menonjol sendirian, melainkan keseluruhan komunitas yang bersinar karena kolaborasi dan saling mendukung.

Gumelang dalam masyarakat juga berarti adanya keadilan, saling menghormati, dan toleransi. Konflik dapat diselesaikan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat, dan perbedaan dihargai sebagai bagian dari kekayaan bersama. Masyarakat yang Gumelang adalah masyarakat yang mampu menjaga keseimbangan antara hak individu dan kepentingan komunal, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap anggotanya.

C. Kepemimpinan yang Bijaksana

Seorang pemimpin yang Gumelang adalah mereka yang tidak hanya memiliki kekuasaan, tetapi juga kebijaksanaan, integritas, dan pengabdian tulus kepada rakyat. Keputusan yang diambil didasarkan pada pertimbangan matang yang mengutamakan kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi atau golongan. Pemimpin Gumelang adalah sosok yang mengayomi, memberikan inspirasi, dan mampu membimbing masyarakat menuju kemajuan dan kesejahteraan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran.

Kualitas Gumelang pada seorang pemimpin terlihat dari kemampuannya untuk mendengarkan, empati, dan merangkul semua elemen masyarakat. Mereka membangun kepercayaan melalui konsistensi antara perkataan dan perbuatan, serta mampu menunjukkan jalan keluar dari kesulitan dengan solusi yang cerdas dan berpihak pada kebaikan. Kepemimpinan yang Gumelang adalah fondasi bagi sebuah negara atau komunitas yang stabil, adil, dan berdaya saing.

IV. Perjalanan Spiritual dan Eksistensial Gumelang

Lebih dalam lagi, Gumelang juga memiliki dimensi spiritual yang kuat. Ia adalah tujuan akhir dari pencarian jati diri, pencerahan, dan keselarasan dengan Sang Pencipta.

A. Gumelang dalam Pencarian Jati Diri

Bagi individu, perjalanan menuju Gumelang adalah sebuah proses introspeksi dan pemurnian diri. Ini adalah upaya untuk memahami siapa kita sebenarnya, apa tujuan hidup kita, dan bagaimana kita dapat mencapai potensi tertinggi kita. Melalui meditasi, kontemplasi, dan praktik spiritual lainnya, seseorang berusaha untuk menghilangkan "kotoran" batin dan membiarkan cahaya Gumelang dalam dirinya terpancar.

Pencarian jati diri ini seringkali melibatkan penelusuran akar-akar budaya dan spiritual, pemahaman akan tradisi leluhur, serta integrasi nilai-nilai luhur ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan perjalanan yang mudah, melainkan sebuah dedikasi seumur hidup untuk senantiasa menjadi versi terbaik dari diri sendiri, dengan kesadaran penuh akan hubungan kita dengan alam semesta dan Sang Khalik.

B. Keselarasan dengan Alam Semesta

Gumelang mengajarkan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Untuk mencapai Gumelang, kita harus hidup selaras dengan alam, menghormatinya, dan menjaga keseimbangannya. Kerusakan alam adalah cerminan dari ketidak-Gumelangan dalam diri manusia. Sebaliknya, menjaga kelestarian lingkungan adalah bagian dari manifestasi Gumelang, sebuah pengakuan akan keindahan dan kesempurnaan ciptaan Tuhan.

Filsafat ini mendorong kita untuk hidup secara berkelanjutan, menggunakan sumber daya alam dengan bijak, dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap generasi mendatang. Alam yang Gumelang adalah alam yang subur, lestari, dan memberikan kehidupan. Manusia yang Gumelang adalah mereka yang mampu menjadi penjaga alam, bukan perusaknya, dan menemukan ketenangan dalam harmoni dengan lingkungan.

V. Tantangan dan Relevansi Gumelang di Era Modern

Di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi, konsep Gumelang menghadapi berbagai tantangan. Namun, justru di sinilah relevansinya semakin terasa penting.

A. Erosi Nilai-nilai Tradisional

Kemajuan teknologi dan budaya populer seringkali membawa nilai-nilai baru yang kadang bertentangan dengan filosofi Gumelang. Generasi muda mungkin kurang terekspos pada seni dan tradisi yang mengajarkan nilai-nilai Gumelang, sehingga terjadi erosi pemahaman dan apresiasi terhadap warisan budaya. Prioritas terhadap materi dan individualisme dapat menggeser pentingnya harmoni, kebersamaan, dan budi pekerti luhur.

Tantangan ini menuntut adanya adaptasi dan inovasi dalam cara memperkenalkan Gumelang kepada masyarakat modern. Media digital, platform pendidikan interaktif, dan kolaborasi dengan seniman kontemporer dapat menjadi jembatan untuk menjaga relevansi konsep ini di tengah arus perubahan yang cepat.

B. Gumelang dalam Konteks Kontemporer

Meskipun tantangan ada, konsep Gumelang tetap memiliki relevansi yang sangat kuat di era modern. Dalam dunia yang serba cepat dan seringkali disorientatif, pencarian akan makna, keseimbangan, dan integritas menjadi semakin penting. Gumelang dapat menjadi kompas moral bagi individu dan masyarakat:

1. Inovasi Berbasis Budaya: Gumelang dapat menginspirasi penciptaan karya seni, produk, atau bahkan teknologi baru yang tetap berakar pada nilai-nilai luhur dan keindahan tradisional.
2. Pengembangan Diri: Filosofi Gumelang mendorong individu untuk terus belajar, mengembangkan potensi, dan menjaga integritas diri di tengah tekanan modern.
3. Keberlanjutan Lingkungan: Konsep keselarasan dengan alam dalam Gumelang sangat relevan untuk isu-isu lingkungan global saat ini, mendorong praktik hidup yang lebih bertanggung jawab.
4. Kepemimpinan Etis: Prinsip-prinsip kepemimpinan Gumelang – integritas, empati, dan pengabdian – sangat dibutuhkan dalam dunia politik dan bisnis yang kompleks.

Gumelang bukan sekadar relik masa lalu, melainkan sebuah panduan abadi yang dapat membentuk masa depan yang lebih baik, di mana kemajuan materi diimbangi dengan kekayaan spiritual dan moral.

VI. Memancarkan Cahaya Gumelang: Upaya Pelestarian dan Pengembangan

Untuk memastikan bahwa cahaya Gumelang terus bersinar bagi generasi mendatang, diperlukan upaya kolektif dalam pelestarian, pendidikan, dan pengembangan.

A. Pendidikan dan Internalisisasi

Pendidikan adalah kunci utama dalam melestarikan Gumelang. Ini tidak hanya berarti mengajarkan tentang seni tradisional, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai filosofisnya sejak dini. Kurikulum sekolah, program ekstrakurikuler, dan lingkungan keluarga harus berperan aktif dalam menanamkan budi pekerti, etika, dan apresiasi terhadap keindahan yang Gumelang.

Pendidikan Gumelang juga harus bersifat holistik, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Anak-anak dan remaja perlu diajarkan tidak hanya tentang "apa" Gumelang itu, tetapi juga "mengapa" ia penting dan "bagaimana" mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh nyata dari kehidupan para leluhur, cerita-cerita rakyat yang mengajarkan moral, dan praktik-praktik seni budaya dapat menjadi media efektif untuk internalisasi nilai-nilai ini.

B. Revitalisasi dan Adaptasi Seni Tradisional

Seni tradisional yang Gumelang harus terus direvitalisasi agar tetap relevan. Ini bisa dilakukan melalui:

• Festival dan Pergelaran: Mengadakan festival seni tradisional secara rutin untuk menarik minat publik.
• Kolaborasi Kontemporer: Menggabungkan elemen seni tradisional dengan bentuk seni modern (musik, tari, visual) untuk menciptakan karya baru yang segar.
• Digitalisasi: Mendokumentasikan dan menyebarluaskan kekayaan seni dan filosofi Gumelang melalui platform digital, film dokumenter, dan media sosial.
• Pusat Pelatihan: Membangun dan mendukung pusat-pusat pelatihan seni tradisional agar generasi muda dapat belajar langsung dari para maestro.

Dengan demikian, seni yang Gumelang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan menemukan audiens baru, memastikan kelangsungannya di tengah perubahan zaman.

C. Gumelang sebagai Identitas Bangsa

Di panggung global, Gumelang dapat menjadi salah satu identitas unik bangsa Indonesia. Kekayaan filosofi dan keindahan seni yang terpancar dari Gumelang dapat menjadi duta budaya yang memperkenalkan kedalaman peradaban Nusantara kepada dunia. Ini bukan hanya tentang kebanggaan, tetapi juga tentang memberikan kontribusi pada dialog global mengenai nilai-nilai kemanusiaan, harmoni, dan kebijaksanaan.

Mempromosikan Gumelang sebagai identitas bangsa memerlukan strategi komunikasi budaya yang efektif. Melalui diplomasi budaya, pertukaran pelajar, dan partisipasi dalam forum-forum internasional, Indonesia dapat berbagi permata filosofis ini, menginspirasi dunia untuk mencari "cahaya gemilang" dalam diri dan lingkungannya.

VII. Gumelang di Masa Depan: Sebuah Visi Cemerlang

Masa depan Gumelang adalah masa depan yang penuh harapan, di mana nilai-nilai luhur dapat terus membimbing dan mencerahkan. Visi untuk Gumelang di masa depan adalah terwujudnya masyarakat yang tidak hanya maju secara materi, tetapi juga kaya akan spiritualitas, etika, dan keselarasan.

A. Masyarakat yang Berbudaya Gumelang

Masyarakat yang berbudaya Gumelang adalah masyarakat yang mengapresiasi keindahan dalam setiap aspek kehidupan, dari seni hingga interaksi sosial. Ini adalah masyarakat di mana keadilan ditegakkan, keseimbangan dijaga, dan setiap individu merasa dihormati serta memiliki kesempatan untuk berkembang. Dalam masyarakat seperti ini, konflik diminimalisir melalui dialog dan pengertian, dan perbedaan dirayakan sebagai kekuatan.

Gumelang akan menjadi prinsip panduan dalam perencanaan kota, kebijakan publik, dan bahkan desain produk. Lingkungan akan dirancang untuk mencerminkan harmoni, pendidikan akan berfokus pada pembentukan karakter, dan ekonomi akan digerakkan oleh prinsip-prinsip keberlanjutan dan keadilan. Ini adalah sebuah utopia yang dapat dicapai melalui komitmen kolektif terhadap nilai-nilai Gumelang.

B. Kontribusi Gumelang untuk Peradaban Dunia

Filsafat Gumelang memiliki potensi untuk memberikan kontribusi signifikan bagi peradaban dunia. Di tengah tantangan global seperti konflik, ketidaksetaraan, dan krisis lingkungan, prinsip-prinsip Gumelang tentang harmoni, keseimbangan, dan budi pekerti dapat menawarkan solusi dan perspektif baru. Dunia membutuhkan lebih banyak "cahaya gemilang" yang berasal dari kebijaksanaan kuno yang relevan untuk masa kini.

Melalui Gumelang, Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan spiritualitas atau mengikis identitas. Sebaliknya, kemajuan sejati adalah ketika manusia mampu hidup dalam keselarasan dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan, menciptakan sebuah peradaban yang benar-benar cemerlang dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Gumelang adalah lebih dari sekadar kata; ia adalah sebuah esensi, sebuah filosofi, dan sebuah tujuan hidup yang mendalam dalam kebudayaan Jawa dan Indonesia. Dari kilauan instrumen gamelan hingga keanggunan gerak tari, dari kebijaksanaan wayang hingga ketelitian batik, Gumelang adalah benang merah yang mengikat segala bentuk keindahan dan keunggulan spiritual. Ia mewakili idealitas sebuah masyarakat yang harmonis, individu yang berintegritas, dan kehidupan yang selaras dengan alam semesta.

Meskipun zaman terus bergerak dan membawa perubahan, nilai-nilai yang terkandung dalam Gumelang tetap abadi dan relevan. Ia adalah cahaya yang membimbing kita untuk tidak hanya mencari kesempurnaan lahiriah, tetapi juga kedalaman batiniah. Untuk memahami Gumelang adalah memahami jiwa Indonesia yang sesungguhnya – sebuah jiwa yang kaya akan kearifan, keindahan, dan sebuah dorongan tak henti untuk mencapai keunggulan dalam segala aspek kehidupan.

Mari kita bersama-sama terus menghidupkan dan memancarkan cahaya Gumelang ini, menjadikannya inspirasi dalam setiap langkah, agar warisan budaya yang adiluhung ini tidak hanya lestari, tetapi juga terus berkembang dan menginspirasi dunia. Dengan demikian, kita turut serta dalam menciptakan masa depan yang benar-benar gemilang, sejalan dengan makna sejati dari Gumelang itu sendiri.