Haji Tamattu: Panduan Lengkap Tata Cara dan Keutamaannya

Haji adalah rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan bagi setiap Muslim yang mampu, baik secara fisik, finansial, maupun mental. Perjalanan suci ini merupakan puncak dari ketaatan seorang hamba kepada Rabb-nya, sebuah ibadah yang penuh makna, pengorbanan, dan tantangan. Di antara berbagai jenis pelaksanaan ibadah haji yang diakui dalam syariat Islam, Haji Tamattu menjadi pilihan yang sangat populer di kalangan jutaan jamaah dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Popularitas ini bukan tanpa alasan yang kuat; Haji Tamattu menawarkan kemudahan dan fleksibilitas tertentu yang tidak ditemukan pada jenis haji lainnya, sambil tetap menjaga kesempurnaan ibadah dan pahala yang agung.

Artikel ini didedikasikan untuk mengupas tuntas seluk-beluk Haji Tamattu secara komprehensif. Kita akan menjelajahi mulai dari pengertian dasarnya, dasar-dasar hukum syar'inya, tata cara pelaksanaannya secara detail langkah demi langkah, hingga keutamaan-keutamaan yang melekat pada jenis haji ini, serta hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh setiap calon jamaah. Kami akan menuntun Anda melalui setiap tahapan ibadah ini, mulai dari persiapan awal di tanah air hingga penyelesaian seluruh rukun dan wajib haji di Tanah Suci. Pemahaman yang mendalam mengenai Haji Tamattu diharapkan dapat menjadi bekal yang berharga, membantu calon jamaah mempersiapkan diri dengan lebih baik, menunaikan ibadah dengan khusyuk, dan meraih gelar haji mabrur, insya Allah.

Mengenal Lebih Dekat Tiga Jenis Haji

Sebelum kita menyelami secara spesifik tentang Haji Tamattu, adalah fundamental bagi setiap calon jamaah untuk memahami bahwa terdapat tiga jenis pelaksanaan ibadah haji yang disyariatkan dalam Islam. Ketiga jenis ini, yaitu Haji Ifrad, Haji Qiran, dan Haji Tamattu, memiliki perbedaan mendasar dalam niat awal, urutan pelaksanaan umrah dan haji, serta kewajiban hadyu (dam). Memahami perbedaan esensial ini tidak hanya memperluas wawasan keislaman kita, tetapi juga sangat membantu calon jamaah dalam memilih jenis haji yang paling sesuai dengan kondisi pribadi, jadwal perjalanan, serta preferensi spiritual mereka.

1. Haji Ifrad: Fokus Penuh pada Haji

Secara bahasa, "Ifrad" berarti memisahkan atau menyendirikan. Dalam konteks ibadah haji, Haji Ifrad merujuk pada pelaksanaan ibadah haji secara terpisah dari ibadah umrah. Jamaah yang memilih jenis Haji Ifrad memulai perjalanannya dengan niat ihram hanya untuk haji dari miqat yang telah ditentukan. Mereka akan tetap dalam kondisi ihram haji, terikat dengan segala larangannya, hingga seluruh rangkaian manasik haji selesai dan mereka bertahallul. Setelah itu, jika mereka berkeinginan, barulah mereka dapat menunaikan ibadah umrah secara terpisah di kemudian hari. Keistimewaan Haji Ifrad adalah tidak adanya kewajiban membayar hadyu (dam), karena tidak ada penggabungan dua ibadah dalam satu ihram yang memerlukan tebusan syukur.

• Niat: Niat hanya untuk menunaikan ibadah haji.
• Urutan Pelaksanaan: Haji ditunaikan terlebih dahulu, dan umrah (jika ingin dilakukan) dikerjakan setelah seluruh rangkaian haji selesai dan jamaah telah bertahallul.
• Kewajiban Dam: Tidak ada kewajiban hadyu (dam) bagi pelaksana Haji Ifrad.
• Kelebihan: Memberikan fokus yang tidak terpecah pada ibadah haji tanpa diselingi umrah di tengah, serta tidak ada kewajiban dam. Biasanya dipilih oleh penduduk Mekkah atau mereka yang membawa hewan kurban dari awal.

Haji Ifrad seringkali dipilih oleh penduduk Mekkah atau mereka yang tiba di Mekkah sebelum bulan-bulan haji dan ingin segera berihram untuk haji. Keutamaan lainnya adalah jamaah dapat sepenuhnya berkonsentrasi pada rukun dan wajib haji tanpa memikirkan rangkaian umrah. Namun, bagi jamaah dari jauh, durasi ihram yang panjang dapat menjadi tantangan tersendiri.

2. Haji Qiran: Menggabungkan Dua Ibadah dalam Satu Ihram

Kata "Qiran" secara etimologi berarti menggabungkan atau menyatukan. Sesuai dengan namanya, Haji Qiran adalah jenis haji di mana seorang jamaah menggabungkan niat ibadah haji dan umrah secara bersamaan dalam satu kali ihram dari miqat. Ini berarti, sejak awal berihram, niatnya sudah mencakup haji dan umrah sekaligus. Seluruh rangkaian manasik yang dilakukan, mulai dari tawaf, sa'i, hingga wukuf di Arafah, dianggap sah dan dihitung untuk kedua ibadah tersebut secara simultan. Karena adanya penggabungan dua ibadah ini, yang dianggap sebagai kemudahan, maka pelaksana Haji Qiran diwajibkan membayar hadyu (dam) sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.

• Niat: Niat haji dan umrah secara bersamaan dalam satu kali ihram.
• Urutan Pelaksanaan: Rangkaian ibadah haji dan umrah dikerjakan secara berkelanjutan dalam satu periode ihram tanpa adanya tahallul di antaranya hingga selesai haji.
• Kewajiban Dam: Wajib membayar hadyu (dam).
• Kelebihan: Sangat praktis karena hanya satu kali berihram dan melakukan satu rangkaian manasik untuk dua ibadah. Cocok bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu atau ingin menghindari kerumitan tahallul dua kali.

Haji Qiran juga dipilih oleh sebagian jamaah karena kepraktisannya. Namun, tantangannya sama dengan Ifrad, yaitu jamaah harus menjaga diri dari larangan ihram dalam periode yang cukup panjang. Pemilihan Qiran juga seringkali dipertimbangkan jika jamaah membawa hewan kurban dari negeri asalnya, mengikuti sunnah Rasulullah SAW ketika beliau melaksanakan haji wada'.

3. Haji Tamattu: Kemudahan dan Jeda yang Menenangkan (Fokus Artikel Ini)

Haji Tamattu, dari akar kata "mata'a - yatamatta'u", secara harfiah bermakna "bersenang-senang", "mengambil manfaat", atau "menikmati". Dalam konteks ibadah haji, istilah ini secara indah menggambarkan kondisi di mana seorang jamaah diberikan kemudahan untuk menunaikan ibadah umrah terlebih dahulu dalam bulan-bulan haji, kemudian bertahallul (melepas ihram umrah), dan kembali ke keadaan normal (halal). Selama jeda waktu antara selesainya umrah dan dimulainya ibadah haji, jamaah dapat menikmati kebebasan dari larangan ihram, seperti memakai pakaian biasa, menggunakan wangi-wangian, dan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa batasan ihram. Ketika tiba waktunya untuk ibadah haji (pada 8 Dzulhijjah), ia kembali berihram untuk haji dari Mekkah. Oleh karena jamaah telah "bersenang-senang" dan mendapatkan kemudahan ini di antara dua ibadah (umrah dan haji), maka jenis haji ini mewajibkan hadyu (dam) sebagai bentuk syukur.

• Niat: Niat umrah terlebih dahulu, bertahallul setelah umrah selesai, kemudian niat haji pada waktu yang ditentukan.
• Urutan Pelaksanaan: Umrah dilakukan dan diselesaikan secara penuh (dengan tahallul), kemudian haji dilaksanakan. Ada jeda tahallul (keadaan halal) antara umrah dan haji.
• Kewajiban Dam: Wajib membayar hadyu (dam).
• Kelebihan: Fleksibilitas dan keringanan yang signifikan. Jamaah dapat beristirahat, memulihkan diri, dan tidak terikat larangan ihram di antara ibadah umrah dan haji. Hal ini memungkinkan persiapan yang lebih baik secara fisik dan mental untuk fase haji yang lebih intens. Ini adalah pilihan yang sangat populer bagi jamaah dari luar Mekkah.

Haji Tamattu adalah jenis haji yang paling banyak dipilih oleh jamaah dari luar Arab Saudi, termasuk dari Indonesia, Malaysia, dan negara-negara lain. Alasannya adalah karena dianggap lebih mudah, memberikan kesempatan bagi jamaah untuk beradaptasi dengan lingkungan Mekkah, serta menikmati suasana kota suci dalam keadaan tidak berihram setelah menunaikan umrah, sebelum kembali fokus total untuk ibadah haji akbar.

Dasar hukum kewajiban dam bagi haji Tamattu ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 196:

فَمَن تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَن لَّمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

"Apabila kamu telah aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (Tamattu'), wajiblah ia menyembelih korban yang mudah didapat. Jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar dam) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (tidak tinggal) di sekitar Masjidil Haram." (QS. Al-Baqarah: 196)

Rukun dan Wajib Haji Tamattu: Fondasi Ibadah yang Sah

Memahami perbedaan antara rukun dan wajib haji adalah pengetahuan fundamental bagi setiap calon jamaah, karena hal ini berkaitan langsung dengan keabsahan dan kesempurnaan ibadah. Rukun haji adalah pilar-pilar utama yang jika salah satunya ditinggalkan, maka haji seseorang tidak sah dan tidak dapat digantikan dengan dam (denda). Sementara itu, wajib haji adalah amalan-amalan yang penting namun jika ditinggalkan, haji seseorang tetap sah, namun ia wajib membayar dam sebagai tebusan. Dalam konteks Haji Tamattu, rukun dan wajib ini berlaku untuk kedua fase ibadah, yaitu umrah yang pertama dan haji yang kedua.

Rukun Haji dan Umrah (Pilar Keabsahan)

Rukun haji dan umrah adalah inti sari dari ibadah ini. Ketiadaan salah satunya secara sengaja maupun tidak sengaja akan berakibat pada tidak sahnya haji seseorang, dan tidak ada cara untuk menggantikannya kecuali dengan mengulang ibadah tersebut di lain waktu (jika memungkinkan).

1. Ihram: Niat dan Pembatas Suci

   Ihram adalah niat untuk memulai atau memasuki rangkaian ibadah haji atau umrah, disertai dengan mengenakan pakaian ihram. Ini adalah gerbang spiritual yang menandai dimulainya komitmen seseorang terhadap ibadah di Tanah Suci. Bagi Haji Tamattu, ada dua kali ihram: pertama untuk umrah dari miqat, dan kedua untuk haji dari Mekkah pada tanggal 8 Dzulhijjah. Sejak berniat ihram, jamaah terikat dengan berbagai larangan ihram (seperti memotong kuku, rambut, memakai wewangian, dan berhubungan suami istri) hingga tahallul.

2. Wukuf di Arafah: Puncak Haji dan Pengampunan

   Wukuf berarti berhenti atau berdiam diri di padang Arafah. Ini adalah rukun haji yang paling agung dan merupakan inti dari ibadah haji, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Haji adalah Arafah." Wukuf dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, dimulai dari tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) hingga terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Selama wukuf, jamaah disunnahkan untuk memperbanyak doa, dzikir, istighfar, membaca Al-Qur'an, dan bertaubat dengan sepenuh hati, memohon ampunan dan rahmat Allah. Ketiadaan wukuf di Arafah pada waktu yang ditentukan menyebabkan haji seseorang batal.

3. Tawaf Ifadah: Mengelilingi Baitullah sebagai Rukun Haji

   Tawaf Ifadah adalah tawaf utama dan merupakan salah satu rukun haji. Dilaksanakan dengan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh putaran setelah kembali dari Arafah dan Muzdalifah, biasanya pada tanggal 10 Dzulhijjah atau hari-hari Tasyriq. Ini adalah tawaf yang menandai penyempurnaan haji dan sering disebut juga Tawaf Ziarah. Untuk Haji Tamattu, ada tawaf umrah yang dilakukan di awal, dan kemudian Tawaf Ifadah sebagai rukun haji. Tanpa Tawaf Ifadah, haji tidak sah.

4. Sa'i: Mengenang Perjuangan Siti Hajar

   Sa'i adalah berjalan atau berlari kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali perjalanan. Dimulai dari Safa dan berakhir di Marwah. Sa'i adalah rukun yang melambangkan perjuangan Siti Hajar mencari air untuk putranya Ismail. Untuk Haji Tamattu, ada sa'i umrah yang dilakukan setelah tawaf umrah, dan sa'i haji yang dilakukan setelah tawaf ifadah (bagi yang tidak menggabungkannya di awal). Ketiadaan sa'i umrah atau sa'i haji menyebabkan umrah atau haji tidak sah.

5. Tahallul: Melepas Ikatan Ihram

   Tahallul adalah mencukur habis rambut (gundul) atau memotongnya (minimal sepanjang ruas jari) bagi pria, dan memotong sedikit ujung rambut bagi wanita, sebagai tanda berakhirnya ihram dan dihalalkannya kembali larangan-larangan ihram. Bagi Haji Tamattu, ada dua kali tahallul: tahallul umrah setelah selesai sa'i umrah, dan tahallul haji (tahallul awwal dan tahallul tsani) setelah melontar jumrah, menyembelih hadyu, tawaf ifadah, dan sa'i haji. Tahallul ini merupakan penanda sahnya ibadah dan pembebasan dari ikatan ihram.

Kelima rukun ini harus dilaksanakan dengan tertib dan benar agar ibadah haji dan umrah seorang Muslim dianggap sah dan diterima di sisi Allah SWT.

Wajib Haji dan Umrah (Dapat Diganti Dam)

Wajib haji adalah amalan-amalan yang sangat penting dalam pelaksanaan haji. Jika salah satunya ditinggalkan secara sengaja atau tidak sengaja, ibadah haji tetap sah, namun jamaah diwajibkan membayar dam (denda) sebagai pengganti. Meninggalkan wajib haji tanpa dam akan mengurangi kesempurnaan dan pahala haji.

1. Ihram dari Miqat: Batas Awal Kesucian

   Miqat adalah batas tempat atau waktu yang telah ditetapkan untuk memulai ihram haji atau umrah. Bagi jamaah dari luar Mekkah, wajib berihram dari miqat makani (batas wilayah). Melampaui miqat tanpa ihram dan kemudian berihram dari tempat yang lebih dekat ke Mekkah adalah pelanggaran yang mewajibkan dam. Miqat-miqat utama seperti Dzul Hulaifah (Bir Ali), Juhfah, Qarnul Manazil, Yalamlam, dan Dzatu Irqin adalah titik-titik krusial yang harus diperhatikan.

2. Mabit di Muzdalifah: Singgah untuk Mengumpulkan Kerikil

   Mabit (bermalam) di Muzdalifah adalah wajib haji yang dilakukan pada malam 10 Dzulhijjah, setelah wukuf di Arafah. Jamaah wajib berada di Muzdalifah, meskipun hanya sebentar, antara terbenamnya matahari (setelah meninggalkan Arafah) hingga terbit fajar. Di sinilah jamaah disunnahkan mengumpulkan kerikil untuk melontar jumrah.

3. Mabit di Mina: Bermalam di Lembah Suci

   Mabit di Mina adalah wajib haji yang dilakukan pada hari-hari Tasyriq, yaitu malam 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (bagi yang memilih Nafar Tsani). Jamaah harus bermalam sebagian besar waktunya di Mina. Meninggalkan mabit di Mina tanpa alasan syar'i yang kuat akan mewajibkan dam.

4. Melontar Jumrah: Simbol Perlawanan Setan

   Melontar jumrah adalah melempar batu di tiga tempat jumrah (Ula, Wustha, dan Aqabah) di Mina pada hari Nahr (10 Dzulhijjah hanya Jumrah Aqabah) dan hari-hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah melontar ketiga jumrah). Setiap lontaran sebanyak 7 butir kerikil, disertai takbir. Ini adalah simbol menolak godaan setan dan menguatkan iman.

5. Tawaf Wada': Perpisahan dengan Baitullah

   Tawaf Wada' (Tawaf Perpisahan) adalah tawaf terakhir yang wajib dilakukan oleh setiap jamaah haji (kecuali wanita yang sedang haid atau nifas) sebelum meninggalkan Mekkah untuk kembali ke tanah air atau melanjutkan perjalanan. Ini adalah bentuk penghormatan terakhir kepada Ka'bah dan Masjidil Haram. Meninggalkan tawaf wada' tanpa udzur syar'i yang sah mewajibkan dam.

6. Mencukur atau Memotong Rambut: Pengakhiran Ihram yang Sempurna

   Meskipun tahallul secara umum merupakan rukun, tindakan mencukur atau memotong rambut itu sendiri juga seringkali dikategorikan sebagai wajib haji (menurut sebagian ulama) atau bagian dari rukun tahallul. Kelalaian dalam melakukannya secara benar dapat berakibat pada kewajiban dam atau belum sempurnanya tahallul.

Memahami dan melaksanakan rukun serta wajib haji dan umrah ini dengan penuh kesadaran akan membantu jamaah meraih haji yang mabrur, sesuai dengan tuntunan syariat dan sunnah Rasulullah SAW.

Tata Cara Pelaksanaan Haji Tamattu (Langkah Demi Langkah Detail)

Pelaksanaan Haji Tamattu adalah serangkaian ibadah yang terstruktur dengan baik, dimulai dari niat umrah, bertahallul dari umrah, dan kemudian berihram kembali untuk haji. Proses ini dirancang untuk memberikan kemudahan bagi jamaah dari jauh, namun tetap memerlukan pemahaman yang cermat terhadap setiap tahapan. Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang detail, yang akan menjadi pondasi bagi perjalanan suci Anda.

Fase 1: Pelaksanaan Umrah (Bagian Pertama Haji Tamattu)

Fase pertama ini adalah penunaian ibadah umrah, yang merupakan bagian integral dari Haji Tamattu. Umrah ini harus diselesaikan dan ditahallul sebelum rangkaian haji dimulai.

1. Pra-Ihram Umrah (Persiapan di Miqat atau Sebelum Miqat)

Persiapan ihram sangat penting untuk memastikan kenyamanan dan kesempurnaan ibadah. Jamaah harus sudah mempersiapkan diri sebelum mencapai miqat, yaitu batas waktu atau tempat untuk memulai niat ihram.

• Mandi Sunnah: Disunnahkan mandi junub (mandi besar) sebagai bentuk kebersihan dan penyucian diri sebelum berihram. Jika tidak memungkinkan, mandi biasa pun sudah cukup. Ini adalah simbol membersihkan diri secara fisik sebelum membersihkan diri secara spiritual.
• Membersihkan Diri: Memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur rambut kemaluan adalah sunnah yang dianjurkan sebelum ihram untuk menjaga kebersihan maksimal selama terikat larangan ihram.
• Memakai Pakaian Ihram: Bagi pria, kenakan dua helai kain putih tanpa jahitan: satu sebagai sarung (izar) dan satu sebagai selendang (rida'). Pastikan tidak ada jahitan sedikit pun pada kedua kain tersebut. Bagi wanita, kenakan pakaian biasa yang menutup seluruh aurat kecuali wajah dan telapak tangan, tanpa memakai cadar atau sarung tangan. Pilih pakaian yang longgar dan nyaman.
• Memakai Wangi-wangian: Disunnahkan memakai wangi-wangian pada tubuh (bukan pada pakaian ihram) sebelum niat ihram. Ini bertujuan agar tubuh tetap harum selama beberapa waktu di awal ihram.
• Shalat Sunnah Ihram: Jika waktu memungkinkan dan tidak ada halangan, disunnahkan melaksanakan shalat sunnah dua rakaat sebelum berniat ihram.

Miqat bagi jamaah Indonesia yang datang melalui jalur udara biasanya adalah Qarnul Manazil (untuk jamaah dari Asia Tenggara) atau Dzul Hulaifah (Bir Ali) jika singgah di Madinah terlebih dahulu. Niat ihram harus dilakukan di miqat tersebut atau ketika pesawat berada sejajar dengan miqat.

2. Niat Ihram Umrah (di Miqat)

Niat adalah pondasi dari setiap ibadah. Niat ihram umrah adalah rukun umrah dan menjadi penanda dimulainya larangan-larangan ihram.

• Melafazkan Niat: Ketika mencapai miqat (atau sejajar miqat di udara), berniat umrah dalam hati dan melafazkan:
  "لَبَّيْكَ عُمْرَةً" (Labbaik 'umrotan) - Aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah.
  Atau yang lebih lengkap:
  "نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا لِلَّهِ تَعَالَى" (Nawaitul 'umrata wa ahramtu biha lillahi ta'ala) - Aku niat umrah dan berihram dengannya karena Allah Ta'ala.
• Membaca Talbiyah: Setelah berniat, jamaah mulai membaca Talbiyah dengan suara keras bagi pria dan perlahan bagi wanita. Talbiyah ini akan terus dibaca hingga tiba di Masjidil Haram dan akan memulai tawaf umrah.
  "لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ"
  (Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaik Laa Syarika Laka Labbaik, Innal Hamda Wan Ni'mata Laka Wal Mulk Laa Syarika Laka)
  Artinya: "Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu."

Sejak niat ihram ini diucapkan, seluruh larangan ihram mulai berlaku. Penting bagi jamaah untuk mengingat dan menjauhi semua larangan tersebut untuk menjaga keabsahan umrahnya.

3. Perjalanan ke Mekkah dan Tawaf Umrah

Setelah ihram, perjalanan dilanjutkan menuju pusat ibadah, Ka'bah di Masjidil Haram.

• Melanjutkan Talbiyah: Terus membaca Talbiyah selama perjalanan menuju Masjidil Haram, baik di kendaraan maupun saat berjalan kaki.
• Masuk Masjidil Haram: Ketika tiba di Masjidil Haram, masuklah melalui pintu yang disunnahkan (seperti Babussalam) dengan mendahulukan kaki kanan, sambil membaca doa masuk masjid: "Allahummaftah li abwaba rahmatik" (Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu).
• Melihat Ka'bah: Saat pertama kali melihat Ka'bah, disunnahkan untuk berdoa, karena ini adalah salah satu waktu mustajab untuk berdoa.
• Melaksanakan Tawaf Umrah: Menuju Ka'bah untuk melaksanakan Tawaf Umrah. Ini adalah rukun umrah.
  • Mulai dari Hajar Aswad: Tawaf dimulai dari sudut Ka'bah yang terdapat Hajar Aswad. Disunnahkan mencium, mengusap, atau memberi isyarat padanya sambil membaca "Bismillahi Wallahu Akbar."
  • Tujuh Putaran: Mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 putaran berlawanan arah jarum jam. Ka'bah harus berada di sebelah kiri jamaah.
  • Ramal (Berlari Kecil): Bagi pria, disunnahkan berlari kecil (ramal) pada tiga putaran pertama, dan berjalan biasa pada empat putaran sisanya. Wanita berjalan biasa di semua putaran.
  • Doa di Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad: Setiap melewati Rukun Yamani, disunnahkan mengusapnya (jika memungkinkan) dan di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, membaca doa: "Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina adzabannar." (Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab api neraka).
  • Doa-doa Lain: Sepanjang tawaf, jamaah bisa membaca doa dan dzikir sesuai keinginan atau tuntunan yang telah dipelajari.
• Shalat Sunnah Tawaf: Setelah selesai 7 putaran tawaf, disunnahkan melaksanakan shalat sunnah dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim (jika memungkinkan) atau di tempat lain di Masjidil Haram. Pada rakaat pertama membaca surah Al-Kafirun dan rakaat kedua Al-Ikhlas setelah Al-Fatihah.
• Minum Air Zamzam: Setelah shalat, disunnahkan minum air Zamzam, sambil berdoa memohon keberkahan.

Kekhusyukan dan menjaga adab di Masjidil Haram sangat ditekankan selama tawaf. Hindari berbicara hal yang tidak perlu dan fokuskan hati sepenuhnya kepada Allah.

4. Sa'i Umrah: Melintas di Antara Dua Bukit

Sa'i adalah rukun umrah yang dilakukan setelah tawaf, mengenang perjuangan Siti Hajar mencari air untuk putranya Ismail.

• Mulai dari Bukit Safa: Menuju bukit Safa. Naik ke Safa, menghadap Ka'bah (jika terlihat), mengangkat tangan seperti berdoa, dan membaca doa:
  "Innasshofa wal marwata min sya'aairillah..." (Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah...). Kemudian bertakbir 3 kali dan berdoa kepada Allah.
• Berjalan ke Marwah: Dari Safa, berjalan menuju bukit Marwah. Bagi pria, disunnahkan berlari kecil (disebut *harwalah*) di antara dua tanda hijau yang ada. Wanita tetap berjalan biasa.
• Sampai di Marwah: Naik ke Marwah, menghadap Ka'bah (jika terlihat), mengangkat tangan dan berdoa serupa seperti di Safa. Ini dihitung 1 kali perjalanan.
• Tujuh Kali Perjalanan: Lanjutkan perjalanan bolak-balik antara Safa dan Marwah hingga 7 kali perjalanan. Sa'i berakhir di Marwah.

Sepanjang Sa'i, perbanyak doa dan dzikir. Ingatlah perjuangan Siti Hajar yang penuh keimanan dan tawakal kepada Allah.

5. Tahallul Umrah: Pelepasan Ihram Umrah

Tahallul adalah rukun umrah yang menandakan berakhirnya larangan ihram umrah. Setelah tahallul, jamaah bebas dari semua larangan ihram.

• Mencukur/Memotong Rambut: Setelah selesai Sa'i, jamaah pria disunnahkan mencukur habis rambutnya (gundul) atau memotongnya pendek secara merata. Mencukur habis lebih utama. Bagi wanita, cukup memotong sedikit ujung rambutnya, sekitar sepanjang ruas jari.
• Kembali ke Keadaan Halal: Dengan tahallul ini, semua larangan ihram umrah telah berakhir. Jamaah kembali ke keadaan halal, dapat memakai pakaian biasa, menggunakan wangi-wangian, dan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa batasan ihram.

Ini adalah akhir dari fase umrah dalam Haji Tamattu. Jamaah kini dapat beristirahat dan mempersiapkan diri untuk fase haji.

Fase 2: Menunggu Hari Haji (Jeda Antara Umrah dan Haji)

Setelah tahallul umrah, jamaah haji Tamattu berada dalam keadaan halal. Jeda ini merupakan salah satu keistimewaan Haji Tamattu, yang biasanya berlangsung beberapa hari hingga ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah. Selama jeda ini, jamaah memiliki kesempatan emas untuk:

• Beristirahat dan Memulihkan Diri: Manfaatkan waktu ini untuk memulihkan energi setelah perjalanan dan manasik umrah. Tidur yang cukup, makan teratur, dan menjaga hidrasi tubuh.
• Melakukan Ibadah Sunnah: Perbanyak ibadah sunnah seperti tawaf sunnah, shalat-shalat sunnah di Masjidil Haram, membaca Al-Qur'an, dan dzikir. Setiap ibadah di Masjidil Haram memiliki pahala berlipat ganda.
• Memperkaya Ilmu: Hadiri majelis-majelis ilmu atau kajian yang sering diadakan di sekitar Masjidil Haram atau di pemondokan untuk menambah wawasan tentang haji dan Islam.
• Mempersiapkan Diri untuk Haji: Secara mental dan fisik, siapkan diri untuk rangkaian ibadah haji yang akan datang, yang akan lebih berat dan intensif. Pelajari kembali rukun dan wajib haji.
• Menikmati Kota Mekkah: Dalam keadaan halal, jamaah dapat mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Mekkah, berbelanja kebutuhan atau oleh-oleh, atau sekadar menikmati suasana kota suci tanpa terikat larangan ihram.

Jeda ini sangat berharga. Manfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas spiritual dan fisik Anda, sehingga Anda dapat menyongsong hari-hari puncak haji dengan penuh kesiapan dan kekhusyukan.

Fase 3: Pelaksanaan Haji (Rangkaian Ibadah Agung)

Fase ketiga adalah pelaksanaan ibadah haji, yang dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah dan berakhir setelah Tawaf Wada'. Ini adalah bagian terberat dan terpenting dari seluruh rangkaian ibadah.

1. Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah): Memulai Perjalanan Haji

Pada hari ini, jamaah Haji Tamattu memulai kembali perjalanan spiritualnya dengan berihram untuk haji. Nama 'Tarwiyah' berasal dari kata 'tarawwa' yang berarti berpikir atau memikirkan, konon pada hari ini para jamaah mulai memikirkan bekal air untuk perjalanan ke Arafah.

• Ihram Haji: Jamaah kembali mandi sunnah, memakai pakaian ihram yang sama seperti saat umrah (dua helai kain putih bagi pria, pakaian syar'i bagi wanita), dan berniat haji dari tempatnya berada di Mekkah (misalnya dari hotel atau pemondokan). Tidak perlu kembali ke miqat awal.
  Niat: "لَبَّيْكَ حَجًّا" (Labbaik hajjan) - Aku penuhi panggilan-Mu untuk haji.
  Atau yang lebih lengkap:
  "نَوَيْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلَّهِ تَعَالَى" (Nawaitul hajja wa ahramtu bihi lillahi ta'ala) - Aku niat haji dan berihram dengannya karena Allah Ta'ala.
• Membaca Talbiyah: Setelah niat, perbanyak membaca Talbiyah, hingga melontar Jumrah Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah.
• Perjalanan ke Mina: Setelah shalat Subuh atau Dzuhur, jamaah akan bergerak menuju Mina. Di Mina, jamaah akan mendirikan kemah dan mabit (bermalam). Mereka akan melaksanakan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh di Mina pada waktunya masing-masing, dengan shalat jama' qasar (memendekkan shalat 4 rakaat menjadi 2 rakaat) bagi musafir.

Suasana di Mina sangat khas, dengan jutaan tenda putih yang berjejer, di sinilah jamaah mulai merasakan kebersamaan dan persatuan umat Muslim dalam ibadah haji.

2. Hari Arafah (9 Dzulhijjah): Puncak Haji dan Doa Mustajab

Hari Arafah adalah hari paling mulia dalam rangkaian haji, yang merupakan inti dari ibadah haji itu sendiri. Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang tidak dapat digantikan.

• Perjalanan ke Arafah: Setelah shalat Subuh di Mina, jamaah akan bergerak menuju padang Arafah. Perjalanan ini biasanya memakan waktu dan penuh tantangan, namun setiap langkah dihitung sebagai pahala.
• Wukuf di Arafah: Berada di Arafah adalah rukun haji. Waktunya dimulai dari tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Selama wukuf, jamaah disunnahkan untuk memperbanyak doa, dzikir, istighfar, membaca Al-Qur'an, dan bertaubat dengan sepenuh hati. Disunnahkan menghadap kiblat dan mengangkat tangan saat berdoa. Ini adalah waktu terbaik untuk memohon ampunan dan segala hajat kepada Allah.
• Shalat Dzuhur dan Ashar: Dilaksanakan secara jama' taqdim dan qasar (dua rakaat untuk Dzuhur dan dua rakaat untuk Ashar) dengan satu azan dan dua iqamah di waktu Dzuhur.
• Menuju Muzdalifah: Setelah matahari terbenam, jamaah bergerak meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah. Jangan tergesa-gesa karena jalanan akan sangat padat.
• Mabit di Muzdalifah: Bermalam (walaupun hanya sebentar) di Muzdalifah adalah wajib haji. Jamaah shalat Maghrib dan Isya secara jama' ta'khir dan qasar (Maghrib 3 rakaat, Isya 2 rakaat) di Muzdalifah. Di sini, jamaah disunnahkan mengumpulkan kerikil (sebanyak 7 butir untuk Jumrah Aqabah, atau lebih untuk hari-hari Tasyriq berikutnya). Disunnahkan untuk tetap di Muzdalifah hingga terbit fajar, kemudian berangkat ke Mina sebelum matahari terbit.

Hari Arafah adalah hari yang paling mengharukan dan penuh makna. Jutaan manusia berkumpul, seragam dalam pakaian ihram, menunjukkan kesetaraan di hadapan Allah.

3. Hari Nahr / Idul Adha (10 Dzulhijjah): Puncak Pengorbanan dan Sukacita

Hari ini adalah hari tersibuk bagi jamaah haji, dengan beberapa rukun dan wajib haji yang harus ditunaikan secara berurutan, meskipun ada keringanan jika urutan tidak dapat dipenuhi.

• Berangkat ke Mina: Setelah Subuh di Muzdalifah dan sebelum terbit matahari, jamaah bergerak menuju Mina.
• Melontar Jumrah Aqabah: Melontar Jumrah Aqabah (jumrah terbesar) dengan 7 butir kerikil. Waktu afdhalnya adalah setelah matahari terbit hingga tergelincir. Setiap lontaran membaca "Allahu Akbar". Dengan ini, Talbiyah berhenti dibaca.
• Menyembelih Hadyu (Dam Tamattu'): Setelah melontar jumrah, jamaah haji Tamattu wajib menyembelih hewan kurban (dam) sebagai bentuk syukur. Ini bisa dilakukan melalui kantor maktab atau perwakilan resmi pemerintah Arab Saudi untuk memastikan penyembelihan yang syar'i dan distribusi dagingnya kepada fakir miskin.
• Tahallul Awwal: Setelah melontar jumrah dan menyembelih hadyu (atau diwakilkan), jamaah mencukur/memotong rambut. Dengan ini, sebagian larangan ihram telah gugur, seperti memakai pakaian biasa, menggunakan wewangian, dan memotong kuku. Larangan berhubungan suami istri masih berlaku.
• Tawaf Ifadah (Tawaf Haji): Jamaah menuju Mekkah untuk melaksanakan Tawaf Ifadah (Tawaf Rukun Haji). Tata caranya sama seperti Tawaf Umrah (7 putaran). Setelah tawaf, shalat 2 rakaat di belakang Maqam Ibrahim.
• Sa'i Haji: Setelah Tawaf Ifadah, jamaah melaksanakan Sa'i antara Safa dan Marwah (7 kali perjalanan). Ini adalah Sa'i haji dan merupakan rukun haji (jika belum sa'i setelah tawaf qudum dan tidak menggabungkannya dengan umrah).
• Tahallul Tsani: Setelah menyelesaikan Tawaf Ifadah dan Sa'i Haji, jamaah telah menyelesaikan seluruh rukun haji dan semua larangan ihram telah gugur, termasuk berhubungan suami istri.
• Kembali ke Mina: Setelah Tawaf Ifadah dan Sa'i, jamaah kembali ke Mina untuk mabit.

Urutan amalan di hari ini adalah lontar jumrah, sembelih hadyu, cukur rambut, tawaf ifadah, dan sa'i. Namun, jika ada halangan, urutan ini dapat disesuaikan tanpa membayar dam, kecuali untuk dam Tamattu itu sendiri.

4. Hari-hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah): Melontar dan Mengenang Allah

Hari-hari Tasyriq adalah kelanjutan dari Hari Nahr, di mana jamaah diwajibkan mabit (bermalam) di Mina dan melanjutkan ritual melontar jumrah. Ini adalah hari-hari untuk makan, minum, dan berdzikir kepada Allah.

• Mabit di Mina: Bermalam di Mina pada setiap malam Tasyriq (malam 11 dan 12 Dzulhijjah). Bagi yang memilih Nafar Tsani, juga mabit malam 13 Dzulhijjah. Kewajiban mabit ini menandakan pentingnya berdiam diri di tempat-tempat suci dan mendekatkan diri kepada Allah.
• Melontar Tiga Jumrah: Setelah tergelincir matahari (waktu Dzuhur) pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah, jamaah melontar ketiga jumrah secara berurutan:
  • Jumrah Ula (kecil): 7 kerikil
  • Jumrah Wustha (tengah): 7 kerikil
  • Jumrah Aqabah (besar): 7 kerikil
  Setiap melontar satu butir kerikil, membaca "Allahu Akbar". Disunnahkan berhenti sejenak setelah melontar Jumrah Ula dan Wustha untuk berdoa dengan menghadap kiblat.
• Nafar Awwal: Bagi jamaah yang ingin meninggalkan Mina lebih awal karena alasan tertentu, dapat melakukan Nafar Awwal. Mereka melontar jumrah pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah, lalu meninggalkan Mina sebelum matahari terbenam pada tanggal 12 Dzulhijjah.
• Nafar Tsani: Bagi jamaah yang ingin menyempurnakan ibadah dan memiliki waktu lebih, tetap mabit di Mina hingga malam 13 Dzulhijjah. Kemudian melontar tiga jumrah pada tanggal 13 Dzulhijjah setelah Dzuhur, barulah meninggalkan Mina. Nafar Tsani dianggap lebih utama.

Selama hari-hari Tasyriq, jamaah diingatkan untuk memperbanyak dzikir, makan dan minum dari rezeki Allah, serta menghindari perselisihan dan perbuatan dosa.

5. Tawaf Wada' (Tawaf Perpisahan): Salam Terakhir untuk Baitullah

Tawaf Wada' adalah tawaf perpisahan, wajib dilaksanakan oleh setiap jamaah haji sebelum meninggalkan Mekkah untuk kembali ke tanah air atau ke tempat lain. Ini adalah bentuk penghormatan terakhir kepada Baitullah dan tanda perpisahan dengan kota suci.

• Waktu Pelaksanaan: Dilakukan setelah semua rangkaian haji selesai dan sebelum keberangkatan dari Mekkah.
• Tata Cara: Tata caranya sama seperti tawaf lainnya, 7 putaran mengelilingi Ka'bah, tanpa sa'i setelahnya.
• Doa: Disunnahkan meminum air Zamzam dan berdoa setelah tawaf wada', memohon agar haji diterima dan diberikan kesempatan untuk kembali.
• Adab: Setelah tawaf wada', jamaah disunnahkan untuk langsung berangkat tanpa berlama-lama di Mekkah. Tidak ada shalat sunnah khusus setelah tawaf wada' selain dua rakaat setelah tawaf itu sendiri.
• Keringanan: Wanita yang sedang haid atau nifas tidak wajib melaksanakan Tawaf Wada' dan tidak dikenakan dam jika meninggalkannya.

Dengan Tawaf Wada', seluruh rangkaian ibadah haji Tamattu telah sempurna. Ini adalah momen refleksi dan rasa syukur atas karunia besar dari Allah SWT.

Dam (Hadyu) Haji Tamattu: Ungkapan Syukur dan Kepatuhan

Salah satu kekhasan dan kewajiban utama yang melekat pada jamaah Haji Tamattu adalah penunaian Dam atau Hadyu. Kewajiban ini bukan sekadar denda, melainkan sebuah bentuk syukur kepada Allah SWT atas kemudahan dan keringanan yang telah diberikan, yaitu kesempatan untuk menikmati pelepasan ihram antara umrah dan haji. Tanpa penunaian dam ini, Haji Tamattu yang dilakukan dianggap tidak sempurna atau memiliki kekurangan yang harus ditebus.

Pengertian Dam dan Hadyu dalam Konteks Haji

Dalam terminologi syariat Islam:

• Dam: Secara harfiah berarti "darah". Dalam konteks haji dan umrah, dam adalah denda atau sanksi yang wajib dibayarkan karena melakukan pelanggaran tertentu dalam ibadah haji atau umrah (misalnya melanggar larangan ihram), meninggalkan salah satu wajib haji atau umrah, atau sebagai tebusan syukur bagi pelaksana haji Tamattu dan Qiran.
• Hadyu: Secara bahasa berarti "persembahan" atau "hewan kurban". Dalam konteks ibadah haji, hadyu adalah hewan kurban yang dipersembahkan kepada Allah SWT di Tanah Suci (Mekkah atau sekitarnya) sebagai bentuk ketaatan, syukur, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Hadyu yang diwajibkan bagi jamaah Tamattu dan Qiran sering disebut juga sebagai "Dam Syukur" karena merupakan wujud rasa syukur atas kemudahan yang diberikan.

Kewajiban Hadyu bagi Haji Tamattu

Sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah SWT di QS. Al-Baqarah: 196, setiap jamaah yang menunaikan Haji Tamattu wajib menyembelih hewan hadyu. Hewan yang disembelih harus memenuhi syarat-syarat kurban, yaitu tidak cacat dan mencapai usia minimal. Jenis hewan hadyu yang dapat disembelih adalah:

• Seekor kambing: Ini adalah pilihan yang paling umum dan banyak dipilih.
• Atau sepertujuh bagian dari sapi: Jika beberapa jamaah berpatungan untuk membeli seekor sapi, maka setiap tujuh orang dapat berbagi satu sapi.
• Atau sepertujuh bagian dari unta: Sama seperti sapi, tujuh orang dapat berpatungan untuk seekor unta.

Penyembelihan hadyu ini harus dilakukan di sekitar wilayah Mina atau Mekkah (disebut juga Tanah Haram) pada hari Nahar (10 Dzulhijjah) atau selama hari-hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah). Daging hewan hadyu tersebut tidak boleh dimakan oleh pekurban (yang membayar dam) atau keluarganya, melainkan wajib dibagikan kepada fakir miskin di Tanah Suci sebagai bentuk sedekah dan kepedulian sosial.

Alternatif Jika Tidak Mampu Membayar Hadyu

Islam adalah agama yang penuh kemudahan. Jika seorang jamaah tidak mampu membayar hadyu (misalnya karena tidak memiliki dana yang cukup atau kendala lain yang valid), syariat Islam memberikan alternatif berupa puasa sebagai pengganti. Pola puasanya adalah:

• Tiga hari puasa selama haji: Disunnahkan dilakukan sebelum hari Arafah (9 Dzulhijjah), paling afdhal pada tanggal 7, 8, 9 Dzulhijjah jika memungkinkan, atau sebelum hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah). Jika tidak memungkinkan, puasa ini bisa dilakukan di hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah), meskipun ada perbedaan pendapat ulama mengenai kebolehannya berpuasa di hari Tasyriq.
• Tujuh hari puasa setelah pulang ke kampung halaman: Puasa ini dilakukan setelah jamaah kembali ke negaranya masing-masing. Tidak ada batasan waktu kapan harus dimulai, namun dianjurkan untuk segera dilaksanakan.

Dengan demikian, total puasa pengganti hadyu adalah sepuluh hari, sebagai mana termaktub dalam QS. Al-Baqarah: 196.

Pemerintah Arab Saudi dan berbagai lembaga resmi yang kredibel (seperti Adahi Project) biasanya menyediakan fasilitas untuk pembayaran dan penyembelihan dam secara kolektif dan terorganisir. Jamaah dapat membayar sejumlah uang yang telah ditentukan kepada lembaga tersebut, dan mereka akan mengurus penyembelihan serta pendistribusian dagingnya sesuai syariat. Ini sangat memudahkan jamaah agar tidak perlu khawatir tentang teknis pelaksanaannya.

Kewajiban dam ini bukan sekadar beban, melainkan bagian integral dari Haji Tamattu yang mengajarkan rasa syukur, pengorbanan, dan kepedulian sosial kepada sesama.

Keutamaan Haji Tamattu: Keringanan dan Keberkahan

Tidaklah Haji Tamattu menjadi pilihan paling populer di kalangan jutaan calon jamaah dari seluruh dunia tanpa alasan yang kuat. Jenis haji ini diakui memiliki beberapa keutamaan dan menawarkan kemudahan yang signifikan, menjadikannya sangat menarik dan relevan bagi kondisi mayoritas jamaah haji saat ini, khususnya mereka yang datang dari jarak jauh.

1. Fleksibilitas dan Keringanan yang Signifikan

Keutamaan utama Haji Tamattu adalah adanya jeda halal antara pelaksanaan umrah dan haji. Setelah menunaikan ibadah umrah, jamaah diizinkan untuk bertahallul dan kembali ke keadaan normal, melepas pakaian ihram, dan bebas dari sebagian besar larangan-larangan ihram. Jeda ini memberikan keuntungan besar bagi jamaah untuk:

• Beristirahat dan Memulihkan Diri: Setelah menempuh perjalanan jauh dan melakukan manasik umrah yang cukup menguras energi, jeda ini memberikan waktu yang sangat dibutuhkan untuk beristirahat total, memulihkan stamina, dan mempersiapkan fisik serta mental untuk rangkaian ibadah haji yang akan datang, yang dikenal lebih berat dan intensif.
• Menikmati Kota Suci dalam Keadaan Halal: Selama jeda ini, jamaah dapat leluasa mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Mekkah, berbelanja kebutuhan pribadi atau oleh-oleh, melakukan tawaf sunnah, shalat, atau sekadar beribadah di Masjidil Haram tanpa terikat larangan ihram. Ini memberikan pengalaman spiritual yang berbeda dan lebih santai.
• Persiapan Haji yang Lebih Matang: Waktu luang ini dapat dimanfaatkan untuk mengulang kembali materi manasik haji, berdiskusi dengan pembimbing, serta mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pergerakan di hari-hari puncak haji. Kesiapan ini sangat krusial untuk kelancaran ibadah.

Keringanan ini adalah wujud rahmat Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, yang memungkinkan mereka menunaikan ibadah dengan lebih nyaman dan fokus.

2. Pelaksanaan Umrah dan Haji Secara Terpisah namun Berkesinambungan

Dalam Haji Tamattu, umrah dan haji dilaksanakan sebagai dua ibadah yang terpisah secara ritual, meskipun keduanya berada dalam satu musim haji dan satu perjalanan. Hal ini memberikan kesan kesempurnaan pada masing-masing ibadah dan memungkinkan jamaah merasakan setiap tahapan dengan fokus dan penghayatan yang berbeda. Banyak yang merasa bahwa melakukan umrah secara terpisah dan menyelesaikannya terlebih dahulu memberikan pengalaman spiritual yang lebih mendalam sebagai "pemanasan" sebelum memulai ibadah haji akbar.

3. Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW (dalam kondisi mayoritas)

Meskipun Rasulullah SAW pada Haji Wada' beliau berihram dengan niat Qiran (karena membawa hadyu dari Madinah), beliau memerintahkan para sahabat yang tidak membawa hadyu untuk mengubah niat ihram mereka menjadi Tamattu. Beliau bersabda: "Seandainya aku tidak membawa hadyu, niscaya aku akan berihram Tamattu'." Ini menunjukkan bahwa Tamattu adalah bentuk haji yang disukai dan diberi keringanan oleh syariat bagi sebagian besar jamaah, khususnya mereka yang tidak berasal dari Mekkah dan tidak membawa hewan kurban dari negeri asalnya. Banyak ulama berpendapat bahwa Tamattu adalah jenis haji yang paling afdhal bagi mereka yang datang dari jauh.

4. Pahala Ganda untuk Umrah dan Haji

Karena jamaah melakukan dua ibadah (umrah dan haji) secara terpisah, meskipun dalam satu perjalanan, ada harapan pahala ganda untuk umrah dan haji. Setiap ibadah memiliki rukun dan wajibnya sendiri yang ditunaikan dengan sempurna, dengan dam sebagai bentuk syukur atas kemudahan yang diberikan.

Dengan semua keutamaan dan keringanan ini, tidak heran jika Haji Tamattu menjadi pilihan utama bagi jamaah dari seluruh penjuru dunia yang ingin menunaikan rukun Islam kelima ini dengan khusyuk, nyaman, dan penuh keberkahan.

Hal-hal Penting & Tips Tambahan untuk Jamaah Haji Tamattu

Melaksanakan ibadah haji adalah perjalanan seumur hidup yang membutuhkan persiapan matang, baik lahiriah maupun batiniah. Selain memahami tata cara manasik, ada banyak hal penting dan tips tambahan yang dapat membantu calon jamaah Haji Tamattu menjalani ibadah dengan lancar, nyaman, dan meraih haji mabrur.

1. Persiapan Fisik dan Mental yang Prima

• Latihan Fisik Teratur: Haji adalah ibadah fisik yang menuntut banyak gerakan. Biasakan diri dengan berjalan kaki jauh, naik turun tangga, dan latihan ringan lainnya beberapa bulan sebelum keberangkatan. Ini akan sangat membantu saat tawaf, sa'i, dan pergerakan antar tempat manasik.
• Jaga Kesehatan Menyeluruh: Lakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Pastikan imunisasi yang diperlukan telah lengkap. Bawa obat-obatan pribadi yang rutin dikonsumsi, serta obat-obatan umum (flu, batuk, demam) secukupnya. Konsultasikan dengan dokter mengenai kondisi kesehatan Anda dan persiapan yang diperlukan.
• Kesiapan Mental dan Emosional: Persiapkan diri untuk menghadapi keramaian, antrean panjang, perbedaan bahasa dan budaya, cuaca ekstrem, serta potensi tantangan lainnya dengan kesabaran, keikhlasan, dan jiwa yang lapang. Niatkan bahwa semua kesulitan adalah bagian dari jihad di jalan Allah.
• Istirahat Cukup: Tidur yang cukup sebelum dan selama perjalanan haji sangat krusial untuk menjaga stamina dan fokus.

2. Pentingnya Ilmu Manasik Haji dan Umrah

• Ikuti Bimbingan Manasik Secara Mendalam: Jangan hanya sekadar hadir, tetapi aktif dalam setiap sesi bimbingan manasik yang disediakan oleh Kementerian Agama atau biro travel. Pahami setiap rukun, wajib, sunnah, dan hal-hal yang dapat membatalkan atau mengurangi kesempurnaan haji dan umrah.
• Baca Buku dan Sumber Terpercaya: Perbanyak literatur tentang haji dan umrah dari ulama yang kompeten. Hafalkan doa-doa penting, namun juga pahami maknanya agar doa lebih meresap ke hati.
• Jangan Ragu Bertanya: Jika ada hal yang kurang jelas atau timbul keraguan, segera tanyakan kepada pembimbing atau ulama yang Anda percaya. Lebih baik bertanya daripada salah dalam ibadah.

3. Manajemen Waktu dan Prioritas Ibadah

• Disiplin Waktu: Patuhi jadwal yang telah ditetapkan oleh pembimbing atau maktab. Ketepatan waktu sangat krusial, terutama di hari-hari puncak haji (Arafah, Muzdalifah, Mina), karena keterlambatan kecil dapat mengakibatkan masalah besar.
• Prioritaskan Rukun dan Wajib: Fokus utama adalah menunaikan rukun dan wajib haji dengan sempurna. Hindari terlalu banyak berbelanja, berswafoto, atau aktivitas lain yang dapat mengganggu kekhusyukan dan konsentrasi pada ibadah inti.
• Manfaatkan Jeda Halal: Bagi Haji Tamattu, jeda setelah umrah adalah kesempatan emas. Manfaatkan untuk beristirahat, ibadah sunnah di Masjidil Haram, atau memperbanyak tadarus Al-Qur'an.

4. Kesabaran, Keikhlasan, dan Tawakal

• Sabar dalam Keramaian dan Kesulitan: Jutaan jamaah dari berbagai negara berkumpul dalam satu waktu dan tempat. Sabar adalah kunci utama menghadapi keramaian, antrean panjang, fasilitas yang terbatas, atau perbedaan suhu.
• Ikhlas Sepenuh Hati: Niatkan semua ibadah hanya karena Allah SWT. Hindari riya' (ingin dipuji) dan sifat ingin dipamerkan. Fokus pada hubungan pribadi dengan Sang Pencipta.
• Tawakal Sepenuhnya: Setelah berusaha semaksimal mungkin dalam persiapan dan pelaksanaan, serahkan semua hasil kepada Allah. Percayalah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik.

5. Etika dan Adab di Tanah Suci

• Jaga Lisan dan Perilaku: Hindari perkataan kotor, pertengkaran, gosip, dan perbuatan yang tidak senonoh. Ini adalah larangan khusus bagi jamaah haji, sebagaimana firman Allah.
• Hormati Sesama Jamaah: Bantu jamaah lain yang kesulitan, terutama yang sudah sepuh, disabilitas, atau tersesat. Tebarkan senyum, sapa, dan berikan bantuan sekecil apa pun.
• Jaga Kebersihan Lingkungan: Ikut serta menjaga kebersihan lingkungan Masjidil Haram, Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Buang sampah pada tempatnya dan jangan meludah sembarangan.
• Hormati Hukum dan Adat Setempat: Patuhi peraturan yang berlaku di Arab Saudi dan hormati adat istiadat masyarakatnya.

6. Konsumsi Makanan dan Hidrasi

• Minum Air Putih yang Cukup: Cuaca di Arab Saudi seringkali panas dan kering. Pastikan tubuh terhidrasi dengan baik untuk menghindari dehidrasi, kelelahan, dan heatstroke. Manfaatkan air Zamzam.
• Konsumsi Makanan Bergizi dan Sehat: Pilih makanan yang bersih dan halal untuk menjaga stamina tubuh. Hindari makanan yang terlalu pedas, asam, atau yang dapat mengganggu pencernaan.
• Bawa Vitamin: Konsumsi vitamin atau suplemen yang sesuai dengan kondisi tubuh Anda untuk meningkatkan daya tahan.

7. Perlengkapan Pribadi yang Esensial

• Pakaian Ihram Cadangan: Bawa setidaknya dua pasang pakaian ihram agar dapat diganti jika kotor atau basah.
• Sandal yang Nyaman: Pilih sandal yang ringan, anti-selip, dan sangat nyaman untuk berjalan jauh.
• Perlengkapan Mandi Tanpa Wangi-wangian: Bawa sabun, sampo, pasta gigi, dan deodoran yang tidak mengandung wangi-wangian untuk digunakan saat dalam keadaan ihram.
• Identitas Diri Penting: Selalu bawa identitas diri (gelang jamaah, kartu maktab, paspor fotokopi) dan simpan dengan aman. Hafalkan nama pemondokan, nomor maktab, dan nomor kontak pembimbing Anda.
• Kantong Kecil/Gantungan: Untuk menyimpan kerikil jumrah.
• Charger Portable/Power Bank: Untuk menjaga komunikasi.

Dengan persiapan yang matang dari berbagai aspek ini, serta niat yang lurus dan tawakal kepada Allah, insya Allah perjalanan haji Anda akan berjalan lancar, penuh berkah, dan kembali ke tanah air dengan predikat haji mabrur. Ingatlah, haji adalah perjalanan sejati menuju pembersihan diri dan kedekatan dengan Allah SWT.

Perbandingan Haji Tamattu dengan Ifrad dan Qiran: Memilih yang Terbaik

Setelah memahami detail mendalam mengenai Haji Tamattu, akan lebih komprehensif jika kita meninjau perbandingannya dengan dua jenis haji lainnya: Haji Ifrad dan Haji Qiran. Perbandingan ini akan menyoroti perbedaan utama dalam niat, urutan ibadah, dan kewajiban dam, yang seringkali menjadi pertimbangan krusial bagi calon jamaah dalam menentukan jenis haji yang akan mereka laksanakan. Setiap jenis haji memiliki karakteristiknya sendiri yang mungkin lebih cocok untuk kondisi tertentu.

1. Perbedaan Niat dan Urutan Ibadah

• Haji Tamattu: Cirinya adalah niat umrah dahulu, lalu menyelesaikan umrah dan bertahallul. Setelah jeda halal, pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah), barulah niat haji. Ini adalah dua ibadah terpisah dengan jeda halal di antaranya.
• Haji Ifrad: Jamaah memulai dengan niat haji saja. Ia tetap dalam keadaan ihram haji sejak dari miqat hingga seluruh rangkaian haji selesai dan ia bertahallul. Jika ia ingin berumrah, umrah tersebut dilakukan setelah haji selesai sepenuhnya.
• Haji Qiran: Jamaah menggabungkan niat haji dan umrah secara bersamaan dalam satu ihram sejak dari miqat. Seluruh rangkaian manasik yang dilakukan terhitung untuk kedua ibadah tersebut tanpa ada tahallul di antaranya hingga haji selesai.

2. Perbedaan Kewajiban Dam (Hadyu)

• Haji Tamattu: Wajib membayar dam (hadyu) berupa menyembelih seekor kambing atau sepertujuh sapi/unta. Kewajiban ini sebagai bentuk syukur atas kemudahan yang didapat karena dapat melepaskan ihram di antara umrah dan haji. Jika tidak mampu, diganti dengan puasa 10 hari (3 hari saat haji, 7 hari setelah pulang).
• Haji Ifrad: Tidak wajib membayar dam (hadyu). Hal ini karena ibadah haji dan umrah tidak digabungkan dalam satu ihram, dan tidak ada "kesenangan" di antara keduanya.
• Haji Qiran: Wajib membayar dam (hadyu) berupa menyembelih seekor kambing atau sepertujuh sapi/unta. Kewajiban dam ini sama dengan Tamattu, karena dianggap adanya penggabungan dua ibadah dalam satu ihram yang juga merupakan kemudahan. Jika tidak mampu, diganti dengan puasa 10 hari.

3. Perbedaan Fleksibilitas dan Kenyamanan

• Haji Tamattu: Menawarkan fleksibilitas tertinggi. Setelah umrah, jamaah bisa melepas ihram, beristirahat, memakai pakaian biasa, dan bebas dari larangan ihram hingga waktu haji tiba. Ini sering dianggap paling nyaman, terutama bagi jamaah yang datang dari jauh dan memiliki waktu luang di Mekkah untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri.
• Haji Ifrad: Cukup kaku dalam arti jamaah harus tetap dalam keadaan ihram haji dari miqat hingga tahallul haji. Tidak ada periode istirahat dari larangan ihram sampai seluruh rangkaian haji selesai. Ini menuntut ketahanan fisik dan mental yang lebih besar dalam menjaga larangan ihram dalam waktu yang panjang.
• Haji Qiran: Sama kaku dengan Ifrad karena jamaah tetap dalam keadaan ihram untuk haji dan umrah secara bersamaan hingga tahallul haji. Fleksibilitasnya terbatas karena larangan ihram tetap berlaku sepanjang waktu ibadah.

4. Waktu Pelaksanaan Niat Ihram

• Haji Tamattu: Niat umrah dilakukan di bulan-bulan haji dari miqat. Niat haji dilakukan pada 8 Dzulhijjah dari Mekkah.
• Haji Ifrad: Niat haji dilakukan di bulan-bulan haji dari miqat.
• Haji Qiran: Niat haji dan umrah dilakukan bersamaan di bulan-bulan haji dari miqat.

Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah tabel perbandingan singkat ketiga jenis haji:

Pemilihan jenis haji seringkali disesuaikan dengan kondisi geografis jamaah, waktu yang tersedia, serta rekomendasi dari pembimbing haji dan pemerintah setempat. Namun, jelas terlihat bahwa Haji Tamattu menawarkan keseimbangan antara kepraktisan dan kenyamanan, menjadikannya pilihan yang paling relevan dan banyak diamalkan oleh jamaah internasional, termasuk dari Indonesia.

Kesimpulan: Meraih Haji Mabrur dengan Haji Tamattu

Haji Tamattu, dengan segala kemudahan dan keistimewaannya, telah menegaskan posisinya sebagai pilihan favorit bagi jutaan Muslim yang menunaikan ibadah haji dari berbagai penjuru dunia. Struktur pelaksanaannya yang dimulai dengan umrah, kemudian bertahallul, dan dilanjutkan dengan ihram kembali untuk haji, memberikan kesempatan yang tak ternilai bagi jamaah untuk beristirahat, beradaptasi, dan mempersiapkan diri secara lebih optimal. Kewajiban membayar dam menjadi penebus atas 'kesenangan' atau keringanan yang dinikmati di antara dua ibadah ini, sekaligus menegaskan bahwa setiap kemudahan dalam syariat Allah selalu memiliki hikmah dan aturan yang mengiringinya, mengajarkan rasa syukur dan pengorbanan.

Perjalanan haji adalah manifestasi puncak dari ketaatan seorang hamba kepada Rabb-nya, sebuah ekspedisi spiritual yang tidak hanya menguji kesabaran, keikhlasan, dan ketahanan fisik, tetapi juga merupakan janji pengampunan dosa dan peningkatan derajat di sisi Allah. Memahami tata cara Haji Tamattu secara mendalam, dari rukun, wajib, hingga sunnah-sunnahnya, adalah kunci untuk menunaikan ibadah ini dengan sempurna dan penuh penghayatan. Lebih dari sekadar serangkaian ritual yang dilakukan secara fisik, haji adalah transformasi spiritual, kesempatan emas untuk membersihkan diri dari dosa-dosa masa lalu, dan kembali fitrah seperti bayi yang baru dilahirkan, jika haji itu mabrur.

Semoga setiap langkah yang diambil, setiap keringat yang menetes, dan setiap doa yang terucap di Tanah Suci menjadi saksi di hadapan Allah SWT. Dengan niat yang tulus ikhlas hanya karena Allah, persiapan yang matang berdasarkan ilmu yang benar, dan pemahaman yang mendalam tentang setiap tahapan ibadah, semoga kita semua diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menjadi tamu-Nya, menunaikan Haji Tamattu dengan sebaik-baiknya, dan meraih predikat haji mabrur, haji yang tidak ada balasan baginya kecuali surga.

"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah..." (QS. Al-Baqarah: 196)