Ilustrasi: Kenikmatan Visual Sejati
Dalam bahasa sehari-hari di beberapa budaya Melayu dan Indonesia, frasa Halwa Mata secara harfiah berarti 'manisan mata' atau 'pencuci mulut mata'. Namun, maknanya jauh melampaui terjemahan literalnya. Halwa Mata merujuk pada segala sesuatu yang memberikan kenikmatan visual yang mendalam, menenangkan, dan memuaskan secara estetika. Ini bukan sekadar 'melihat', melainkan 'mengalami' keindahan yang terstruktur, harmonis, atau memukau. Konsep ini menjembatani jurang antara persepsi indrawi dan apresiasi kultural terhadap desain, alam, dan seni rupa.
Kenikmatan visual ini bisa berasal dari pemandangan alam yang sempurna—seperti matahari terbit di balik pegunungan—hingga detail arsitektur yang simetris, atau bahkan presentasi makanan yang disajikan dengan sangat rapi. Intinya adalah resonansi emosional dan kognitif yang dihasilkan ketika mata disuguhkan sesuatu yang dirancang dengan baik atau terjadi secara alami dalam harmoni yang sempurna. Halwa Mata adalah rehat visual dari kekacauan dunia, sebuah hadiah yang diberikan alam atau kreativitas manusia kepada indra penglihatan kita.
Kebutuhan akan Halwa Mata berakar kuat dalam psikologi manusia. Otak kita secara evolusioner diprogram untuk mencari pola, simetri, dan komposisi yang teratur karena ini sering kali menunjukkan keamanan, kesehatan, dan sumber daya yang melimpah di lingkungan. Ketika kita menemukan estetika yang memuaskan, terjadi pelepasan dopamin yang serupa dengan respons terhadap penghargaan atau hadiah. Keindahan visual tidak hanya menyenangkan; ia berfungsi sebagai mekanisme penyembuhan ringan, mengurangi stres kortisol, dan meningkatkan fokus yang tenang (flow state).
Penelitian neuro-estetika menunjukkan bahwa ketika seseorang memproses karya seni atau desain yang dianggap indah, aktivasi terjadi di korteks orbitofrontal medial—area yang terkait dengan pemrosesan nilai, kesenangan, dan keinginan. Halwa Mata, oleh karena itu, adalah nilai yang kita berikan pada pengalaman visual yang mampu memicu respons positif yang mendalam, melampaui sekadar fungsi atau pengenalan objek. Kita tidak hanya melihat bunga; kita menghargai pola Fibonacci pada kelopaknya dan kontras warnanya yang menyegarkan. Inilah esensi dari Halwa Mata.
Untuk memahami bagaimana suatu objek atau pemandangan menjadi Halwa Mata, kita perlu memecahnya menjadi komponen fundamental yang berinteraksi. Tujuh pilar ini menjadi kerangka kerja untuk mengukur dan menciptakan kenikmatan visual yang optimal.
Warna adalah bahasa visual yang paling cepat diproses oleh otak. Halwa Mata tercapai ketika penggunaan warna tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga selaras dengan konteks emosional. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang teori warna, termasuk roda warna, nilai (kecerahan), dan saturasi (intensitas).
Skema warna monokromatik (penggunaan berbagai nilai dari satu warna) sering kali memberikan rasa Halwa Mata karena menciptakan kesatuan dan ketenangan tanpa perlu konflik visual. Sebaliknya, skema komplementer (warna yang berlawanan di roda warna, misalnya merah muda sejuk dan hijau zamrud) dapat memberikan kejutan visual yang dramatis dan menarik, tetapi keseimbangan saturasi harus dijaga agar tidak menjadi terlalu agresif. Halwa Mata cenderung memilih warna dengan saturasi menengah hingga rendah yang menenangkan, atau menggunakan titik fokus warna jenuh di tengah latar belakang yang netral.
Pentingnya persepsi suhu warna juga tak terhindarkan. Warna sejuk (biru, hijau, ungu) cenderung memundurkan objek, menciptakan rasa ruang dan ketenangan, menjadikannya latar belakang ideal untuk Halwa Mata alami. Warna hangat (merah, oranye, kuning) memajukan objek, memberikan energi dan urgensi. Penguasaan interaksi suhu dan saturasi adalah kunci untuk menciptakan komposisi yang memberikan kesenangan visual berkelanjutan, bukan hanya kejutan sesaat. Warna dalam Halwa Mata harus 'bernyanyi' bersama, bukan 'berteriak' satu sama lain.
Komposisi adalah susunan elemen dalam bidang pandang. Ini adalah fondasi struktural yang memungkinkan mata bergerak melalui gambar atau pemandangan dengan cara yang logis dan menyenangkan. Halwa Mata sangat bergantung pada komposisi yang terencana atau terorganisir.
Prinsip Gestalt—seperti kedekatan (proximity), kesamaan (similarity), dan penutupan (closure)—menjelaskan bagaimana otak mengelompokkan elemen visual menjadi keseluruhan yang bermakna. Halwa Mata memanfaatkan prinsip-prinsip ini untuk memastikan bahwa elemen-elemen bekerja sebagai satu kesatuan yang utuh. Selain itu, Aturan Tiga (Rule of Thirds), membagi bidang pandang menjadi sembilan bagian yang sama dengan dua garis horizontal dan dua garis vertikal, sering digunakan untuk menempatkan titik fokus pada perpotongan garis, menciptakan keseimbangan dinamis yang jauh lebih menarik daripada penempatan di tengah secara kaku.
Penggunaan ruang negatif (area kosong di sekitar objek utama) juga esensial. Ruang negatif yang cukup memberikan elemen utama 'ruang bernapas', mencegah kelebihan beban visual (visual clutter), dan mengarahkan perhatian secara efektif. Komposisi yang hebat adalah yang mengarahkan pandangan penonton melalui jalur yang telah ditentukan, memberikan mata sebuah 'perjalanan' daripada sekadar 'destinasi' tunggal.
Simetri penuh (refleksi sempurna) memberikan rasa stabilitas dan formalitas. Namun, Halwa Mata sering kali paling kuat dalam asimetri yang seimbang, yang dikenal sebagai Proporsi Ilahi atau Rasio Emas (1:1.618).
Rasio Emas telah ditemukan berulang kali dalam seni, arsitektur, dan alam (cangkang nautilus, spiral bunga matahari). Komposisi yang mengikuti rasio ini secara inheren dianggap lebih menarik dan harmonis oleh mata manusia karena menciptakan keseimbangan tanpa menjadi statis. Halwa Mata mencari bentuk-bentuk yang 'terasa benar' tanpa harus sempurna secara matematis.
Keseimbangan visual adalah tentang mendistribusikan 'bobot' visual. Sebuah objek besar yang ditempatkan di satu sisi dapat diseimbangkan oleh beberapa objek kecil, atau sebuah area dengan warna jenuh yang intens di sisi lain. Tantangan Halwa Mata adalah mencapai keseimbangan yang terasa alami dan ringan, bukan berat dan dipaksakan. Keseimbangan ini memberikan kenyamanan psikologis, menghilangkan kebutuhan otak untuk menyelesaikan konflik visual yang tidak perlu.
Tekstur adalah kualitas permukaan yang kita rasakan melalui mata, bahkan tanpa menyentuhnya. Halwa Mata yang kaya sering kali menampilkan kontras tekstur yang menarik.
Perbedaan antara permukaan kasar (batu, kayu tua) dan permukaan halus (kaca, sutra) menambahkan kedalaman dan realisme pada pengalaman visual. Di dunia digital, detail tekstur meniru realitas, membuat gambar terasa lebih 'nyata' dan menarik. Halwa Mata yang sempurna melibatkan lapisan detail tekstural yang memuaskan, di mana mata bisa 'beristirahat' pada area yang lembut dan kemudian 'tertarik' pada area yang kaya dan padat detail.
Kurangnya detail atau tekstur (seperti bidang warna datar) dapat terasa steril atau membosankan. Namun, terlalu banyak detail dapat menyebabkan kelelahan visual (visual fatigue). Titik manis Halwa Mata adalah ketika detail hadir cukup untuk memicu rasa ingin tahu tanpa membanjiri indra. Ini menciptakan undangan bagi mata untuk menjelajah lebih lama.
Cahaya (pencahayaan) adalah segalanya dalam Halwa Mata. Ia mendefinisikan bentuk, menonjolkan tekstur, dan mengatur suasana hati (mood).
Cahaya alami, khususnya pada jam-jam 'Emas' (sesaat setelah matahari terbit dan sebelum matahari terbenam), menciptakan bayangan panjang dan warna hangat yang sering dianggap sebagai Halwa Mata paling murni. Pencahayaan buatan, di sisi lain, memungkinkan kontrol penuh atas kontras dan fokus. Dalam desain interior, Halwa Mata sering dicapai melalui pencahayaan berlapis (layered lighting): pencahayaan ambient untuk suasana umum, pencahayaan tugas untuk fungsi, dan pencahayaan aksen untuk menyorot objek yang indah (misalnya, sebuah patung atau karya seni).
Bayangan, bukan hanya cahaya, yang memberikan drama. Bayangan yang tajam (cahaya keras) memberikan definisi dan intensitas; bayangan lembut (cahaya lembut) memberikan keanggunan dan transisi yang menenangkan. Halwa Mata adalah kemampuan untuk 'membentuk' visual menggunakan permainan antara iluminasi dan kegelapan, menciptakan kesan tiga dimensi yang mendalam pada bidang dua dimensi.
Halwa Mata tidak hanya tentang keindahan permukaan; ia juga tentang kisah yang diceritakan oleh visual tersebut. Narasi visual menambahkan lapisan kognitif pada kesenangan estetika.
Sebuah pemandangan atau karya seni menjadi Halwa Mata ketika ia mengisyaratkan adanya cerita yang lebih besar, meninggalkan ruang bagi imajinasi penonton. Misalnya, foto jalan setapak yang menghilang ke dalam kabut memberikan janji eksplorasi dan misteri. Ini lebih memuaskan daripada gambar yang menjelaskan segalanya secara eksplisit.
Narasi visual yang efektif menggunakan simbolisme, penempatan objek (mise-en-scène), dan suasana hati untuk membangun jembatan emosional dengan penonton. Ketika mata menemukan makna—apakah itu keseimbangan alam, kerumitan emosi, atau keahlian manusia—kenikmatan visual diintensifkan dan bertahan lebih lama. Halwa Mata yang abadi adalah yang menceritakan kisah yang layak untuk didengarkan berulang kali.
Pilar ini menggabungkan semua elemen di atas, mencari keseimbangan sempurna antara kesederhanaan (yang menenangkan) dan kompleksitas (yang merangsang).
Halwa Mata yang minimalis menyenangkan karena mengurangi gangguan, memungkinkan mata fokus pada esensi murni dari bentuk dan tekstur. Namun, Halwa Mata juga bisa ditemukan dalam kerumitan yang terorganisir, seperti detail rumit sebuah mandala atau mosaik Bizantium, di mana setiap bagian kecil menyatu untuk membentuk pola keseluruhan yang menakjubkan.
Sensori kompleksitas yang menciptakan Halwa Mata adalah kompleksitas yang 'ramah', yang tidak terasa berantakan atau acak. Ada hierarki visual yang jelas, di mana elemen-elemen paling penting segera terlihat, dan detail tambahan diungkapkan hanya setelah penjelajahan yang cermat. Ini memberikan hadiah visual berlapis yang memuaskan baik indra yang mencari ketenangan (lewat kesatuan) maupun indra yang mencari stimulasi (lewat detail).
Konsep Halwa Mata tidak terbatas pada museum atau galeri; ia dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari melalui desain sadar dan apresiasi lingkungan.
Sebuah rumah yang dirancang sebagai Halwa Mata memperhatikan bagaimana cahaya masuk, bagaimana bahan-bahan berinteraksi, dan bagaimana pandangan dari jendela dibingkai. Arsitektur yang indah menggunakan proporsi alami, menciptakan aliran ruang yang logis, dan memastikan bahwa setiap ruangan memiliki setidaknya satu 'titik fokus' yang memuaskan mata. Ini melibatkan:
Penyajian makanan (plating) adalah bentuk Halwa Mata yang paling cepat hilang. Dalam kuliner, Halwa Mata melibatkan:
Makanan yang merupakan Halwa Mata secara visual secara otomatis meningkatkan antisipasi rasa, membuktikan bahwa pengalaman visual dan indrawi sangat terintegrasi.
Untuk mencapai kedalaman yang dibutuhkan dalam analisis Halwa Mata, kita perlu memahami lebih jauh mekanisme neurobiologis yang terlibat dalam kesenangan estetika. Halwa Mata bukan sekadar selera; itu adalah fungsi otak yang kompleks yang memproses informasi visual.
Ketika mata menerima stimulasi yang harmonis (Halwa Mata), informasi ini bergerak melalui jalur visual ke berbagai area otak. Para peneliti percaya bahwa hal yang memicu respons 'Halwa Mata' yang kuat adalah kemampuan otak untuk memproses informasi visual dengan efisiensi tinggi (perceptual fluency). Sesuatu yang simetris, terstruktur, atau berulang-ulang sesuai dengan Rasio Emas membutuhkan sedikit usaha mental untuk dipahami, menghasilkan 'hadiah' berupa kesenangan.
Studi fMRI menunjukkan bahwa keindahan visual mengaktifkan korteks visual sekunder (yang memproses bentuk dan warna) secara intens, tetapi yang lebih penting, ia mengaktifkan jalur mesolimbik dopaminergik—sistem penghargaan otak. Ini adalah jalur yang sama yang diaktifkan oleh musik, makanan lezat, atau interaksi sosial positif. Halwa Mata, oleh karena itu, secara harfiah adalah 'hadiah' kimiawi bagi otak, menjelaskan mengapa kita merasa rileks dan puas setelah melihat sesuatu yang indah. Keindahan bukan kemewahan; itu adalah kebutuhan neurologis.
Teori ini menegaskan bahwa kita menikmati visual yang memberikan keseimbangan sempurna antara kejutan dan prediktabilitas. Jika suatu visual terlalu prediktabil (misalnya, hanya bidang warna tunggal), ia membosankan. Jika terlalu kacau (polusi visual), ia menyebabkan kecemasan. Halwa Mata menempati titik optimum—ada cukup kompleksitas untuk menarik perhatian dan mempertahankan fokus (stimulasi), tetapi ada cukup keteraturan dan pola untuk memudahkan interpretasi (efisiensi). Ini adalah tegangan yang menyenangkan antara apa yang kita harapkan dan sedikit perbedaan yang menyegarkan.
Halwa Mata sejati mematuhi prinsip Efisiensi Kognitif: ia memberikan informasi visual maksimal dengan usaha interpretasi minimal, membebaskan sumber daya kognitif kita untuk menikmati pengalaman tersebut daripada berjuang untuk memahaminya.
Karena warna adalah gerbang utama menuju Halwa Mata, perluasan ini membahas aspek-aspek minor namun vital dari penggunaan warna.
Halwa Mata yang menenangkan cenderung menggunakan warna dengan Chroma (intensitas atau kemurnian warna) yang rendah. Warna-warna ini terasa lebih 'kotor' atau lebih kompleks karena telah dicampur dengan abu-abu atau warna komplementer, menghasilkan nuansa yang lebih dewasa dan kurang agresif. Warna yang jenuh tinggi (Chroma tinggi) efektif untuk alarm atau tanda peringatan, tetapi dapat membanjiri sistem visual jika digunakan secara berlebihan. Dalam konteks Halwa Mata, warna yang kalem memungkinkan mata untuk beristirahat di dalamnya, menikmati tekstur dan detail lain tanpa gangguan warna yang dominan.
Halwa Mata juga dihasilkan dari interaksi warna yang cerdas. Kontras simultan terjadi ketika dua warna ditempatkan bersebelahan dan memengaruhi persepsi satu sama lain. Misalnya, warna abu-abu tampak sedikit lebih hangat ketika ditempatkan di sebelah biru dingin, dan sedikit lebih dingin ketika di sebelah merah hangat. Desainer Halwa Mata menggunakan fenomena ini untuk membuat warna tampak lebih hidup atau lebih tenang tanpa benar-benar mengubah pigmennya. Keindahan Halwa Mata sering tersembunyi dalam manipulasi persepsi halus ini, di mana batas antara warna menjadi hidup.
Warna memiliki hubungan sinestetik dengan indra lain. Warna hijau daun dan biru air membangkitkan rasa segar, bunyi gemericik, dan aroma tanah basah. Halwa Mata yang kuat selalu melibatkan korelasi warna yang sesuai dengan pengalaman indrawi yang diharapkan. Warna yang 'salah'—misalnya, makanan yang seharusnya merah tetapi berwarna biru aneh—dapat merusak kenikmatan visual total karena bertentangan dengan ekspektasi indrawi kita.
Di era informasi visual yang berlebihan, menciptakan dan menemukan Halwa Mata menjadi semakin sulit. Kita menghadapi fenomena yang disebut 'Polusi Visual Digital' (PVD).
Layar modern, dengan kecerahan tinggi, warna hiper-jenuh, dan kecepatan perubahan yang konstan, memaksa mata untuk bekerja terlalu keras. Halwa Mata adalah antitesis dari PVD. Ketika kita mencari Halwa Mata di alam, kita mencari fokus yang lembut (soft focus), transisi warna yang bertahap, dan ketenangan. Layar, sebaliknya, menyajikan kontras yang tajam, cahaya biru yang merangsang, dan informasi yang tidak relevan secara berlebihan (iklan, notifikasi).
Desain antarmuka (UI/UX) yang sukses hari ini adalah yang berfungsi sebagai Halwa Mata—mereka mengurangi kebisingan, menggunakan ruang negatif secara efektif, dan memprioritaskan keterbacaan (pilar komposisi dan warna). Minimalisme digital adalah upaya sadar untuk memulihkan Halwa Mata dalam kehidupan online, mengembalikan fokus, dan mengurangi kelelahan kognitif yang disebabkan oleh stimulasi yang tidak terarah.
Mencari Halwa Mata harus menjadi praktik sadar, seperti meditasi. Ini melibatkan:
Halwa Mata sering kali muncul dari ritme dan pengulangan yang menyenangkan. Ritme visual tidak harus identik dengan ritme auditori, tetapi ia menciptakan pola yang memandu mata dan memberikan rasa keteraturan.
Pikirkan barisan pohon yang berulang dengan jarak yang sama, atau pengulangan kolom arsitektural di sebuah bangunan. Ritme ini memberikan kenyamanan prediktabil yang disukai oleh otak. Halwa Mata muncul dari pengulangan yang bervariasi—di mana pola dasarnya dipertahankan, tetapi ada variasi kecil (misalnya, sedikit perbedaan dalam warna atau tekstur setiap objek) yang mencegah kebosanan total. Ini adalah konsep yang disebut "Unity with Variety."
Kontrasnya, ritme yang rusak atau terputus secara tiba-tiba (misalnya, satu kolom yang hilang atau satu jendela yang jauh lebih besar dari yang lain tanpa alasan yang jelas) dapat menghasilkan ketegangan visual yang merusak Halwa Mata, memicu rasa ada yang "salah" secara visual.
Pola fraktal—pola yang mengulangi dirinya sendiri pada skala yang semakin kecil (seperti daun pakis atau aliran sungai)—adalah Halwa Mata yang paling ampuh di alam. Studi menunjukkan bahwa melihat pola fraktal alami menurunkan detak jantung dan mengurangi respons stres. Pola fraktal memiliki dimensi yang berada di tengah antara kesederhanaan dan kekacauan. Ini memberikan stimulasi visual yang kaya tetapi tetap terasa alami dan mudah dipahami, menjadikannya puncak dari sensori kompleksitas yang positif.
Halwa Mata terkuat adalah yang berhasil mengintegrasikan semua pilar di atas, menciptakan pengalaman yang holistik dan tak terlupakan.
Misalnya, sebuah keramik Jepang yang sederhana (Simplicity). Warnanya mungkin hanya tanah liat alami (Chroma rendah), tetapi teksturnya kaya (Pilar Tekstur). Bentuknya mungkin Asimetris, tetapi mengikuti Rasio Emas (Pilar Proporsi). Cahaya yang jatuh pada permukaannya menonjolkan kehalusan glasir (Pilar Cahaya). Tidak ada satu elemen pun yang mendominasi, tetapi semuanya bersatu dalam kesatuan yang tenang. Inilah inti dari Halwa Mata—sebuah kesatuan yang tidak memerlukan penyesuaian atau koreksi mental.
Dalam konteks modern, Halwa Mata semakin erat kaitannya dengan keberlanjutan. Objek atau lingkungan yang dirancang dengan mempertimbangkan Halwa Mata seringkali dibuat untuk bertahan lama, terbuat dari bahan yang jujur (tidak disembunyikan), dan menua dengan anggun. Keindahan yang abadi adalah Halwa Mata yang berkelanjutan; ia tidak memerlukan tren cepat yang membuang visual lama demi yang baru, melainkan menghargai desain yang relevan secara universal dan timeless. Keindahan yang jujur dan tulus adalah Halwa Mata yang paling otentik.
Meskipun frasa Halwa Mata mungkin memiliki akar budaya tertentu, prinsip-prinsip di baliknya adalah universal. Kebutuhan manusia akan keteraturan, simetri, dan warna yang harmonis melintasi batas-batas geografis. Apakah itu keindahan desain taman Zen Jepang, proporsi katedral Gotik Eropa, atau kerumitan batik Indonesia, semua karya ini memanfaatkan prinsip-prinsip Halwa Mata yang sama untuk memuaskan indra penglihatan manusia.
Penting untuk membedakan Halwa Mata dari 'kitsch' atau visual yang berlebihan dan murahan. Kitsch berusaha keras untuk menyenangkan mata melalui kejutan instan—warna neon, bentuk yang tidak relevan, atau terlalu banyak elemen dekoratif. Kitsch mungkin menarik perhatian, tetapi gagal memberikan Halwa Mata karena ia tidak memiliki Efisiensi Kognitif (terlalu banyak usaha untuk memahaminya) dan biasanya melanggar Pilar Komposisi dan Warna yang menenangkan. Halwa Mata mencari resonansi jangka panjang; Kitsch mencari sensasi cepat.
Halwa Mata adalah tentang kualitas, bukan kuantitas visual. Ini tentang pengalaman yang kaya dan bertekstur, yang meskipun mungkin memiliki kompleksitas, tetap menjaga integritas dan ketenangan intinya. Dalam hal ini, Halwa Mata adalah sebuah undangan untuk memperlambat, bernapas, dan benar-benar menghargai dunia visual yang mengelilingi kita.
Menciptakan Halwa Mata adalah tindakan memprioritaskan kualitas dan kesadaran dalam lingkungan kita. Ini bukan tentang biaya, tetapi tentang niat dan perhatian terhadap detail. Dengan menerapkan Tujuh Pilar—Warna, Komposisi, Simetri, Tekstur, Cahaya, Narasi, dan Kompleksitas—kita dapat mengubah ruang hidup, pekerjaan, dan cara kita memandang dunia menjadi sumber kesenangan visual yang menenangkan dan menyembuhkan. Halwa Mata adalah pengingat bahwa keindahan adalah makanan bagi jiwa, yang disajikan melalui mata.
Halwa Mata adalah cerminan dari keseimbangan batin yang kita cari. Ketika dunia luar terasa kacau, visual yang harmonis menawarkan tempat perlindungan yang tenang. Itu adalah perwujudan fisik dari ketenangan. Memelihara lingkungan kita dengan Halwa Mata adalah salah satu bentuk perawatan diri yang paling mendasar, memastikan bahwa indra kita diberi makan dengan visual yang layak, elegan, dan mendalam. Ini adalah perjalanan tanpa akhir dalam mencari kesenangan visual, sebuah pencarian yang memperkaya pengalaman manusia secara keseluruhan. Penguasaan dan apresiasi Halwa Mata adalah seni hidup itu sendiri.
Pencarian akan Halwa Mata mendorong kita untuk menjadi pengamat yang lebih baik, untuk melihat melampaui permukaan dan memahami struktur mendalam yang mendasari keindahan. Ini adalah proses yang menuntut kesabaran, sensitivitas, dan penghargaan terhadap detail. Setiap sudut ruangan, setiap gigitan makanan, setiap pemandangan yang kita saksikan dapat, dan seharusnya, menjadi Halwa Mata. Kegembiraan yang ditimbulkan oleh estetika yang murni adalah hadiah evolusioner yang harus kita manfaatkan sepenuhnya.
Dalam desain modern, Halwa Mata menjadi barometer kualitas. Desain yang buruk mengabaikan mata; desain yang baik menghormatinya. Desain yang luar biasa melayani mata sebagai Halwa Mata. Ini adalah tujuan akhir dari setiap karya kreatif yang berusaha untuk berkomunikasi melalui bahasa universal keindahan visual. Selama kita memiliki mata untuk melihat, kita akan selalu memiliki kapasitas untuk menikmati hadiah yang menenangkan dan memuaskan ini.
(Akhir Artikel.)