Jelajahi Pesona Hulu Sungai Selatan

Pengantar: Permata Tersembunyi di Kalimantan Selatan

Hulu Sungai Selatan (HSS) adalah sebuah kabupaten yang memancarkan pesona khas di Provinsi Kalimantan Selatan. Terletak strategis di bagian tengah-selatan pulau Borneo, HSS seringkali menjadi titik persinggahan atau destinasi utama bagi mereka yang mencari pengalaman otentik akan keindahan alam tropis, kekayaan budaya yang lestari, serta keramahan masyarakat Banjar yang menghangatkan hati. Kabupaten ini, dengan ibu kotanya Kandangan, bukan sekadar sebuah wilayah administratif, melainkan sebuah kanvas luas yang dihiasi oleh sungai-sungai berliku, perbukitan hijau, dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Namanya saja, "Hulu Sungai Selatan," secara harfiah merujuk pada lokasinya yang berada di bagian hulu sungai-sungai penting di wilayah selatan Kalimantan, sebuah indikasi betapa eratnya hubungan kabupaten ini dengan aliran air yang menjadi urat nadi kehidupannya.

Berbicara tentang HSS berarti menyelami sebuah narasi yang kaya akan sejarah, mulai dari jejak kerajaan kuno hingga perjuangan mempertahankan identitas di tengah modernisasi. Topografi yang unik, di mana dataran rendah sungai bertemu dengan kaki Pegunungan Meratus, menciptakan lanskap yang beragam dan memikat. Di satu sisi, hamparan sawah dan kebun karet membentang luas, menjadi tulang punggung perekonomian lokal. Di sisi lain, hutan tropis yang lebat dan sungai-sungai jernih mengalir deras dari Meratus, menawarkan petualangan tak terbatas bagi para pecinta alam. Keberadaan suku Banjar sebagai mayoritas, dengan sub-etnis Dayak Meratus yang mendiami perbukitan, melahirkan sebuah mozaik kebudayaan yang dinamis, tercermin dalam adat istiadat, bahasa, seni pertunjukan, dan kuliner yang menggugah selera.

Artikel ini akan membawa Anda dalam perjalanan mendalam untuk mengungkap setiap lapisan pesona Hulu Sungai Selatan. Kita akan menjelajahi geografi yang membentuk karakternya, menelusuri jejak sejarah yang membentuk identitasnya, menyelami kekayaan budaya yang menjadi jiwanya, menikmati keindahan alam yang memukau sebagai destinasi wisata unggulan, mencicipi kuliner khas yang tak terlupakan, hingga mengamati potensi ekonomi yang terus berkembang. Melalui uraian ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam mengenai HSS, tidak hanya sebagai sebuah lokasi di peta, melainkan sebagai sebuah pengalaman hidup yang menunggu untuk dijelajahi. Dari Sungai Amandit yang legendaris hingga puncak-puncak Meratus yang menantang, HSS adalah destinasi yang menjanjikan lebih dari sekadar pemandangan, ia menawarkan sebuah koneksi dengan alam dan kearifan lokal yang autentik dan tak terlupakan.

Geografi dan Iklim: Harmoni Pegunungan dan Aliran Sungai

Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) diberkahi dengan topografi yang beragam, menjadikannya salah satu wilayah dengan lanskap paling menarik di Kalimantan Selatan. Secara geografis, HSS terletak antara 2°30' sampai 3°0' Lintang Selatan dan 114°50' sampai 115°30' Bujur Timur. Batas-batas wilayahnya pun cukup jelas, berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah di sebelah utara, Kabupaten Banjar di selatan, Kabupaten Kotabaru di timur, dan Kabupaten Tapin serta Kabupaten Barito Kuala di sebelah barat. Letaknya yang strategis ini menempatkan HSS sebagai daerah penghubung penting di wilayah Banjar dan sekitarnya, sekaligus menjadi pintu gerbang menuju keindahan alam Pegunungan Meratus yang membentang di timur.

Secara umum, wilayah HSS dapat dibagi menjadi dua zona utama: dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah sebagian besar berada di sisi barat, yang merupakan daerah aliran sungai dan rawa-rawa pasang surut. Daerah ini sangat subur, cocok untuk pertanian, terutama sawah dan perkebunan karet. Aliran-aliran sungai seperti Sungai Amandit, Sungai Kandangan, dan anak-anak sungainya membentuk jaringan hidrologi yang kompleks, menjadi sumber air utama bagi pertanian, transportasi, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kehidupan di dataran rendah ini sangat dipengaruhi oleh siklus air, dengan musim hujan yang membawa banjir lokal dan musim kemarau yang memungkinkan aktivitas penanaman.

Sementara itu, dataran tinggi HSS membentang di bagian timur, merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Meratus. Pegunungan ini bukan hanya sekadar deretan bukit dan gunung, melainkan rumah bagi keanekaragaman hayati yang luar biasa, serta menjadi habitat alami bagi Suku Dayak Meratus. Puncak-puncak seperti Gunung Besar (Mesra) dan Gunung Batu Bini menawarkan pemandangan spektakuler dan menjadi tujuan favorit bagi para pendaki dan pecinta alam. Hutan di Pegunungan Meratus masih relatif alami, menyimpan berbagai jenis flora dan fauna endemik Kalimantan. Vegetasi yang lebat, air terjun yang jernih, dan gua-gua alami adalah daya tarik utama di zona ini, menjadikannya pusat ekowisata yang penting.

Iklim di Hulu Sungai Selatan adalah tropis basah (Af menurut klasifikasi Köppen), yang dicirikan oleh curah hujan yang tinggi sepanjang tahun dan suhu yang relatif konstan. Suhu rata-rata harian berkisar antara 26°C hingga 30°C, dengan kelembaban udara yang tinggi. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Oktober hingga April, sementara musim kemarau relatif singkat dan tidak terlalu kering, biasanya berlangsung dari Mei hingga September. Kondisi iklim ini sangat mendukung pertumbuhan vegetasi yang subur, mulai dari hutan hujan tropis di pegunungan hingga lahan pertanian yang produktif di dataran rendah. Curah hujan yang melimpah juga memastikan ketersediaan air yang cukup untuk sungai-sungai dan sumber mata air.

Keanekaragaman hayati HSS juga patut mendapat perhatian. Di hutan-hutan Meratus, masih dapat ditemukan berbagai spesies tumbuhan langka dan dilindungi, serta satwa liar seperti bekantan (monyet berhidung panjang), beruang madu, berbagai jenis burung endemik, dan reptil. Ekosistem sungai juga kaya akan ikan air tawar yang menjadi sumber protein penting bagi masyarakat lokal. Upaya konservasi terus dilakukan untuk menjaga kelestarian alam HSS, mengingat pentingnya peran hutan Meratus sebagai paru-paru dunia dan sumber kehidupan bagi masyarakat adat.

Secara keseluruhan, geografi HSS menawarkan perpaduan yang harmonis antara pegunungan yang megah dan aliran sungai yang vital. Perbedaan kontur dan elevasi ini tidak hanya membentuk lanskap yang indah tetapi juga menciptakan kondisi lingkungan yang beragam, mendukung berbagai bentuk kehidupan dan aktivitas manusia. Keindahan alamnya yang alami, mulai dari hutan perawan hingga air terjun yang tersembunyi, menjadikan HSS sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam pengembangan ekowisata dan pelestarian lingkungan.

Sejarah Singkat: Jejak Kerajaan hingga Kemerdekaan

Sejarah Hulu Sungai Selatan (HSS) adalah cerminan dari dinamika panjang peradaban di Kalimantan Selatan, yang kaya akan kisah-kisah kerajaan, perlawanan, dan transformasi sosial. Wilayah ini telah menjadi bagian integral dari berbagai entitas politik yang menguasai Borneo bagian selatan sejak ribuan tahun silam. Jejak-jejak peradaban awal dapat ditemukan melalui artefak dan cerita rakyat yang mengindikasikan keberadaan permukiman kuno yang memanfaatkan kesuburan tanah dan jalur perdagangan sungai.

Pada masa pra-Islam, wilayah HSS kemungkinan besar berada di bawah pengaruh Kerajaan Negara Dipa, yang berpusat di Amuntai, Hulu Sungai Utara, dan kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Negara Daha di Negara, Hulu Sungai Selatan. Kerajaan Negara Daha, yang berdiri pada abad ke-14 atau ke-15, merupakan salah satu kerajaan Hindu terbesar di Kalimantan, dengan wilayah kekuasaan yang mencakup sebagian besar Kalimantan Selatan dan sekitarnya. Wilayah Kandangan dan sekitarnya, yang kini menjadi ibu kota HSS, tentu saja merupakan bagian penting dari kerajaan ini. Bukti-bukti sejarah dan legenda lokal masih banyak diceritakan, termasuk keberadaan situs-situs kuno dan makam-makam tokoh penting yang diyakini berasal dari masa tersebut.

Masuknya agama Islam ke Kalimantan Selatan pada abad ke-16 membawa perubahan besar. Kerajaan Negara Daha kemudian runtuh dan digantikan oleh Kesultanan Banjar yang bercorak Islam. Proses Islamisasi berlangsung secara bertahap, dan wilayah Hulu Sungai Selatan menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam yang penting. Para ulama dan tokoh agama memainkan peran krusial dalam membentuk identitas masyarakat Banjar yang religius. Kesultanan Banjar menjadikan wilayah HSS sebagai salah satu daerah strategis, baik dari sisi ekonomi (pertanian dan perdagangan) maupun militer.

Ketika VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan kemudian pemerintah kolonial Belanda mulai menancapkan pengaruhnya di Kalimantan, Kesultanan Banjar menjadi salah satu benteng perlawanan yang gigih. Wilayah Hulu Sungai Selatan, dengan topografi perbukitan dan hutan lebatnya, seringkali menjadi basis persembunyian dan strategi perang gerilya para pejuang. Perang Banjar yang meletus pada pertengahan abad ke-19 merupakan salah satu babak terpenting dalam sejarah perlawanan terhadap kolonialisme. Tokoh-tokoh seperti Pangeran Antasari dan para panglima lokal memimpin perlawanan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk dari daerah HSS. Semangat juang dan patriotisme para pejuang ini masih menjadi inspirasi hingga kini.

Pada masa pendudukan Belanda, wilayah HSS secara administratif diatur dalam Afdeeling Hulu Sungai, yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa onderafdeeling. Sistem tanam paksa dan eksploitasi sumber daya alam menyebabkan penderitaan bagi rakyat, namun juga memicu berbagai bentuk perlawanan, baik secara terbuka maupun tersembunyi. Infrastruktur seperti jalan dan jembatan mulai dibangun untuk kepentingan kolonial, meskipun secara tidak langsung juga memberikan kemudahan bagi mobilitas masyarakat.

Menjelang kemerdekaan Indonesia dan pasca-proklamasi, wilayah HSS turut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Pembentukan kabupaten-kabupaten baru di Kalimantan Selatan merupakan bagian dari penataan wilayah Republik Indonesia. Kabupaten Hulu Sungai Selatan secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Agustus 1950, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959. Sejak saat itu, HSS terus berbenah dan berkembang, mempertahankan identitasnya sebagai salah satu pusat kebudayaan Banjar yang kental, sambil terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sejarah panjang ini telah membentuk karakter masyarakat HSS yang ulet, religius, dan sangat menghargai warisan budaya leluhur mereka.

Demografi dan Budaya: Mozaik Kehidupan Masyarakat Banjar

Demografi Hulu Sungai Selatan (HSS) didominasi oleh Suku Banjar, yang merupakan etnis mayoritas di Kalimantan Selatan. Namun, keberadaan Suku Dayak Meratus yang mendiami wilayah pegunungan di bagian timur, serta beberapa etnis pendatang lainnya, menciptakan sebuah mozaik demografi dan budaya yang kaya dan beragam. Interaksi antar etnis ini telah membentuk karakteristik masyarakat HSS yang toleran, ramah, dan memegang teguh nilai-nilai kebersamaan.

Masyarakat Banjar

Masyarakat Banjar di HSS sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan ajaran agama Islam. Mayoritas adalah penganut Sunni, dan kehidupan sehari-hari mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam, tercermin dalam tata krama, sistem kekerabatan, dan berbagai upacara adat. Bahasa Banjar menjadi bahasa pengantar utama, dengan logat khas Hulu Sungai yang mungkin sedikit berbeda dari Banjar Kuala. Rumah adat Banjar, seperti Rumah Bubungan Tinggi, meskipun kini semakin langka, masih menjadi simbol kebanggaan dan warisan arsitektur yang berharga.

Sistem kekerabatan Banjar sangat kuat, dengan ikatan keluarga besar yang erat. Gotong royong dan silaturahmi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Musyawarah untuk mufakat seringkali menjadi cara penyelesaian masalah, mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga keharmonisan sosial. Upacara-upacara adat seperti perkawinan, batamat Al-Qur'an (khataman), atau acara selamatan lainnya selalu dirayakan dengan meriah, melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat sekitar, menunjukkan betapa pentingnya kebersamaan dalam setiap fase kehidupan.

Suku Dayak Meratus

Di wilayah Pegunungan Meratus, hiduplah Suku Dayak Meratus, atau sering disebut juga Dayak Bukit. Mereka adalah kelompok masyarakat adat yang masih sangat menjaga tradisi dan kepercayaan nenek moyang mereka. Hidup selaras dengan alam, mereka menggantungkan hidup pada hasil hutan dan pertanian subsisten, serta mengelola lingkungan dengan kearifan lokal yang tinggi. Kepercayaan asli mereka, yang sering disebut Kaharingan, memadukan animisme dengan penghormatan terhadap roh-roh leluhur dan alam.

Meskipun seringkali dianggap terisolasi, masyarakat Dayak Meratus memiliki sistem sosial yang kompleks dan kekayaan budaya yang luar biasa. Ritual-ritual adat, tarian tradisional, musik yang dimainkan dengan alat musik bambu atau gendang, serta kerajinan tangan dari rotan dan kayu, adalah bagian dari warisan budaya mereka. Interaksi antara masyarakat Dayak Meratus dengan masyarakat Banjar di dataran rendah telah berlangsung lama, saling memengaruhi dan memperkaya kebudayaan satu sama lain, meskipun masing-masing tetap mempertahankan identitasnya.

Kesenian Tradisional

Hulu Sungai Selatan adalah gudang kesenian tradisional yang hidup dan berkembang. Beberapa di antaranya yang paling populer meliputi:

• Madihin: Seni bertutur atau berbalas pantun yang diiringi tabuhan rebana. Madihin seringkali sarat akan pesan moral, kritik sosial, atau sekadar hiburan jenaka yang mengundang tawa.
• Mamanda: Teater tradisional Banjar yang menggabungkan unsur drama, musik, dan tari. Ceritanya seringkali mengangkat kisah-kisah kerajaan atau legenda lokal, dengan tokoh-tokoh yang khas dan dialog yang kocak namun penuh makna.
• Baganjar: Seni tari dan musik yang biasanya ditampilkan dalam upacara-upacara adat atau penyambutan tamu. Gerakan tari yang lembut dan anggun diiringi musik gamelan Banjar menciptakan suasana yang sakral dan meriah.
• Musik Panting: Alat musik petik khas Banjar yang terbuat dari kayu. Musik panting seringkali mengiringi tarian atau dinyanyikan secara solo, dengan melodi yang riang dan mudah dinikmati.

Selain itu, terdapat pula berbagai bentuk kesenian lain seperti sastra lisan, seni ukir, dan seni anyam yang diwariskan secara turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya HSS.

Nilai-nilai Sosial

Nilai-nilai sosial yang menonjol di HSS meliputi kegotongroyongan, penghormatan terhadap orang tua dan pemimpin adat, serta kepedulian terhadap lingkungan. Masyarakatnya dikenal sangat religius, dan masjid-masjid menjadi pusat aktivitas keagamaan dan sosial. Tradisi-tradisi keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW atau peringatan Isra Mikraj dirayakan dengan sangat meriah, menunjukkan tingginya komitmen masyarakat terhadap ajaran agama.

Secara keseluruhan, demografi dan budaya HSS merupakan cerminan dari harmoni dan keberagaman. Perpaduan antara nilai-nilai Islam yang kuat dengan kearifan lokal Dayak Meratus, serta kekayaan seni tradisional, menjadikan Hulu Sungai Selatan sebagai salah satu daerah yang paling menarik untuk dijelajahi di Kalimantan Selatan. Keunikan ini bukan hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan, tetapi juga pondasi kuat bagi pembangunan dan kemajuan masyarakatnya.

Pariwisata: Surga Tersembunyi di Kaki Meratus

Hulu Sungai Selatan (HSS) adalah destinasi yang menawarkan paket lengkap bagi para pelancong, mulai dari keindahan alam yang memukau, petualangan yang menantang, hingga kekayaan budaya yang mendalam. Dijuluki sebagai "Gerbang Meratus," HSS menjadi pintu masuk utama untuk menjelajahi keindahan Pegunungan Meratus yang legendaris, namun juga memiliki pesona dataran rendah yang tak kalah menarik. Potensi pariwisata di kabupaten ini sangat besar, mencakup ekowisata, wisata budaya, dan agrowisata.

Ekowisata Loksado: Jantung Petualangan HSS

Dari sekian banyak daya tarik HSS, Loksado adalah bintang utamanya. Berada di Kecamatan Loksado, daerah ini merupakan surga bagi pecinta alam dan petualangan. Loksado terkenal dengan aktivitas arung jeram tradisional menggunakan rakit bambu atau "Bamboo Rafting" di Sungai Amandit. Pengalaman mengarungi sungai dengan rakit bambu ini sangat unik, di mana wisatawan akan merasakan sensasi melaju di atas aliran sungai yang jernih, melewati bebatuan, jeram-jeram kecil, dan diapit oleh pemandangan hutan tropis yang hijau dan asri. Selama perjalanan, pengarung rakit yang adalah warga lokal akan berbagi cerita dan kearifan tentang alam sekitar.

Selain bamboo rafting, Loksado juga menawarkan:

• Air Terjun Haratai: Salah satu air terjun paling indah di Loksado, dengan tiga tingkat aliran air yang memukau. Lokasinya yang tersembunyi di tengah hutan menawarkan petualangan trekking yang seru. Airnya yang jernih dan dingin sangat cocok untuk berendam setelah perjalanan yang menguras tenaga.
• Air Terjun Riam Hanai: Air terjun lain yang tak kalah mempesona, menawarkan keheningan dan keasrian alam yang belum banyak terjamah.
• Pemandian Air Panas Tanuhi: Setelah lelah berpetualang, tempat ini menjadi pilihan sempurna untuk merelaksasi tubuh. Air panas alami yang mengandung belerang diyakini memiliki khasiat terapeutik. Fasilitas di Tanuhi cukup memadai dengan kolam-kolam pemandian umum dan privat.
• Trekking dan Hutan Hujan Tropis: Loksado adalah pintu gerbang menuju Pegunungan Meratus. Berbagai jalur trekking tersedia, mulai dari yang mudah hingga menantang, membawa Anda menjelajahi hutan perawan, berinteraksi dengan masyarakat Dayak Meratus, dan menikmati keanekaragaman flora dan fauna.
• Desa-desa Adat Dayak Meratus: Mengunjungi desa-desa seperti Desa Loklahung, Malaris, atau Haratai, memberikan kesempatan untuk belajar langsung tentang budaya, adat istiadat, dan cara hidup masyarakat Dayak Meratus yang harmonis dengan alam. Anda bisa melihat rumah adat, berinteraksi dengan penduduk lokal, dan mungkin menyaksikan upacara adat tertentu.

Wisata Alam Lainnya

Tidak hanya Loksado, HSS juga memiliki daya tarik alam lainnya:

• Danau Malutu: Sebuah danau buatan yang awalnya merupakan bekas galian tambang batu bara, namun kini telah bertransformasi menjadi objek wisata alam yang indah. Air danau yang biru kehijauan dikelilingi oleh perbukitan hijau, menjadikannya tempat ideal untuk bersantai, memancing, atau sekadar menikmati pemandangan. Beberapa spot foto instagramable juga banyak ditemukan di sini.
• Agrowisata Kebun Karet dan Sawit: Di sepanjang jalan menuju Loksado atau di beberapa wilayah dataran rendah, Anda akan melewati perkebunan karet dan kelapa sawit yang luas. Meskipun bukan destinasi wisata utama, pemandangan hijaunya perkebunan ini memberikan nuansa pedesaan yang menenangkan dan bisa menjadi bagian dari pengalaman perjalanan Anda. Beberapa perkebunan bahkan menawarkan tur edukasi tentang proses pengolahan hasil perkebunan.

Wisata Budaya dan Sejarah

Kekayaan sejarah dan budaya HSS juga menawarkan pengalaman wisata yang berkesan:

• Masjid Su'ada (Masjid Baangkat): Terletak di Desa Wasah, Kecamatan Simpur, masjid ini adalah salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan yang masih berdiri kokoh. Dibangun pada abad ke-18, arsitekturnya yang khas Banjar dengan atap bertingkat (bubungan tinggi) dan tiang-tiang penyangga yang besar merupakan penanda sejarah Islam di wilayah ini. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat aktivitas keagamaan dan simbol kebanggaan masyarakat.
• Makam Datu Kandangan: Di kota Kandangan, terdapat makam salah satu ulama besar yang dihormati, Datu Kandangan. Makam ini sering dikunjungi para peziarah, terutama saat peringatan hari-hari besar Islam. Lokasinya yang tenang dan asri menawarkan tempat untuk refleksi spiritual.
• Pasar Tradisional Kandangan: Untuk merasakan denyut kehidupan lokal, mengunjungi pasar tradisional di Kandangan adalah suatu keharusan. Anda bisa menemukan berbagai hasil bumi, kerajinan tangan, dan kuliner khas HSS. Suasana yang ramai, interaksi dengan pedagang lokal, dan aroma rempah-rempah yang khas akan memberikan pengalaman otentik.
• Situs Sejarah Negara Daha (di Tapin, dekat HSS): Meskipun secara administratif masuk Kabupaten Tapin, situs ini sangat dekat dengan HSS dan memiliki kaitan erat dengan sejarah awal peradaban di Banjar. Bekas pusat Kerajaan Negara Daha ini menawarkan jejak sejarah Hindu-Buddha sebelum Islamisasi, dengan penemuan artefak kuno dan sisa-sisa bangunan yang masih bisa dilihat.

Event dan Festival

HSS juga sering mengadakan berbagai event dan festival yang menarik, meskipun jadwalnya mungkin tidak selalu rutin. Festival Budaya Loksado, misalnya, menampilkan berbagai kesenian tradisional Dayak Meratus dan Banjar, serta perlombaan bamboo rafting. Acara-acara keagamaan besar juga sering dimeriahkan dengan arak-arakan dan keramaian yang menarik perhatian.

Dengan semua potensi ini, Hulu Sungai Selatan bukan hanya sebuah tempat transit, melainkan destinasi utama yang menunggu untuk dijelajahi. Dari puncak Meratus hingga aliran Sungai Amandit, setiap sudut HSS menawarkan cerita, keindahan, dan pengalaman yang tak akan terlupakan bagi setiap pengunjung.

Ekonomi dan Potensi: Pertanian, Perdagangan, dan Pariwisata Berkelanjutan

Ekonomi Hulu Sungai Selatan (HSS) didominasi oleh sektor pertanian, yang menjadi tulang punggung kehidupan sebagian besar masyarakatnya. Namun, seiring waktu, sektor perdagangan, jasa, dan pariwisata juga menunjukkan pertumbuhan signifikan, memberikan diversifikasi ekonomi dan membuka peluang baru bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan sumber daya alam yang melimpah dan lokasi yang strategis, HSS memiliki potensi besar untuk terus berkembang.

Sektor Pertanian dan Perkebunan

Pertanian adalah sektor primadona di HSS. Tanah yang subur, terutama di dataran rendah, sangat cocok untuk budidaya padi. Kabupaten ini merupakan salah satu lumbung padi di Kalimantan Selatan, dengan sistem irigasi tradisional dan modern yang mendukung produksi beras. Selain padi, komoditas pertanian lain yang cukup penting adalah jagung, kacang-kacangan, dan berbagai jenis sayuran serta buah-buahan lokal. Keberadaan sungai-sungai besar juga mendukung sektor perikanan darat, baik budidaya maupun penangkapan ikan secara tradisional.

Sektor perkebunan juga memberikan kontribusi besar, terutama karet dan kelapa sawit. Hamparan kebun karet yang luas telah menjadi pemandangan umum di HSS, dan banyak keluarga bergantung pada hasil sadapan getah karet. Sebagian lahan juga telah dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit, yang meskipun menimbulkan perdebatan lingkungan, secara ekonomi mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan pendapatan bagi daerah. Selain itu, potensi perkebunan lain seperti kopi, lada, dan rempah-rempah juga mulai dikembangkan, mengingat kondisi iklim yang mendukung.

Perdagangan dan Industri Kecil

Kandangan, sebagai ibu kota kabupaten, adalah pusat perdagangan dan jasa yang ramai. Pasar-pasar tradisional menjadi denyut nadi ekonomi lokal, tempat bertemunya para petani, nelayan, dan pengrajin dengan konsumen. Aktivitas jual beli tidak hanya terbatas pada kebutuhan pokok, tetapi juga hasil kerajinan tangan, produk olahan makanan, dan berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Posisi HSS yang berada di jalur utama antar kabupaten di Kalimantan Selatan menjadikannya simpul penting dalam distribusi barang dan jasa.

Industri kecil dan menengah (IKM) juga mulai berkembang, terutama yang berbasis pada pengolahan hasil pertanian dan perkebunan, serta kerajinan tangan. Contohnya adalah pengolahan karet menjadi produk setengah jadi, pembuatan makanan ringan khas daerah, atau produksi anyaman dan ukiran. Pemerintah daerah aktif mendorong pertumbuhan IKM melalui pelatihan, bantuan modal, dan promosi produk, untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk lokal.

Pariwisata sebagai Penggerak Ekonomi Baru

Seperti yang telah dibahas, sektor pariwisata, khususnya ekowisata Loksado, menjadi motor penggerak ekonomi baru yang menjanjikan. Kedatangan wisatawan lokal maupun mancanegara telah menciptakan lapangan kerja di sektor jasa seperti pemandu wisata, pengelola penginapan (homestay), penyedia makanan, dan penjual oleh-oleh. Masyarakat lokal yang sebelumnya hanya bergantung pada pertanian, kini memiliki alternatif penghasilan yang beragam dari pariwisata.

Pengembangan pariwisata di HSS dilakukan dengan pendekatan berkelanjutan, berupaya menjaga kelestarian alam dan budaya lokal. Konsep community-based tourism (pariwisata berbasis masyarakat) diterapkan di Loksado, di mana masyarakat adat dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata, sehingga manfaat ekonomi dapat dirasakan secara merata dan kearifan lokal tetap terjaga.

Infrastruktur dan Investasi

Pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Perbaikan jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya mempermudah aksesibilitas dan konektivitas antar wilayah, serta menarik investasi. Ketersediaan listrik, air bersih, dan telekomunikasi juga terus ditingkatkan untuk mendukung kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Potensi investasi di HSS cukup beragam, mulai dari sektor pertanian (pengolahan pasca-panen), pariwisata (pembangunan resort atau fasilitas pendukung), hingga energi terbarukan (misalnya potensi mikrohidro di sungai-sungai Pegunungan Meratus). Dengan stabilitas daerah dan komitmen pemerintah, HSS terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Secara keseluruhan, ekonomi Hulu Sungai Selatan menunjukkan dinamika yang positif. Ketergantungan pada sektor pertanian secara perlahan mulai diimbangi dengan pertumbuhan sektor lain, khususnya pariwisata. Dengan pengembangan yang terencana dan berkelanjutan, HSS optimis dapat mencapai kesejahteraan yang lebih baik bagi seluruh lapisan masyarakatnya, menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta budaya.

Kuliner Khas: Perjalanan Rasa yang Menggoda Selera

Petualangan di Hulu Sungai Selatan (HSS) tak akan lengkap tanpa mencicipi kelezatan kuliner khasnya. Masyarakat Banjar, dengan warisan budaya yang kaya, juga memiliki warisan kuliner yang tak kalah mempesona. Masakan HSS dikenal dengan cita rasa yang kuat, perpaduan antara gurih, manis, asam, dan pedas, serta penggunaan rempah-rempah alami yang melimpah. Dari hidangan utama hingga camilan manis, setiap sajian menawarkan pengalaman rasa yang otentik dan tak terlupakan.

Amparan Tatak

Salah satu jajanan atau kue tradisional yang paling terkenal dari HSS adalah Amparan Tatak. Kue ini terbuat dari tepung beras, santan kelapa, gula, dan potongan pisang kepok yang dikukus. Lapisan bawahnya lembut dan gurih, sementara bagian atasnya (tatak) diberi taburan daun pandan atau bubuk kayu manis untuk aroma yang harum. Amparan Tatak memiliki tekstur yang kenyal dan rasa manis gurih yang pas, menjadikannya camilan favorit saat bersantai atau sebagai hidangan penutup dalam acara-acara khusus. Proses pembuatannya yang cukup rumit menunjukkan ketelatenan masyarakat dalam melestarikan warisan kuliner.

Dodol Kandangan

Tak lengkap rasanya mengunjungi Kandangan tanpa membawa pulang Dodol Kandangan sebagai oleh-oleh. Dodol ini memiliki reputasi yang sangat baik di seluruh Kalimantan Selatan. Terbuat dari ketan, gula merah, santan kental, dan durian (jika ada, yang menambah aroma khas), dodol ini dimasak dalam waktu yang sangat lama hingga mengental dan memiliki tekstur kenyal nan legit. Proses pengolahan yang memakan waktu dan tenaga ini menghasilkan dodol dengan rasa manis yang mendalam, aroma yang kuat, dan daya tahan yang cukup lama. Ada berbagai varian rasa dodol ini, namun yang original atau durian adalah yang paling populer.

Ketupat Kandangan

Ini adalah ikon kuliner yang tak terbantahkan dari Kandangan, bahkan sudah terkenal hingga ke luar Kalimantan Selatan. Ketupat Kandangan disajikan dengan kuah santan kental berwarna kuning yang kaya rempah, seringkali dilengkapi dengan irisan ikan gabus (haruan) bakar atau telur itik rebus. Ikan gabus bakar yang telah dibumbui memberikan aroma dan rasa yang khas, berpadu sempurna dengan gurihnya kuah santan dan lembutnya ketupat. Beberapa varian juga menggunakan ayam sebagai pengganti ikan. Hidangan ini biasanya disantap sebagai sarapan atau makan siang, dan mudah ditemukan di warung-warung makan di Kandangan dan sekitarnya.

Lontong Orari

Meskipun nama "Orari" tidak secara langsung merujuk pada HSS, namun hidangan lontong dengan lauk pauk yang beragam ini sangat populer dan bisa ditemukan dengan cita rasa khas di HSS. Lontong Orari biasanya disajikan dengan aneka sayur nangka muda (gori), labu siam, atau buncis yang dimasak dengan kuah santan pedas gurih, serta lauk seperti telur, ayam, atau ikan. Keunikan dari lontong ini adalah lontongnya yang kenyal dan kuahnya yang medok, memberikan kepuasan tersendiri bagi pecinta kuliner pedas.

Gangan Humbut

Gangan Humbut adalah salah satu sayur khas Banjar yang patut dicoba. "Humbut" merujuk pada bagian inti batang kelapa atau pelepah pisang yang masih muda dan lembut. Sayur ini dimasak dengan kuah santan yang kaya rempah, seringkali ditambahi udang atau ikan, menghasilkan cita rasa gurih dan segar. Tekstur humbut yang renyah namun lembut setelah dimasak membuatnya menjadi hidangan pendamping nasi yang sangat nikmat.

Bingka

Bingka adalah kue tradisional Banjar yang juga sangat populer di HSS. Terbuat dari tepung, santan, telur, dan gula, bingka memiliki tekstur lembut dan rasa manis yang khas. Adonan bingka biasanya dipanggang menggunakan cetakan khusus sehingga menghasilkan bentuk bunga atau bentuk menarik lainnya. Ada berbagai varian rasa seperti bingka kentang, bingka tapai, atau bingka pandan, masing-masing dengan aroma dan keunikan tersendiri.

Wadai Kararaban

Wadai Kararaban adalah kue basah tradisional Banjar lainnya yang sering ditemukan di pasar-pasar HSS. Kue ini terbuat dari tepung beras, santan, dan gula merah, kemudian dikukus hingga matang. Kararaban memiliki tekstur yang lembut, sedikit kenyal, dengan rasa manis gula merah yang alami dan aroma pandan yang harum. Biasanya disajikan dalam potongan-potongan kecil, cocok untuk teman minum teh atau kopi.

Ikan Bakar Amandit

Mengingat banyak sungai di HSS, hidangan ikan bakar tentu saja menjadi favorit. Ikan yang biasa digunakan adalah ikan air tawar seperti ikan gabus, patin, atau nila, yang ditangkap langsung dari sungai atau dibudidayakan. Ikan dibumbui dengan rempah-rempah khas Banjar, kemudian dibakar hingga matang sempurna dan disajikan dengan sambal terasi atau sambal limau yang pedas segar. Kelezatan ikan bakar dengan aroma asap dan bumbu yang meresap sempurna adalah pengalaman kuliner yang tak boleh dilewatkan.

Setiap hidangan di HSS tidak hanya sekadar makanan, melainkan juga cerminan dari budaya dan kearifan lokal. Penggunaan bahan-bahan segar dari alam sekitar, resep yang diwariskan turun-temurun, serta proses memasak yang telaten, semuanya berkontribusi pada keunikan dan kelezatan kuliner Hulu Sungai Selatan. Mencicipi kuliner HSS adalah cara terbaik untuk benar-benar merasakan dan memahami kekayaan daerah ini.

Kerajinan Tangan: Simbol Kreativitas dan Kearifan Lokal

Hulu Sungai Selatan (HSS) tidak hanya kaya akan alam dan budaya, tetapi juga memiliki tradisi kerajinan tangan yang memukau. Kerajinan ini bukan sekadar produk fungsional atau dekoratif, melainkan manifestasi dari kreativitas, ketelatenan, dan kearifan lokal masyarakatnya. Menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia di sekitar, para pengrajin HSS mampu menciptakan karya-karya yang bernilai seni tinggi, sekaligus menjadi sumber penghidupan dan identitas daerah.

Anyaman Purun dan Rotan

Salah satu kerajinan paling khas dari HSS adalah anyaman, terutama yang terbuat dari bahan purun dan rotan. Purun adalah sejenis rumput rawa yang tumbuh melimpah di daerah rawa dan tepian sungai. Setelah dipanen, purun dijemur dan dianyam menjadi berbagai bentuk, mulai dari tikar, tas, dompet, kotak penyimpanan, hingga hiasan dinding. Produk anyaman purun dikenal karena kekuatannya, kehalusan teksturnya, dan motif-motif tradisional yang sederhana namun indah. Pewarnaan alami seringkali digunakan untuk mempercantik hasil anyaman.

Selain purun, rotan juga merupakan bahan anyaman yang populer, terutama di wilayah yang berdekatan dengan hutan Pegunungan Meratus. Rotan diolah menjadi furnitur, keranjang, topi, dan berbagai pernak-pernik rumah tangga. Kerajinan rotan HSS dikenal dengan kualitasnya yang baik dan desainnya yang fungsional. Proses pembuatan anyaman ini membutuhkan keahlian dan kesabaran tinggi, sebuah keterampilan yang diwariskan turun-temurun dalam keluarga pengrajin.

Kerajinan Bambu

Bambu adalah tanaman serbaguna yang banyak ditemukan di HSS, dan masyarakat memanfaatkannya menjadi berbagai produk kerajinan. Dari bambu, dibuatlah alat musik tradisional seperti seruling atau calung, peralatan rumah tangga seperti wadah nasi atau sendok nasi, hingga aneka miniatur dan hiasan. Kesenian membuat rakit bambu untuk aktivitas bamboo rafting di Loksado juga bisa dikategorikan sebagai kerajinan bambu fungsional yang sangat penting bagi pariwisata lokal. Keahlian mengolah bambu ini menunjukkan bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dan berkreasi dengan sumber daya alam di sekitar mereka.

Ukiran Kayu

Meskipun tidak sepopuler ukiran dari daerah lain, HSS juga memiliki pengrajin ukiran kayu, terutama yang memanfaatkan kayu ulin (kayu besi) yang terkenal kuat dan tahan lama. Ukiran ini biasanya diaplikasikan pada bagian-bagian rumah adat, perabot, atau dijadikan souvenir dalam bentuk patung mini dan hiasan. Motif ukiran seringkali terinspirasi dari flora dan fauna lokal, atau motif geometris yang memiliki makna filosofis.

Sulaman dan Tenun (dengan pengaruh)

Meski bukan sentra tenun utama, pengaruh seni sulam dan tenun juga dapat ditemukan pada beberapa produk sandang tradisional. Misalnya, pada pakaian adat atau perlengkapan upacara, seringkali ditambahkan sulaman dengan motif khas Banjar. Beberapa daerah di Kalimantan Selatan memang memiliki tradisi tenun (seperti kain sasirangan), dan HSS yang berinteraksi dengan daerah-daerah tersebut juga turut terpengaruh dalam pengembangan tekstil tradisionalnya.

Produk Olahan Lainnya

Selain kerajinan tangan, HSS juga menghasilkan berbagai produk olahan lain yang dapat dijadikan oleh-oleh, seperti:

• Gula Aren/Gula Merah: Dibuat secara tradisional dari nira pohon aren, gula ini memiliki aroma khas dan rasa manis alami. Banyak petani di daerah pedesaan memproduksi gula aren ini sebagai sumber penghasilan.
• Minyak Kelapa Murni (VCO): Beberapa kelompok masyarakat juga mengolah kelapa menjadi minyak kelapa murni yang berkualitas tinggi, baik untuk konsumsi maupun perawatan tubuh.

Kerajinan tangan di HSS adalah cerminan dari semangat wirausaha dan kelestarian budaya. Dengan membeli produk-produk kerajinan ini, wisatawan tidak hanya mendapatkan cenderamata yang unik, tetapi juga turut serta mendukung ekonomi lokal dan melestarikan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Setiap produk kerajinan membawa cerita tentang alam, tradisi, dan ketelatenan tangan-tangan terampil masyarakat Hulu Sungai Selatan.

Kesimpulan: Destinasi Penuh Pesona dan Potensi

Hulu Sungai Selatan (HSS) adalah sebuah kabupaten yang sungguh memesona di jantung Kalimantan Selatan. Dari geografi yang unik memadukan dataran rendah yang subur dengan kemegahan Pegunungan Meratus, hingga kekayaan sejarah yang membentang dari kerajaan kuno hingga perjuangan kemerdekaan, HSS menawarkan sebuah narasi yang mendalam dan memikat. Kabupaten ini adalah rumah bagi masyarakat Banjar yang ramah dan Dayak Meratus yang menjaga kearifan lokal, menciptakan mozaik budaya yang dinamis dan penuh warna.

Di bidang pariwisata, HSS telah membuktikan diri sebagai destinasi unggulan, khususnya melalui pesona ekowisata Loksado dengan ikonik Bamboo Rafting di Sungai Amandit, serta keindahan air terjun dan pemandian air panasnya. Selain itu, potensi wisata budaya, sejarah, dan agrowisata juga terus digali dan dikembangkan. Sektor ekonomi, yang selama ini bertumpu pada pertanian dan perkebunan, kini semakin diperkuat dengan sektor pariwisara dan industri kreatif yang berbasis kerajinan tangan lokal. Kelezatan kuliner khas seperti Ketupat Kandangan dan Dodol Kandangan menjadi daya tarik tersendiri yang tak boleh dilewatkan.

Hulu Sungai Selatan bukan sekadar sebuah titik di peta, melainkan sebuah pengalaman yang holistik, menawarkan perpaduan harmonis antara alam yang lestari, budaya yang hidup, dan masyarakat yang hangat. Dengan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat, HSS memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan menjadi salah satu permata kebanggaan Kalimantan Selatan. Mengunjungi Hulu Sungai Selatan berarti menyelami keunikan Borneo yang sesungguhnya, meninggalkan kesan mendalam yang akan selalu ingin Anda rasakan kembali.