Itik Surati: Potensi Emas Unggas Indonesia

Itik Surati, atau yang secara ilmiah dikenal sebagai Cairina moschata, merupakan salah satu jenis unggas air yang memiliki peran signifikan dalam ekosistem peternakan di Indonesia. Seringkali disebut sebagai entok, mentok, atau basartek, unggas ini berbeda secara fundamental dari itik domestik (Anas platyrhynchos domesticus) baik dari segi fisik, perilaku, maupun genetika. Keunikan genetik ini menjadikannya primadona dalam program persilangan untuk menghasilkan hibrida unggul, yang populer disebut sebagai ‘itik master’ atau ‘itik tiktok’, yang dikenal dengan pertumbuhan cepat dan kualitas daging yang superior.

Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek yang harus diketahui oleh peternak, akademisi, dan praktisi industri pangan mengenai Itik Surati. Dari karakteristik biologis yang mendalam, panduan budidaya yang detail, hingga analisis ekonomi yang komprehensif, kita akan menyingkap mengapa Itik Surati layak mendapatkan perhatian lebih sebagai komoditas unggulan yang mampu mendongkrak perekonomian sektor peternakan rakyat.

I. Identitas dan Karakteristik Biologis Itik Surati

Pemahaman mendalam tentang identitas Surati adalah kunci keberhasilan manajemen budidaya. Itik ini bukan hanya sekadar unggas air biasa; ia memiliki adaptabilitas tinggi dan ciri khas yang membedakannya dari jenis itik lainnya.

1. Taksonomi dan Asal Usul

Itik Surati berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, dan ia merupakan anggota dari subfamili Anatinae. Meskipun diklasifikasikan sebagai itik, secara genetik ia lebih dekat dengan angsa dalam beberapa aspek. Di Indonesia, populasi Itik Surati sudah lama beradaptasi, menjadikannya spesies domestik yang sangat tangguh terhadap iklim tropis. Keberadaan populasi lokal yang terisolasi telah menciptakan variasi regional yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

2. Ciri Fisik Pembeda yang Mencolok

Itik Surati memiliki sejumlah ciri fisik yang mudah dikenali, menjadikannya berbeda dari itik pada umumnya:

• Ukuran Tubuh: Jantan (Mentok) jauh lebih besar daripada betina (Entok). Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 5-7 kg, sedangkan betina berkisar antara 2-3 kg. Dimorfisme seksual ini sangat ekstrem.
• Wajah (Caruncle): Ciri paling khas adalah adanya karunkula (daging kemerahan atau kehitaman) di sekitar mata dan pangkal paruh. Karunkula ini lebih menonjol dan tebal pada pejantan dewasa.
• Kaki dan Cakar: Kaki Surati lebih kuat dan cakarnya tajam, memungkinkannya bertengger di dahan atau permukaan yang tidak rata, perilaku yang jarang ditemui pada itik domestik.
• Suara: Berbeda dengan itik yang bersuara "kwek-kwek", Surati umumnya lebih pendiam dan mengeluarkan suara desis (hiss) atau gemericik pelan.
• Bulu: Warna bulu bervariasi, dari hitam pekat, putih, hingga kombinasi (pied). Varietas hitam pekat seringkali dianggap memiliki kualitas daging terbaik di beberapa daerah.

3. Perilaku Alami dan Adaptasi

Sifat Itik Surati yang cenderung tenang, tidak terlalu berisik, dan memiliki naluri mengeram yang kuat (broodiness) menjadikannya ideal untuk peternakan skala kecil maupun besar. Itik betina sangat protektif terhadap telurnya dan anak-anaknya. Kemampuan adaptasi Surati terhadap pakan non-konvensional, seperti sisa dapur, hijauan, dan serangga, adalah nilai tambah yang besar, mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan berbiaya tinggi.

Perilaku unik lainnya adalah kemampuannya terbang pendek. Meskipun itik domestik kehilangan kemampuan terbang karena seleksi genetik, Surati masih mempertahankan naluri dan kemampuan untuk terbang sejauh beberapa meter, terutama saat merasa terancam. Ini perlu dipertimbangkan dalam desain kandang.

II. Manajemen Budidaya Intensif Itik Surati

Budidaya Surati yang sukses membutuhkan perencanaan yang matang, terutama karena pertumbuhannya yang relatif lambat dibandingkan ayam broiler, namun jauh lebih efisien dalam konversi pakan kasar.

1. Tahapan Kehidupan dan Kebutuhan Nutrisi

A. Fase Starter (0 – 4 Minggu)

Periode ini adalah masa kritis yang menentukan tingkat kelangsungan hidup (survival rate). Anak Itik Surati (DOD) harus mendapatkan nutrisi tinggi dan perlindungan dari suhu rendah.

• Kebutuhan Protein: 20% - 22%. Ini sangat penting untuk pembentukan otot dan rangka yang cepat.
• Suhu Brooding: Harus dijaga ketat pada minggu pertama (sekitar 30-32°C), kemudian diturunkan secara bertahap. Kegagalan menjaga suhu sering menjadi penyebab utama kematian DOD.
• Pakan: Pakan harus berupa butiran kecil (crumble) atau mash halus agar mudah dicerna. Pemberian air minum harus selalu tersedia dan bersih.

B. Fase Grower (4 – 12 Minggu)

Pada fase ini, itik mulai tumbuh pesat. Manajemen pakan dapat mulai beralih ke pakan dengan kandungan serat lebih tinggi dan protein yang sedikit diturunkan.

• Kebutuhan Protein: 16% - 18%.
• Pengurangan Biaya: Di fase ini, peternak mulai memperkenalkan pakan alternatif (misalnya ampas tahu, eceng gondok yang dilayukan, atau maggot BSF). Itik Surati menunjukkan toleransi yang sangat baik terhadap pakan berserat tinggi dibandingkan itik petelur.
• Ruang Gerak: Itik grower membutuhkan ruang yang cukup untuk bergerak (sekitar 0.5 – 1 meter persegi per ekor) untuk mencegah stres dan kanibalisme.

C. Fase Finisher (12 Minggu ke Atas)

Fase ini ditujukan untuk memaksimalkan pertambahan berat badan sebelum panen (biasanya 14-16 minggu untuk target pasar). Fokus pada energi pakan.

• Kebutuhan Protein: 14% - 16%.
• Fokus: Pakan harus mengandung energi tinggi (karbohidrat dan lemak) untuk deposisi lemak intramuskular, yang sangat penting untuk meningkatkan rasa dan tekstur daging.
• Manajemen Air: Akses ke air bersih sangat penting, tidak hanya untuk minum tetapi juga untuk mencuci kepala dan mata, menjaga kesehatan kelenjar preen (minyak), dan mengatur suhu tubuh.

2. Desain Kandang yang Ideal (Sistem Semi-Intensif)

*Ilustrasi Kandang Peternakan

Mengingat perilaku Surati yang aktif dan ukurannya yang besar, kandang harus dirancang untuk memberikan kenyamanan dan keamanan optimal.

A. Aspek Lokasi dan Sanitasi

1. Drainase: Lokasi kandang harus memiliki drainase yang baik. Kelembaban tinggi adalah musuh utama kesehatan unggas air, meskipun mereka menyukai air. Air kotor yang menggenang adalah sumber penyakit koksidiosis dan infeksi bakteri.
2. Ventilasi: Ventilasi silang yang sangat baik diperlukan untuk mengeluarkan uap air, amonia dari kotoran, dan panas berlebih. Kandang tertutup penuh tidak disarankan.
3. Litter (Alas Kandang): Penggunaan sekam padi atau serutan kayu yang tebal (minimal 5-10 cm) sangat penting. Litter harus diaduk secara berkala (sistem deep litter) dan diganti jika sudah terlalu basah dan menggumpal.

B. Perhitungan Kepadatan Kandang

Kepadatan adalah faktor kunci. Kepadatan yang terlalu tinggi menyebabkan stres panas, peningkatan amonia, dan penyakit.

Usia (Minggu)	Kepadatan (ekor/m²)	Keterangan
0 – 4	10 – 12	Membutuhkan pemanas/brooder.
4 – 12	4 – 6	Ruang yang cukup untuk bergerak dan makan.
> 12 (Finisher)	2 – 3	Kepadatan rendah memaksimalkan pertumbuhan dan meminimalkan perkelahian antar pejantan.

3. Strategi Pembibitan dan Penetasan

Itik Surati memiliki keunggulan alami: betina memiliki naluri mengeram yang superior. Ini mengurangi kebutuhan akan mesin penetas yang mahal, terutama bagi peternak rakyat.

A. Manajemen Induk dan Pejantan

Rasio jantan dan betina yang ideal adalah 1:4 hingga 1:5. Pejantan Surati sangat agresif dan dominan; rasio yang terlalu rendah dapat menyebabkan stres pada betina dan kerusakan fisik.

• Seleksi: Pilih indukan dengan pertumbuhan tercepat, bentuk tubuh yang ideal (dada lebar), dan karunkula yang jelas.
• Masa Produktif: Induk Surati biasanya mulai bertelur pada usia 6-8 bulan dan masa puncak produktivitasnya berlangsung hingga usia 2-3 tahun.
• Pakan Reproduksi: Pakan harus diperkaya dengan Kalsium dan Fosfor seimbang (sekitar 3.0% Kalsium) untuk menghasilkan kualitas telur cangkang yang kuat dan fertilitas yang tinggi.

B. Penetasan Alami vs. Buatan

Sebagian besar peternak Surati mengandalkan penetasan alami (pengeraman oleh induk). Namun, karena Surati memiliki siklus bertelur yang pendek (sekitar 15-20 telur per periode), peternak yang ingin meningkatkan produksi harus menggunakan penetasan buatan.

1. Pengeraman Alami: Induk Surati mengerami selama 35 hari. Keunggulan metode ini adalah tingkat kelangsungan hidup anak itik yang tinggi karena perawatan alami dari induk. Kekurangan: Induk tidak bertelur selama 35 hari plus waktu merawat anak.
2. Penetasan Buatan: Menggunakan mesin penetas dengan suhu dan kelembaban yang dikontrol ketat. Durasi penetasan tetap 35 hari. Tantangan utama adalah cangkang telur Surati yang tebal dan memiliki lapisan lilin, yang memerlukan manajemen kelembaban tinggi dan "pendinginan" harian (mist/spray air dingin) untuk merangsang pertukaran gas.

III. Penggunaan Pakan Non-Konvensional dan Efisiensi Konversi

Salah satu alasan mengapa Surati sangat populer adalah kemampuannya mengubah pakan berkualitas rendah (yang tidak dimanfaatkan itik lain) menjadi protein daging yang efisien. Ini adalah kunci untuk menekan biaya produksi yang sering menjadi kendala utama dalam peternakan unggas.

1. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal

A. Maggot Black Soldier Fly (BSF)

Larva BSF telah menjadi revolusi pakan bagi Surati. Maggot kering mengandung protein mentah (Crude Protein/CP) hingga 40-50%, menjadikannya pengganti parsial yang sangat baik untuk bungkil kedelai atau tepung ikan yang mahal. Selain itu, maggot dapat dibudidayakan menggunakan limbah organik (sampah rumah tangga atau sisa sayuran), menciptakan siklus ekonomi yang berkelanjutan.

B. Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Industri

• Ampas Tahu: Kaya protein dan mudah dicerna, dapat diberikan setelah difermentasi untuk meningkatkan daya simpan dan menurunkan faktor anti-nutrisi.
• Azolla microphylla: Tumbuhan air ini memiliki kandungan protein hingga 25% (basis kering) dan dapat dibudidayakan di kolam dekat kandang. Surati menyukai azolla segar.
• Dedak Padi: Menyediakan karbohidrat dan serat. Dedak merupakan komponen utama dalam ransum Surati dewasa, seringkali mencapai 50-60% dari total pakan.

2. Formulasi Ransum Berbasis Sumber Daya Lokal

Peternak yang sukses tidak mengandalkan satu jenis pakan saja, melainkan meramu pakan secara seimbang. Karena Surati memiliki sistem pencernaan yang kuat, formulasi dapat dibuat lebih fleksibel daripada itik petelur:

Komponen Pakan	Starter (0-4 Minggu)	Grower (4-12 Minggu)	Finisher (> 12 Minggu)
Pakan Komersial (Protein Tinggi)	60%	30%	10%
Dedak Padi / Jagung Giling	20%	40%	50%
Maggot/Ampas Tahu (Protein Alternatif)	20%	30%	40%

Catatan: Formulasi ini harus disesuaikan berdasarkan ketersediaan lokal dan diimbangi dengan suplemen mineral dan vitamin penting (premix).

IV. Kesehatan dan Biosekuriti Unggas Air

Meskipun Surati dikenal tangguh, manajemen kesehatan yang buruk dapat menghancurkan seluruh populasi dalam waktu singkat. Biosekuriti (pengamanan biologis) harus menjadi prioritas utama.

1. Program Vaksinasi Esensial

Itik Surati memiliki kerentanan terhadap penyakit tertentu yang harus dicegah melalui program vaksinasi yang konsisten. Vaksinasi harus disesuaikan dengan profil penyakit di wilayah peternakan.

• Penyakit Virus: Vaksinasi terhadap Duck Virus Enteritis (DVE) atau Duck Plague, yang sangat mematikan. Vaksin biasanya diberikan pada usia 3-4 minggu.
• Penyakit Bakteri: Pencegahan Kolera Unggas (Fowl Cholera) sangat penting. Meskipun lebih sering menyerang ayam, itik Surati juga rentan, terutama dalam kondisi kandang yang padat dan sanitasi buruk.

2. Identifikasi dan Penanganan Penyakit Umum

Peternak harus mampu mengenali gejala dini penyakit untuk isolasi cepat.

A. Koksidiosis (Coccidiosis):

Disebabkan oleh protozoa. Menyerang DOD dan itik muda, menyebabkan diare berdarah dan penurunan berat badan yang drastis. Penularan melalui kotoran. Pencegahan: Menjaga litter tetap kering dan bersih, penggunaan koksidiostat dalam pakan starter, dan sanitasi tempat minum.

B. Salmonellosis (Penyakit Pullorum):

Infeksi bakteri yang ditularkan dari induk ke anak itik melalui telur (transovarial). Gejala: kelesuan, mata lengket, dan angka kematian yang tinggi pada minggu pertama. Penanganan: Antibiotik spektrum luas, namun pencegahan terbaik adalah membeli DOD dari sumber yang teruji bebas Salmonella.

C. Aspergillosis (Penyakit Jamur):

Penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus. Sering terjadi jika menggunakan litter (sekam) yang lembab atau pakan yang berjamur. Gejala: susah bernapas, terengah-engah. Pencegahan: Pastikan pakan dan alas kandang selalu kering dan tidak apek.

3. Prosedur Biosekuriti Ketat

Biosekuriti adalah pagar terdepan yang melindungi peternakan dari infeksi luar. Prosedur yang harus diterapkan meliputi:

1. Pembatasan Akses: Hanya personel tertentu yang boleh masuk area kandang. Sediakan disinfektan kaki dan tangan di pintu masuk.
2. Isolasi: Peternakan harus memiliki unit karantina untuk itik yang baru datang atau itik yang menunjukkan gejala sakit. Jangan pernah mencampur itik baru langsung dengan populasi lama.
3. Pengendalian Hama dan Vektor: Kontrol tikus, burung liar, dan serangga (lalat) yang dapat membawa patogen dari luar. Burung liar harus dihindari kontak dengan pakan itik.
4. Pembersihan Peralatan: Tempat pakan dan minum harus dicuci dan didisinfeksi minimal seminggu sekali.

V. Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Itik Surati

Itik Surati memiliki nilai ekonomi yang tinggi tidak hanya dari dagingnya, tetapi juga dari telur dan potensi genetiknya sebagai induk persilangan.

1. Kualitas Daging yang Unggul

Daging Surati memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari itik domestik atau ayam. Dagingnya lebih gelap, teksturnya lebih padat, dan memiliki rasa yang khas (gaminess) yang disukai di pasar kuliner tertentu.

• Rendemen Karkas: Tinggi, rata-rata mencapai 65-70% dari berat hidup.
• Protein dan Lemak: Daging Surati cenderung lebih rendah lemak subkutan (di bawah kulit) dibandingkan itik domestik, namun lemak intramuskular (yang memberikan cita rasa) cukup tinggi. Kandungan proteinnya sebanding atau sedikit lebih tinggi dari ayam broiler.
• Target Pasar: Daging Surati sangat dicari untuk masakan tradisional Jawa (misalnya Sate Entok, Gulai Surati) dan juga untuk restoran kelas atas yang mencari bahan baku dengan karakter rasa kuat.

2. Potensi Produksi Telur

Meskipun Surati dikenal sebagai itik pedaging, produksi telurnya memiliki peran vital dalam rantai pasokan bibit. Rata-rata itik betina menghasilkan 80-100 butir telur per tahun. Telur Surati memiliki cangkang yang lebih tebal dan bobot rata-rata yang lebih besar (70-90 gram) dibandingkan telur itik biasa.

Pemanfaatan Telur:

1. Pembibitan: Mayoritas telur digunakan untuk ditetaskan, baik untuk mengganti stok indukan maupun untuk produksi DOD.
2. Konsumsi: Telur Surati dikonsumsi, namun kurang populer dibandingkan telur itik biasa karena ukurannya yang besar dan waktu pengeraman yang lama (35 hari), menjadikannya kurang ekonomis untuk diproduksi massal sebagai telur konsumsi.

3. Analisis Ekonomi dan Biaya Produksi

Untuk mencapai profitabilitas, peternak harus memahami rasio Konversi Pakan (FCR) dan biaya operasional.

A. Rasio FCR (Feed Conversion Ratio):

FCR Surati dewasa berkisar antara 3.0 hingga 3.5. Artinya, dibutuhkan 3.0 hingga 3.5 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg pertambahan berat badan. FCR ini kompetitif, terutama jika pakan yang digunakan adalah pakan alternatif berbiaya rendah.

B. Titik Impas (Break-Even Point):

Titik impas budidaya Surati seringkali dicapai pada usia panen 14-16 minggu. Untuk mencapai profit margin yang sehat, peternak harus:

• Meminimalkan biaya DOD (dengan menetaskan sendiri).
• Memaksimalkan penggunaan pakan alternatif sejak fase grower.
• Mempertahankan tingkat kelangsungan hidup (mortality rate) di bawah 5%.

Surati bukan hanya unggas pedaging, tetapi merupakan mesin biologis yang unggul dalam mengubah biomassa lokal menjadi protein hewani berkualitas tinggi, menjadikannya kunci keberlanjutan peternakan di pedesaan.

VI. Inovasi dan Pengembangan Genetik Itik Surati

Peran Surati semakin penting dalam industri unggas modern melalui program persilangan (breeding) untuk menghasilkan hibrida unggul yang menggabungkan kecepatan tumbuh itik domestik dan ukuran tubuh Surati.

1. Fenomena Hibrida (Mule Duck)

Persilangan antara Itik Surati (jantan) dan Itik Peking/itik lokal (betina) menghasilkan hibrida steril yang dikenal sebagai "Itik TikTok" atau "Itik Master." Hibrida ini memiliki keunggulan komersial yang luar biasa:

• Heterosis (Hybrid Vigor): Pertumbuhan yang sangat cepat, mendekati kecepatan ayam broiler.
• Ukuran Tubuh: Mencapai berat panen ideal (sekitar 2.5-3.5 kg) dalam waktu 10-12 minggu.
• Kualitas Daging: Mempertahankan sebagian besar kualitas daging padat Surati, namun dengan sifat lebih jinak dan FCR yang lebih baik.

Karena hibrida ini steril, mereka tidak dapat mewarisi sifat tersebut ke generasi berikutnya, sehingga peternak harus selalu membeli DOD dari persilangan baru (F1).

2. Program Seleksi Indukan (Breeding Program)

Pengembangan genetik Surati murni harus difokuskan pada peningkatan dua sifat utama: kecepatan tumbuh dan peningkatan bobot akhir. Program seleksi yang terstruktur meliputi:

1. Mass Selection: Memilih individu terbaik dari populasi berdasarkan pengukuran berat badan pada usia tertentu (misalnya, memilih 10% pejantan terberat pada usia 16 minggu).
2. Pedigree Recording: Mencatat silsilah (asal-usul) untuk menghindari inbreeding (perkawinan sedarah) yang dapat menurunkan vitalitas dan kesuburan.
3. Uji Keturunan: Menguji performa keturunan dari pejantan unggul untuk memastikan sifat pertumbuhan cepat diwariskan secara genetik.

VII. Manajemen Pemasaran dan Jaringan Peternak

Produksi yang melimpah tidak akan berarti tanpa strategi pemasaran yang efektif. Daging Surati memiliki ceruk pasar tersendiri yang harus dimaksimalkan.

1. Target Pasar Daging Surati

Pemasaran harus disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang spesifik:

• Restoran Lokal/Warung Makan: Pasar terbesar untuk daging Surati adalah warung yang menyajikan hidangan pedas seperti entok rica-rica. Keunikan tekstur dagingnya yang liat (chewy) sangat dicari dalam hidangan ini.
• Pasar Tradisional: Menyediakan karkas utuh atau potongan daging segar. Penting untuk memastikan standar kebersihan yang tinggi dalam proses pemotongan (HACCP/Hygiene).
• Produk Olahan Nilai Tambah: Mengolah daging Surati menjadi produk beku (frozen food) seperti sosis, bakso, atau bebek asap (smoked duck). Ini memperpanjang masa simpan dan meningkatkan harga jual.

2. Pentingnya Standarisasi Bobot

Surati dijual berdasarkan bobot. Peternak harus memiliki alat timbang yang akurat dan melakukan grading sebelum panen. Bobot yang seragam akan memudahkan negosiasi harga dengan pengepul atau restoran besar. Penjualan karkas (setelah dipotong) seringkali lebih menguntungkan daripada penjualan hidup, tetapi memerlukan fasilitas pemotongan yang memadai.

VIII. Tantangan dan Mitigasi Risiko dalam Budidaya Surati

Setiap usaha memiliki risiko. Mengenali tantangan spesifik dalam budidaya Surati memungkinkan peternak untuk merancang strategi mitigasi yang efektif.

1. Risiko Pertumbuhan yang Lambat (Slow Growth)

Dibandingkan dengan itik pedaging hibrida, Surati murni membutuhkan waktu panen yang lebih lama (14-20 minggu). Ini berarti biaya operasional yang harus ditanggung lebih lama.

Mitigasi: Fokus pada genetik (seleksi indukan yang pertumbuhannya cepat) dan optimasi nutrisi pada fase starter. Penggunaan pakan alternatif harus dimulai setelah usia 6-8 minggu, bukan pada awal kehidupan.

2. Masalah Kesuburan Telur (Fertilitas)

Pejantan Surati yang agresif dapat melukai betina. Selain itu, masalah nutrisi (defisiensi vitamin E dan Selenium) dapat menyebabkan penurunan fertilitas.

Mitigasi: Jaga rasio jantan:betina 1:4. Berikan suplementasi mineral dan vitamin yang ditujukan khusus untuk reproduksi pada musim kawin. Pastikan betina memiliki tempat berlindung dari kejaran pejantan yang terlalu dominan.

3. Kanibalisme dan Perkelahian (Aggression)

Pejantan dewasa, terutama jika dikandangkan bersama-sama dalam kepadatan tinggi, sangat rentan terhadap perkelahian yang dapat mengakibatkan luka parah atau kematian. Karunkula adalah target utama gigitan.

Mitigasi: De-beaking (pemotongan ujung paruh) dapat dilakukan pada itik grower untuk mengurangi kerusakan akibat perkelahian. Sediakan ruang gerak yang sangat luas, dan pisahkan pejantan yang akan digunakan untuk pembibitan dari pejantan yang sedang digemukkan.

IX. Pemanfaatan Lanjutan dan Integrasi Budidaya

Budidaya Surati tidak harus berdiri sendiri. Integrasi dengan sektor pertanian dan perikanan dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi limbah, menuju sistem peternakan yang benar-benar sirkular.

1. Integrasi dengan Pertanian (Padi-Itik Surati)

Sistem ini, yang umum di Asia, melibatkan itik dilepas di sawah setelah penanaman padi. Surati dapat membantu mengendalikan gulma, memakan hama serangga, dan menyediakan pupuk alami (kotoran itik) langsung ke tanah. Surati memiliki keunggulan karena sifatnya yang tenang, tidak merusak tanaman padi seperti beberapa jenis itik lain.

Manfaat: Mengurangi kebutuhan herbisida dan pestisida, meningkatkan kesuburan tanah, dan menghemat biaya pakan itik.

2. Integrasi dengan Perikanan (Azolla dan Ikan)

Kolam tempat budidaya Azolla atau ikan dapat dihubungkan dengan area itik. Kotoran itik jatuh ke kolam, menjadi nutrisi bagi Azolla dan plankton (makanan ikan). Azolla kemudian dipanen sebagai pakan tambahan yang kaya protein bagi itik Surati. Ini menciptakan sistem loop tertutup di mana limbah satu sistem menjadi input bagi sistem lainnya.

X. Detail Teknis Manajemen Pakan Lanjutan

Untuk mencapai bobot 5 kg pada pejantan Surati dalam waktu 4-5 bulan, dibutuhkan pemahaman yang sangat mendalam mengenai kebutuhan energi metabolik (ME) dan protein kasar (CP) pada setiap tahapan.

1. Kebutuhan Energi Spesifik

Itik Surati, sebagai unggas yang aktif, membutuhkan energi yang tinggi. Kekurangan energi akan menyebabkan itik mengambil protein sebagai sumber energi, sebuah proses yang tidak efisien dan mahal.

• Starter: ME sekitar 2900 – 3000 Kkal/kg.
• Finisher: ME sekitar 3100 – 3200 Kkal/kg. Di fase ini, peningkatan energi berasal dari penambahan lemak (minyak sawit atau minyak ikan) dalam formulasi ransum. Lemak juga meningkatkan palatabilitas (rasa enak pakan).

2. Keseimbangan Asam Amino Kritis

Kualitas protein ditentukan oleh kandungan asam amino esensialnya. Metionin dan Lisin adalah dua asam amino pembatas utama pada itik. Jika Metionin kurang, meskipun protein total tinggi, pertumbuhan tidak akan maksimal.

• Lisin: Penting untuk pertumbuhan otot. Harus dijaga pada kisaran 0.9% hingga 1.1% dalam ransum starter.
• Metionin + Sistin: Kritis untuk bulu dan konversi pakan. Biasanya dibutuhkan sekitar 0.4% – 0.5% dalam ransum grower.

Ketika menggunakan pakan non-konvensional seperti dedak atau bungkil kelapa, peternak seringkali harus menambahkan asam amino sintetik (DL-Metionin dan L-Lisin) untuk menyeimbangkan defisiensi yang ada pada bahan baku lokal.

3. Pengelolaan Air Minum dan Suplementasi

Kualitas air minum sama pentingnya dengan kualitas pakan. Air yang tercemar adalah jalur utama penularan penyakit Itik Surati.

A. Klorinasi Air: Penggunaan klorin ringan (sekitar 3-5 ppm) dapat membunuh bakteri patogen dalam air, sangat penting di lingkungan tropis. Namun, dosis klorin harus dihindari saat memberikan vaksinasi melalui air minum.

B. Probiotik: Pemberian suplemen probiotik (bakteri baik seperti Lactobacillus atau Bacillus subtilis) secara berkala dapat menyehatkan saluran pencernaan itik, membantu penyerapan nutrisi, dan melawan invasi bakteri patogen (misalnya E. coli atau Salmonella).

XI. Pembedaan Gender dan Manajemen Kawanan

Kemampuan untuk membedakan jantan (mentok) dan betina (entok) sejak dini sangat penting untuk manajemen kawanan pedaging (pemisahan jenis kelamin) dan penghematan biaya pakan.

1. Sexing pada Umur Muda (DOD)

Pada DOD Surati, pembedaan jenis kelamin (sexing) adalah tantangan. Metode yang paling umum adalah "Vent Sexing" (pemeriksaan kloaka), yang memerlukan keahlian tinggi. Namun, perbedaan fisik mulai muncul cepat:

• Berat Badan: Jantan mulai menunjukkan bobot yang signifikan lebih berat daripada betina pada usia 2-3 minggu.
• Suara: Meskipun keduanya tenang, pejantan muda cenderung memiliki suara desis yang lebih jelas dan agresif saat dipegang.

2. Keuntungan Pemisahan Jenis Kelamin (Sex-Separate Rearing)

Pemeliharaan jantan dan betina secara terpisah adalah praktik standar dalam budidaya Surati komersial:

1. Optimalisasi Pakan: Pejantan, yang memiliki target bobot jauh lebih tinggi, dapat diberikan pakan dengan energi dan protein yang lebih tinggi dan kepadatan kandang yang lebih rendah. Betina diberikan pakan yang lebih hemat biaya.
2. Kontrol Agresi: Mengurangi perkelahian dan stres, karena pejantan Surati akan berkompetisi keras saat mereka mencapai kematangan seksual.
3. Waktu Panen Fleksibel: Betina dapat dipanen lebih awal (10-12 minggu), sementara pejantan dibiarkan tumbuh hingga 16-20 minggu untuk mencapai bobot maksimal.

XII. Detail Spesifik Penanganan Telur Tetas Itik Surati

Keberhasilan penetasan Surati sangat bergantung pada penanganan telur yang tepat sebelum dimasukkan ke mesin penetas, mengingat cangkangnya yang unik dan periode inkubasi yang panjang (35 hari).

1. Pengumpulan dan Penyimpanan Telur

Telur harus dikumpulkan minimal 3-4 kali sehari untuk menghindari kontaminasi dari kotoran dan untuk mencegah pengeraman prematur. Telur yang kotor harus dibersihkan segera (dengan sikat kering atau larutan disinfektan ringan) dan jangan dicuci dengan air bersuhu dingin.

• Suhu Penyimpanan: Idealnya disimpan pada suhu 15-18°C dengan kelembaban 75-80%. Suhu yang terlalu tinggi dapat memulai perkembangan embrio dan suhu terlalu rendah dapat merusak embrio.
• Durasi Penyimpanan: Telur Surati memiliki masa simpan optimal yang pendek, idealnya tidak lebih dari 7-10 hari. Setiap hari penyimpanan di atas batas ini dapat menurunkan daya tetas hingga 5%.

2. Protokol Inkubasi (Mesin Tetas)

Karena durasi 35 hari, mesin tetas harus sangat stabil. Protokol "pendinginan" adalah elemen kunci yang membedakan penetasan Surati dari unggas lain.

1. Minggu 1-3 (Inkubasi Penuh): Suhu sekitar 37.5°C dengan kelembaban 60%. Telur dibalik otomatis minimal 6 kali sehari.
2. Minggu 4 (Pendinginan dan Penyemprotan): Mulai hari ke-25 hingga hari ke-32, telur harus dikeluarkan dari mesin penetas sekali sehari selama 15-30 menit (pendinginan). Setelah itu, telur disemprot dengan air hangat (35°C) sebelum dikembalikan ke mesin. Hal ini meniru proses induk itik yang membasahi sarangnya, penting untuk melunakkan membran di bawah cangkang yang tebal.
3. Hari 33-35 (Hatching): Suhu diturunkan sedikit (37.0°C) dan kelembaban dinaikkan drastis menjadi 75-85%. Telur tidak boleh dibalik lagi.

XIII. Kesimpulan: Masa Depan Itik Surati

Itik Surati adalah aset peternakan yang tak ternilai. Dengan ketahanannya terhadap lingkungan tropis, kemampuan adaptasinya terhadap pakan alternatif, dan perannya yang krusial dalam menghasilkan hibrida pedaging unggul, Surati menjanjikan masa depan yang cerah bagi peternak Indonesia.

Fokus pada praktik budidaya yang berkelanjutan, peningkatan biosekuriti, dan pengembangan genetik yang terarah, akan memastikan bahwa komoditas ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi kontributor utama dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani nasional.

Peternak yang berhasil adalah mereka yang tidak hanya mengandalkan pakan pabrikan, tetapi yang mampu mengintegrasikan sumber daya lokal, seperti maggot BSF dan Azolla, ke dalam rantai pasokan nutrisi Surati. Dengan demikian, risiko biaya akan ditekan, dan keuntungan akan dimaksimalkan, menjadikan budidaya Itik Surati sebagai jalan menuju kemandirian ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.