Kutai Kartanegara, atau yang akrab disingkat Kukar, bukan sekadar sebuah wilayah administratif di Kalimantan Timur. Ia adalah panggung sejarah yang megah, menyimpan jejak peradaban tertua di Nusantara, dan kini menjelma menjadi koridor strategis menuju Ibu Kota Nusantara (IKN). Dari kemegahan Kesultanan Kutai hingga peran vitalnya sebagai penyangga ekonomi regional, Kukar menawarkan narasi yang kaya dan multidimensi, menjadikannya salah satu kabupaten dengan potensi terbesar di Indonesia.
Wilayah Kukar membentang luas, melintasi berbagai lanskap, mulai dari hutan hujan tropis yang lebat, daerah pertambangan yang produktif, hingga aliran sungai Mahakam yang menjadi urat nadi kehidupan. Kekayaan budaya yang diwariskan oleh suku Kutai, Dayak, dan pendatang lainnya menghasilkan mozaik sosial yang harmonis dan dinamis. Kukar adalah cerminan Indonesia mini yang siap menyambut era baru pembangunan.
Alt Text: Simbol Mahkota Kesultanan Kutai dan Keris, merepresentasikan warisan sejarah Kukar.
Sejarah Kukar tidak dapat dilepaskan dari kisah Kerajaan Kutai Martadipura, kerajaan Hindu tertua di Indonesia, yang berpusat di Muara Kaman. Meskipun Kerajaan Martadipura runtuh, garis keturunannya dilanjutkan oleh Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, yang berkembang pesat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Tenggarong, ibu kota Kukar.
Tenggarong, sebagai pusat pemerintahan Kesultanan, menjadi saksi bisu perkembangan budaya, politik, dan agama selama berabad-abad. Istana Kesultanan, yang kini berfungsi sebagai Museum Mulawarman, menyimpan artefak-artefak berharga yang menceritakan perjalanan panjang Kukar. Keberadaan Kesultanan ini memberikan identitas yang kuat bagi masyarakat Kukar, yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan adat istiadat leluhur mereka.
Pada masa Kesultanan, Kukar adalah pusat perdagangan yang menghubungkan pedalaman Kalimantan dengan jalur maritim internasional melalui Sungai Mahakam. Kekuatan ekonomi dan politik yang terpusat di sini membentuk sistem sosial yang terstruktur, mencakup masyarakat pesisir yang dinamis dan masyarakat pedalaman Dayak yang menjaga kearifan lokal. Ini adalah pondasi budaya yang sangat kokoh, yang membedakan Kukar dari wilayah lain di Kalimantan.
Warisan sejarah ini tidak hanya berupa bangunan fisik, tetapi juga dalam bentuk hukum adat, sistem kepemimpinan, dan ritual tahunan yang masih dilaksanakan hingga kini. Kukar menjamin bahwa modernisasi tidak akan mengikis identitas historisnya, melainkan memperkuatnya sebagai kabupaten yang memiliki akar budaya yang sangat dalam dan terdefinisi.
Kukar adalah kabupaten terluas di Kalimantan Timur, mencakup lebih dari 27.000 kilometer persegi. Luasnya wilayah ini menghasilkan keragaman geografis yang luar biasa, mulai dari dataran rendah yang subur, perbukitan yang kaya mineral, hingga kawasan konservasi hutan yang dilindungi.
Sungai Mahakam membelah Kukar menjadi dua bagian utama, menjadikannya jalur transportasi, sumber mata pencaharian, dan penentu ekosistem. Mahakam bukan hanya sekadar sungai; ia adalah koridor budaya dan ekonomi. Desa-desa di sepanjang Mahakam, seperti Muara Kaman dan Kota Bangun, hidup bergantung pada sungai ini, baik untuk perikanan, pertanian, maupun logistik pertambangan.
Ekosistem Mahakam juga unik, terutama dengan keberadaan Pesut Mahakam (lumba-lumba air tawar) yang terancam punah. Kukar memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kualitas air dan habitat di sekitar sungai ini, terutama mengingat peningkatan aktivitas industri dan pembangunan infrastruktur yang masif akibat statusnya sebagai daerah penyangga IKN. Upaya konservasi di Kukar adalah kunci bagi kelangsungan ekosistem air tawar di seluruh Kalimantan Timur.
Secara historis, Kukar dikenal sebagai lumbung energi Indonesia. Sumber daya alam seperti batu bara, minyak, dan gas bumi telah menjadi motor utama perekonomian Kukar selama beberapa dekade. Aktivitas pertambangan terpusat di beberapa kecamatan seperti Muara Jawa, Samboja, dan Tenggarong Seberang. Namun, Kukar menyadari pentingnya diversifikasi ekonomi.
Potensi pertanian dan perkebunan Kukar sangat besar, meliputi sawit, karet, dan padi. Daerah pedalaman seperti Kembang Janggut dan Kenohan memiliki lahan subur yang potensial untuk menjadi lumbung pangan regional. Selain itu, potensi pariwisata ekologis dan sejarah, terutama di sekitar Tenggarong dan Danau Semayang, mulai dikembangkan sebagai alternatif pendapatan yang berkelanjutan.
Alt Text: Ilustrasi simbolis Sungai Mahakam membelah hutan hijau, merefleksikan kekayaan alam Kukar.
Budaya Kukar adalah perpaduan harmonis antara tradisi Melayu-Kutai yang berasal dari Kesultanan dan berbagai sub-suku Dayak yang mendiami pedalaman, seperti Dayak Kenyah, Dayak Tunjung, dan Dayak Benuaq. Keberagaman ini menghasilkan kesenian, upacara, dan filosofi hidup yang unik.
Erau adalah festival budaya tahunan terbesar Kukar yang dulunya merupakan upacara adat Kesultanan. Kata Erau berarti 'ramai' atau 'riuh'. Festival ini biasanya diadakan untuk merayakan upacara adat tertentu atau pelantikan Sultan. Kini, Erau telah bertransformasi menjadi festival pariwisata yang menarik perhatian nasional dan internasional, menampilkan berbagai tarian, permainan rakyat, dan ritual sakral.
Salah satu ritual puncak Erau adalah Belimbur, di mana masyarakat saling siram air sebagai simbol penyucian diri dan pengharapan berkah. Erau adalah manifestasi nyata dari upaya Kukar dalam melestarikan identitas budayanya di tengah gempuran globalisasi dan modernitas. Pelaksanaan Erau yang konsisten menunjukkan komitmen Kukar terhadap warisan leluhur dan sekaligus potensi ekonomi kreatif.
Kukar kaya akan seni tari dan musik. Tarian seperti Tari Jepen (tari pergaulan yang dipengaruhi Melayu) dan Tari Hudoq (tari ritual Dayak yang menggunakan topeng besar untuk mengusir hama dan memanggil roh pelindung) sering ditampilkan. Dalam arsitektur, rumah adat Suku Dayak, yang dikenal sebagai Lamin, menjadi simbol kebersamaan dan kekeluargaan. Lamin biasanya berbentuk rumah panggung yang panjang dan dapat menampung banyak keluarga.
Kesenian tradisional Kukar, termasuk ukiran Dayak yang mendetail dan alat musik seperti Sampe (alat musik petik tradisional), menjadi daya tarik tersendiri. Setiap motif ukiran memiliki makna filosofis yang mendalam, sering kali terkait dengan alam dan spiritualitas. Kukar secara aktif mendorong generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan kesenian ini agar warisan budaya tidak terputus.
Penetapan sebagian wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) mengubah peta strategis Kukar secara fundamental. Meskipun IKN secara fisik terletak di luar Tenggarong, Kukar berfungsi sebagai hinterland (wilayah penyangga) dan gerbang utama yang sangat vital.
Kukar berperan sebagai penyedia kebutuhan logistik, tenaga kerja, dan infrastruktur pendukung bagi IKN. Kecamatan-kecamatan di Kukar yang berbatasan langsung dengan IKN, seperti Samboja dan Muara Jawa, mengalami lonjakan pembangunan dan investasi. Ini mendorong Kukar untuk mempercepat pembangunan infrastruktur jalan, konektivitas pelabuhan, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Tantangan utama Kukar adalah memastikan bahwa pembangunan di sekitarnya berjalan secara inklusif dan berkelanjutan, tidak hanya fokus pada eksploitasi sumber daya. Pengembangan sektor jasa, pendidikan, dan kesehatan di Tenggarong diharapkan dapat mendukung kebutuhan IKN, menjadikan Kukar sebagai pusat regional yang modern dan efisien.
Dengan adanya IKN, ketergantungan Kukar terhadap sektor pertambangan harus dikurangi. Strategi pembangunan Kukar kini berfokus pada pengembangan ekonomi hijau, termasuk pertanian berkelanjutan, ekowisata, dan industri pengolahan. Tujuannya adalah menciptakan Kukar yang tangguh secara ekonomi dan lestari secara lingkungan, sejalan dengan visi pembangunan IKN.
Pengembangan teknologi dan inovasi juga menjadi prioritas. Kukar berupaya menarik investasi di sektor teknologi dan industri kreatif, memanfaatkan letak geografisnya yang strategis di jalur distribusi utama Kalimantan. Transformasi ini memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat adat.
Alt Text: Ilustrasi roda gigi dan garis pertumbuhan, melambangkan perkembangan infrastruktur dan ekonomi Kukar sebagai penyangga IKN.
Kutai Kartanegara terdiri dari 18 kecamatan yang masing-masing memiliki karakteristik unik, potensi alam, dan peran strategis yang berbeda dalam struktur kabupaten. Kedalaman potensi Kukar hanya dapat dipahami melalui eksplorasi mendalam terhadap setiap pilarnya. Dari pesisir yang menghadap Selat Makassar hingga pedalaman yang masih kental dengan budaya Dayak, setiap kecamatan menyumbang narasi penting bagi Kukar secara keseluruhan. Pemahaman terhadap 18 kecamatan ini sangat krusial, terutama dalam merancang kebijakan pembangunan yang terintegrasi dengan kebutuhan IKN dan visi keberlanjutan Kukar.
Sebagai ibu kota kabupaten, Tenggarong adalah pusat administrasi, komersial, dan budaya Kukar. Di sinilah terletak Museum Mulawarman, Kedaton Kutai Kartanegara, dan berbagai institusi pendidikan tinggi. Tenggarong merupakan etalase budaya Kukar, tempat Festival Erau diselenggarakan. Perkembangan Tenggarong sangat diprioritaskan sebagai pusat pelayanan publik dan titik sentral pariwisata sejarah. Infrastruktur kota terus ditingkatkan untuk menunjang aktivitas pemerintahan dan sebagai kota penyangga yang nyaman bagi pekerja IKN. Selain itu, Tenggarong berupaya mengembangkan sektor jasa dan ekonomi kreatif berbasis warisan budaya, memastikan bahwa pertumbuhan kotanya tidak hanya bersifat materialistik tetapi juga berakar pada sejarah yang kuat. Kehidupan di Tenggarong mencerminkan perpaduan antara nuansa kesultanan yang kental dan modernitas yang sedang tumbuh pesat. Kota ini menjadi simpul penting bagi jaringan transportasi darat dan sungai Kukar. Pengembangan fasilitas umum dan ruang terbuka hijau di Tenggarong juga menjadi fokus utama, menjadikannya kota yang layak huni dan berorientasi pada masa depan, sambil tetap menjaga nilai-nilai luhur Kutai Kartanegara.
Tenggarong Seberang berfungsi sebagai gerbang logistik dan industri Kukar yang berdekatan dengan ibu kota. Kecamatan ini memiliki peran vital dalam sektor pertanian, terutama padi. Lahan-lahan sawah yang luas di Tenggarong Seberang menjadikannya lumbung pangan lokal. Selain itu, lokasinya yang strategis di seberang Sungai Mahakam memungkinkannya menjadi area pengembangan industri pendukung dan pergudangan. Pembangunan infrastruktur di sini diarahkan untuk mendukung konektivitas cepat ke Tenggarong dan ke jalur utama menuju Balikpapan dan Samarinda. Dalam konteks IKN, Tenggarong Seberang diproyeksikan sebagai area hunian pendukung sekunder dan kawasan industri ramah lingkungan. Pengembangan agrowisata berbasis pertanian juga mulai digalakkan, memanfaatkan keindahan sawah sebagai daya tarik wisata alam. Potensi sumber daya manusia di Tenggarong Seberang terus ditingkatkan melalui pelatihan vokasi untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di sektor manufaktur dan jasa yang bertumbuh seiring dengan geliat IKN. Ini adalah wilayah yang menjembatani kehidupan perkotaan dan produksi pangan, menjamin keberlangsungan pasokan bagi Kukar dan sekitarnya. Pengelolaan irigasi dan sistem pertanian modern menjadi ciri khas utama pembangunan di wilayah ini, menunjukkan komitmen Kukar terhadap ketahanan pangan regional.
Muara Kaman memiliki nilai historis yang luar biasa karena diyakini sebagai lokasi Kerajaan Kutai Martadipura, kerajaan tertua di Indonesia. Meskipun sejarahnya megah, Muara Kaman kini dikenal sebagai kecamatan yang mengandalkan perikanan air tawar dan pertanian. Potensi pariwisata sejarah dan religi di sini sangat besar, terutama terkait dengan peninggalan purbakala. Upaya pelestarian situs-situs bersejarah di Muara Kaman menjadi prioritas agar identitas sejarah Kukar tetap lestari dan dapat menjadi sumber edukasi serta daya tarik wisata berbasis sejarah. Sungai Mahakam di Muara Kaman sangat lebar dan mendukung aktivitas perahu tradisional serta modern. Kehidupan masyarakat di Muara Kaman sangat erat kaitannya dengan pola aliran sungai, membentuk kebiasaan sosial dan ekonomi yang khas. Pengembangan ekowisata, khususnya yang berfokus pada pemahaman sejarah dan budaya sungai, adalah prospek utama. Selain itu, Muara Kaman juga menjadi jalur distribusi penting untuk komoditas dari pedalaman menuju kota-kota besar. Pemerintah daerah berupaya menyeimbangkan antara eksplorasi sejarah dan kebutuhan pembangunan modern, memastikan bahwa Muara Kaman tetap menjadi penjaga akar sejarah Kukar.
Muara Jawa adalah salah satu kecamatan yang paling sibuk dan paling penting secara ekonomi, terutama dalam sektor energi. Terletak di pesisir dan memiliki pelabuhan, Muara Jawa menjadi pusat kegiatan pertambangan batu bara dan pengiriman komoditas ekspor. Lokasinya yang strategis di dekat Selat Makassar menjadikannya titik keluar masuk barang vital bagi Kukar. Selain pertambangan, perikanan laut dan budidaya tambak juga menjadi mata pencaharian utama. Dengan meningkatnya fokus pada IKN, Muara Jawa dihadapkan pada tantangan untuk mengelola dampak lingkungan dari industri berat sambil mengembangkan sektor maritim yang berkelanjutan. Peningkatan infrastruktur pelabuhan dan jalan penghubung di Muara Jawa adalah investasi krusial untuk menunjang logistik IKN di masa depan. Pengembangan teknologi pengolahan hasil laut dan revitalisasi kawasan pesisir menjadi agenda penting. Muara Jawa mewakili sisi industri Kukar, sebuah area yang harus bertransformasi dari ekonomi berbasis ekstraktif menjadi ekonomi yang lebih hijau dan berbasis jasa logistik, memanfaatkan akses laut yang dimilikinya secara optimal. Kepadatan aktivitas di Muara Jawa menuntut pengelolaan tata ruang yang cermat dan perlindungan kawasan pesisir dari degradasi.
Samboja, terletak di perbatasan langsung dengan wilayah IKN, kini menjadi salah satu kecamatan dengan pertumbuhan tercepat dan paling strategis di Kukar. Kecamatan ini adalah kunci bagi pengembangan infrastruktur perumahan, konektivitas jalan tol, dan fasilitas pendukung IKN. Samboja juga dikenal karena keberadaan kawasan konservasi, terutama Kebun Raya Balikpapan dan aktivitas konservasi orangutan di kawasan Samboja Lestari. Peran Samboja adalah menyeimbangkan antara kebutuhan pembangunan masif akibat IKN dan perlindungan lingkungan yang vital bagi Kalimantan. Potensi pariwisata alam Samboja, termasuk pantai dan hutan konservasi, menjadi aset berharga. Pengembangan Samboja diprioritaskan sebagai kota satelit yang modern, menyediakan hunian berkualitas, layanan kesehatan, dan pendidikan bagi pekerja IKN. Sektor properti dan jasa konstruksi mengalami lonjakan signifikan di Samboja. Pemerintah Kukar memastikan bahwa pertumbuhan Samboja terencana dengan baik, menghindari pembangunan liar, dan menjaga koridor hijau tetap utuh. Samboja mewakili masa depan Kukar sebagai kawasan urban penyangga yang modern dan sadar lingkungan, menjembatani Kukar dengan pusat pemerintahan baru Indonesia.
Loa Kulu memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan pertambangan dan perkebunan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fokus pembangunan bergeser ke sektor pertanian dan pariwisata. Loa Kulu terkenal dengan gua-gua alamnya yang menarik dan potensi pengembangan agrowisata berbasis komoditas lokal. Keberadaan sungai dan lahan yang subur mendukung budidaya berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura. Loa Kulu berfungsi sebagai penyeimbang industri di Kukar, menyediakan pasokan pangan dan berupaya mengembangkan kawasan wisata yang berbasis alam dan petualangan. Konektivitas jalan darat di Loa Kulu cukup baik, memudahkannya untuk mengirimkan produk pertanian ke Tenggarong dan Samarinda. Pengembangan desa wisata di Loa Kulu menjadi strategi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan mempromosikan kearifan lokal. Upaya rehabilitasi lahan bekas tambang juga menjadi fokus di Loa Kulu, mengubah area yang terdegradasi menjadi kawasan hijau atau pertanian produktif. Loa Kulu adalah contoh transisi ekonomi di Kukar, perlahan bergerak meninggalkan ketergantungan pada tambang menuju sektor primer yang berkelanjutan.
Loa Janan merupakan salah satu gerbang masuk utama Kukar dari arah Samarinda. Kecamatan ini sangat padat dengan aktivitas industri, logistik, dan perdagangan. Lokasinya yang berada di tepi Sungai Mahakam menjadikannya pusat bongkar muat dan aktivitas pelayaran. Industri perkayuan dan manufaktur skala kecil banyak ditemukan di Loa Janan. Selain itu, banyak pekerja yang tinggal di Loa Janan karena aksesnya yang mudah ke Samarinda dan Tenggarong. Tantangan di Loa Janan adalah mengelola kepadatan penduduk dan lalu lintas logistik yang tinggi, sambil memastikan pengendalian tata ruang di sepanjang bantaran sungai. Potensi jasa dan perdagangan di Loa Janan sangat besar, dan kecamatan ini menjadi hub ekonomi yang penting. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan penataan kawasan industri menjadi prioritas. Loa Janan mencerminkan dinamika ekonomi Kukar yang berdekatan dengan pusat-pusat metropolitan, membutuhkan pengelolaan yang efisien dan fokus pada penyediaan layanan perkotaan yang memadai. Pengembangan kawasan permukiman vertikal dan penataan ulang pasar tradisional juga merupakan bagian dari strategi pembangunan di Loa Janan.
Kota Bangun dikenal sebagai kawasan perikanan air tawar terbesar di Kukar, terutama karena keberadaan danau-danau besar seperti Danau Semayang, Danau Melintang, dan Danau Jempang yang masuk dalam wilayahnya. Perikanan keramba dan tangkap menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Kota Bangun adalah pusat ekosistem perairan Mahakam yang kaya, dan memiliki keunikan budaya sungai yang kuat. Selain perikanan, pertanian dan peternakan juga signifikan. Kota Bangun memiliki peran penting dalam ketahanan pangan hewani Kukar. Pengembangan pariwisata berbasis danau, seperti wisata memancing dan pengamatan burung, mulai menarik perhatian. Namun, Kota Bangun menghadapi tantangan serius terkait konservasi ekosistem danau dari sedimentasi dan polusi, terutama yang diakibatkan oleh aktivitas di hulu. Pembangunan infrastruktur di Kota Bangun fokus pada konektivitas antar desa dan peningkatan fasilitas pengolahan hasil perikanan. Kota Bangun adalah simbol kekayaan hayati Kukar, dan kelestariannya adalah kunci bagi masa depan perikanan air tawar Kalimantan Timur. Upaya edukasi kepada masyarakat mengenai praktik perikanan yang berkelanjutan terus dilakukan.
Anggana terletak di pesisir timur Kukar dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan maritim dan delta Sungai Mahakam. Kecamatan ini memiliki potensi perikanan laut, tambak udang, dan pengembangan minyak dan gas bumi (Migas) lepas pantai. Masyarakat Anggana secara tradisional berprofesi sebagai nelayan. Keunikan Anggana terletak pada ekosistem mangrove yang luas, yang berfungsi sebagai benteng alami dan habitat berbagai jenis biota laut. Pengembangan Anggana diarahkan untuk mengoptimalkan potensi maritim, termasuk peningkatan teknologi penangkapan ikan dan pengolahan hasil laut. Selain itu, kawasan mangrove di Anggana memiliki potensi ekowisata yang besar. Pembangunan infrastruktur penunjang sektor kelautan, seperti dermaga dan tempat pelelangan ikan, menjadi fokus utama. Anggana juga berperan dalam sektor energi, namun tantangan lingkungan harus diatasi secara serius. Konservasi mangrove dan perlindungan garis pantai adalah hal yang mendesak di Anggana. Kecamatan ini mewakili wajah pesisir Kukar yang perlu dikembangkan secara lestari, menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya dan konservasi lingkungan maritim yang rapuh.
Sebulu dikenal memiliki sektor pertanian yang cukup kuat, terutama perkebunan sawit dan karet. Lokasinya yang berada di sepanjang jalur Mahakam juga mendukung aktivitas logistik dan transportasi sungai. Sebulu memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan dan agrobisnis. Peningkatan produktivitas pertanian menjadi fokus utama, termasuk penggunaan bibit unggul dan teknik bertani modern. Pengembangan industri hilir berbasis hasil pertanian, seperti pengolahan minyak sawit mentah atau karet, juga didorong di Sebulu. Kehadiran komunitas transmigran dan lokal menciptakan keragaman sosial dan pertukaran pengetahuan dalam sektor pertanian. Sebulu merupakan salah satu kawasan prioritas untuk ketahanan pangan non-padi di Kukar. Infrastruktur jalan desa dan fasilitas irigasi menjadi target pembangunan. Sebulu adalah contoh bagaimana Kukar berupaya mencapai kemandirian pangan dan energi melalui pengelolaan sumber daya lahan yang efisien dan berkelanjutan, menjadikannya pemasok penting bagi kebutuhan IKN.
Muara Muntai adalah kecamatan unik yang terkenal dengan rumah-rumah panggung tradisional di atas air yang membentang di sepanjang sungai. Budaya Kutai di Muara Muntai sangat kental, terutama dalam arsitektur dan gaya hidup masyarakatnya yang bergantung pada sungai dan danau. Potensi pariwisata budaya dan ekowisata di Muara Muntai sangat tinggi, menawarkan pengalaman hidup unik di atas air, serta akses ke Danau Jempang dan sekitarnya. Tantangan utama di Muara Muntai adalah pelestarian struktur bangunan tradisional dan pengelolaan sanitasi lingkungan perairan. Pembangunan di Muara Muntai ditekankan pada pengembangan pariwisata berbasis komunitas dan pelestarian warisan arsitektur. Penguatan identitas budaya lokal dan peningkatan fasilitas kesehatan serta pendidikan yang dapat diakses melalui jalur air menjadi fokus. Muara Muntai adalah permata budaya Kukar yang menunjukkan adaptasi manusia terhadap lingkungan perairan, sebuah kisah arsitektur yang hidup dan kaya akan tradisi sungai. Upaya promosi Muara Muntai sebagai destinasi wisata budaya unggulan terus digencarkan.
Kenohan terletak di pedalaman Kukar dan dikenal sebagai wilayah yang masih memiliki hutan alam yang relatif utuh, serta komunitas Dayak yang kuat. Ekonomi Kenohan sebagian besar didukung oleh pertanian lahan kering, perkebunan, dan hasil hutan non-kayu. Kecamatan ini memiliki potensi besar dalam ekowisata dan pengembangan produk kerajinan tangan tradisional Dayak. Kenohan berfungsi sebagai salah satu penjaga kearifan lokal Kukar, di mana praktik adat dan konservasi lingkungan berjalan beriringan. Pengembangan di Kenohan berfokus pada peningkatan aksesibilitas melalui pembangunan jalan dan jembatan, serta dukungan terhadap industri kreatif lokal, seperti tenun dan ukiran. Tantangan di Kenohan meliputi isu legalitas lahan dan pencegahan deforestasi. Pemerintah daerah bekerja sama dengan masyarakat adat untuk mempromosikan pertanian berkelanjutan dan praktik pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. Kenohan adalah jantung hijau Kukar yang menyumbang pada keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya Dayak yang tak ternilai harganya.
Kembang Janggut adalah kecamatan yang terletak jauh di hulu, dengan karakteristik geografis perbukitan dan hutan tropis. Kecamatan ini memiliki potensi besar dalam agrobisnis, terutama komoditas perkebunan dan kehutanan. Kembang Janggut merupakan wilayah yang kaya akan flora dan fauna endemik, menjadikannya kawasan penting untuk konservasi. Pembangunan di Kembang Janggut dihadapkan pada tantangan konektivitas dan aksesibilitas. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan dan listrik, menjadi prioritas utama. Pengembangan pariwisata alam berbasis petualangan dan minat khusus juga menjadi fokus, memanfaatkan keindahan alam Kembang Janggut yang masih perawan. Komunitas Dayak di Kembang Janggut memiliki tradisi yang unik dan memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan alam. Kembang Janggut adalah cerminan dari Kukar yang berupaya menjaga kelestarian lingkungan hutan tropisnya sambil mengembangkan potensi ekonomi lokal yang berkelanjutan.
Tabang adalah kecamatan terluas dan paling utara di Kukar, berbatasan dengan kabupaten lain di Kalimantan Timur. Wilayahnya didominasi oleh hutan dan perbukitan. Akses ke Tabang seringkali sulit, yang menjadikannya kawasan yang memerlukan perhatian khusus dalam pembangunan infrastruktur. Potensi utama Tabang adalah pertambangan mineral dan hasil hutan non-kayu. Namun, fokus pembangunan diarahkan pada pembangunan infrastruktur dasar dan peningkatan layanan publik bagi masyarakat di daerah terpencil. Pemberdayaan masyarakat adat Dayak, khususnya dalam pengelolaan hutan berbasis komunitas, adalah kunci di Tabang. Tabang memiliki kekayaan budaya dan tradisi Dayak yang perlu dilestarikan dan dipromosikan. Pemerintah Kukar berupaya menghubungkan Tabang dengan pusat-pusat ekonomi lain melalui pembangunan jalan penghubung lintas pedalaman. Tabang melambangkan tantangan geografis Kukar, tetapi juga potensi alam yang luar biasa yang harus dikelola dengan bijak dan berkelanjutan, menghormati hak-hak masyarakat adat yang telah lama mendiami wilayah tersebut.
Kembali ke Tenggarong Seberang, perlu dipertegas lagi bahwa fungsinya bukan hanya lumbung pangan tetapi juga koridor industri ringan. Dengan semakin padatnya Tenggarong, Seberang menjadi area ekspansi alami untuk perumahan dan fasilitas penunjang. Upaya pengembangan kawasan ini mencakup pembangunan jaringan air bersih, peningkatan fasilitas olahraga, dan area rekreasi keluarga. Tenggarong Seberang adalah salah satu wilayah yang paling siap untuk menerima limpahan populasi dari perkembangan IKN. Keseimbangan antara pertanian intensif dan pertumbuhan urbanisasi adalah tantangan utama di sini. Penataan ruang yang ketat diperlukan untuk memastikan lahan pertanian produktif tidak beralih fungsi secara sembarangan. Pengembangan klaster industri kecil menengah (IKM) berbasis hasil pertanian dan kerajinan tangan juga didorong di Tenggarong Seberang. Kontribusi Seberang bagi Kukar adalah sebagai jembatan antara kebutuhan perkotaan yang modern dan kebutuhan pasokan pangan regional. Wilayah ini menjadi laboratorium untuk integrasi pembangunan kota dan desa yang efisien di Kukar.
Marang Kayu terletak di pesisir utara Kukar, berbatasan dengan Kutai Timur. Kecamatan ini memiliki potensi perikanan laut dan pertambangan. Marang Kayu memiliki garis pantai yang panjang, menjadikannya strategis untuk pengembangan pelabuhan perikanan dan pariwisata bahari. Potensi ekowisata pantai dan mangrove di Marang Kayu mulai dikembangkan. Pembangunan infrastruktur di Marang Kayu difokuskan pada peningkatan kualitas jalan pesisir dan fasilitas perikanan. Keberadaan industri Migas juga memberikan dinamika ekonomi tersendiri. Namun, Kukar memastikan bahwa kegiatan industri di Marang Kayu dilakukan dengan memperhatikan perlindungan lingkungan maritim. Pengembangan sumber daya manusia di Marang Kayu diarahkan untuk mendukung sektor perikanan modern dan jasa pariwisata. Marang Kayu mewakili potensi Kukar di sektor kelautan yang belum sepenuhnya tergarap, sebuah wilayah yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi biru di masa depan.
Sanga-Sanga memiliki sejarah panjang sebagai salah satu pusat minyak dan gas bumi tertua di Kalimantan Timur, sejak zaman kolonial Belanda. Warisan sejarah perminyakan Sanga-Sanga masih terlihat dalam infrastruktur dan tata kotanya. Saat ini, Sanga-Sanga berupaya melakukan diversifikasi ekonomi di luar Migas, menuju pertanian dan pengembangan sejarah industri sebagai daya tarik wisata. Potensi pariwisata sejarah di Sanga-Sanga, yang berkaitan dengan pengeboran minyak pertama dan perjuangan kemerdekaan, sangat unik. Pengembangan Sanga-Sanga difokuskan pada revitalisasi area bersejarah dan peningkatan sektor pertanian. Upaya rehabilitasi lingkungan bekas tambang juga menjadi isu penting di Sanga-Sanga. Meskipun jejak industri beratnya masih ada, Sanga-Sanga kini berjuang untuk menciptakan identitas baru sebagai kawasan yang ramah lingkungan dan kaya akan sejarah industri, menawarkan narasi berbeda dalam perjalanan Kukar.
Muara Badak, seperti Anggana dan Marang Kayu, adalah kecamatan pesisir yang kaya akan sumber daya alam, khususnya Migas dan perikanan. Lokasinya yang dekat dengan laut dan sungai menjadikannya kawasan strategis logistik. Muara Badak memiliki potensi pariwisata pantai dan ekowisata mangrove yang besar. Pembangunan di Muara Badak diarahkan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan industri Migas dan pelestarian lingkungan pesisir. Pengembangan desa wisata berbasis perikanan dan kerajinan laut menjadi fokus pemberdayaan masyarakat. Infrastruktur pelabuhan dan jalan di Muara Badak terus ditingkatkan untuk mendukung kegiatan ekonomi dan logistik. Muara Badak adalah salah satu garda terdepan Kukar dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan pesisir, memerlukan perhatian serius dalam pengelolaan tata ruang dan konservasi. Perannya sebagai salah satu pintu gerbang energi Kukar tetap vital, namun diiringi komitmen kuat terhadap keberlanjutan.
Sebagai kabupaten penyangga IKN, Kukar berada di persimpangan jalan antara mempertahankan warisan budayanya yang kaya dan menghadapi gelombang modernisasi serta urbanisasi yang tak terelakkan. Tantangan utama Kukar adalah memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, merata di 18 kecamatan, dan tidak hanya terpusat di area yang dekat dengan IKN.
Pengelolaan sumber daya alam pasca-tambang menjadi isu krusial. Kukar harus berhasil melakukan transisi ekonomi menuju sektor yang berkelanjutan, seperti agrobisnis modern, pariwisata berbasis ekologi dan budaya, serta industri pengolahan. Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi adalah kunci untuk mempersiapkan sumber daya manusia Kukar agar mampu bersaing dan mengambil peran sentral dalam pembangunan IKN.
Kutai Kartanegara memiliki semua modal: sejarah yang kuat, sumber daya alam yang melimpah, dan posisi geografis yang tak tertandingi. Dengan perencanaan yang matang, Kukar tidak hanya akan menjadi gerbang, tetapi juga jantung yang terus memompa kehidupan dan identitas bagi Ibu Kota Nusantara dan Kalimantan Timur secara keseluruhan. Kukar akan berdiri sebagai monumen peradaban yang berhasil memadukan warisan leluhur dengan cita-cita masa depan yang cerah dan berkelanjutan. Transformasi ini akan memastikan bahwa nama Kukar senantiasa dikaitkan dengan kemajuan, kebudayaan, dan kelestarian alam di masa depan Indonesia.