Dalam lanskap teknologi modern yang didorong oleh kebutuhan akan efisiensi dan kecepatan, layar belah atau split screen telah menjadi salah satu fitur fundamental yang mendefinisikan ulang cara kita berinteraksi dengan perangkat digital. Fitur ini bukan sekadar alat pelengkap, melainkan sebuah filosofi desain antarmuka yang memungkinkan pengguna untuk memaksimalkan ruang tampilan mereka, menjalankan dua, atau bahkan lebih, aplikasi secara bersamaan, tanpa perlu beralih konteks (context switching) yang memakan waktu dan energi kognitif.
Konsep layar belah telah mengalami evolusi signifikan, berawal dari alat bantu navigasi di sistem operasi desktop, hingga menjadi fitur inti yang mengubah tablet dan ponsel pintar menjadi pusat produktivitas yang sesungguhnya. Eksplorasi mendalam ini akan mengupas tuntas sejarah, mekanisme kerja, implementasi lintas platform, tantangan teknis, hingga masa depan fitur layar belah sebagai pilar utama efisiensi digital.
Layar belah merujuk pada kemampuan sistem operasi untuk menampilkan dua atau lebih jendela aplikasi yang terpisah dan berinteraksi secara aktif pada satu layar fisik yang sama. Keindahan fitur ini terletak pada kemampuannya untuk membagi sumber daya tampilan, menciptakan lingkungan kerja yang terintegrasi di mana informasi dapat dipindahkan, dibandingkan, atau disinkronkan secara real-time.
Akar dari layar belah sebetulnya bisa ditelusuri kembali ke awal mula komputasi grafis (GUI). Ketika sistem operasi mulai menggunakan paradigma jendela (seperti Xerox Alto dan kemudian Microsoft Windows/Apple Macintosh), pengguna sudah bisa meletakkan dua jendela bersebelahan. Namun, 'layar belah' dalam definisi modern—yang menawarkan pengaturan otomatis, pembagian rasio yang mudah disesuaikan, dan manajemen sumber daya terpusat—mulai matang di era desktop 2000-an.
Di lingkungan desktop, fitur ini dikenal sebagai Snap Assist (Windows) atau Split View (macOS). Tujuannya adalah menghilangkan frustrasi penataan jendela secara manual, memungkinkan pengguna 'mengunci' jendela ke sisi kiri, kanan, atau bahkan sudut layar dengan gerakan atau pintasan keyboard yang cepat. Inovasi ini secara drastis mengurangi waktu yang dihabiskan untuk manajemen jendela, mengalihkan fokus pengguna sepenuhnya pada tugas yang sedang dijalankan.
Salah satu sektor yang paling awal mengadopsi konsep layar belah adalah industri permainan video, khususnya mode multiplayer lokal. Sejak era konsol 16-bit, dan puncaknya di era PlayStation 2 dan Xbox, game balapan atau tembak-menembak sering menggunakan layar belah vertikal atau horizontal agar dua pemain dapat berbagi pengalaman bermain pada satu televisi. Fenomena ini, meskipun secara teknis berbeda (karena sistem hanya menjalankan satu aplikasi yang membagi output visualnya), mengajarkan pengguna awal tentang efektivitas pembagian ruang tampilan untuk interaksi simultan.
Pengenalan layar belah pada perangkat seluler—khususnya ponsel pintar yang layarnya secara tradisional dianggap terlalu kecil—merupakan titik balik terbesar. Dengan ukuran layar yang terus membesar, kemampuan untuk menjalankan dua aplikasi secara berdampingan mengubah perangkat mobile dari alat konsumsi konten menjadi alat produksi konten yang serius.
Android adalah salah satu sistem operasi seluler pertama yang mengintegrasikan fitur layar belah secara native, dimulai dari Android 7.0 Nougat. Implementasi ini bersifat fleksibel, memungkinkan pembagian layar horizontal (mode potret) atau vertikal (mode lanskap), serta penyesuaian rasio antara aplikasi (misalnya, 50/50, 70/30, atau 30/70).
Proses aktivasi pada umumnya melibatkan beberapa langkah cepat, meskipun sedikit bervariasi tergantung pabrikan (Samsung, Xiaomi, Google Pixel):
Beberapa produsen Android telah memperluas fungsionalitas ini. Samsung, misalnya, dengan Multi-Active Window, memungkinkan menjalankan hingga tiga aplikasi sekaligus di layar yang sama, ditambah jendela mengambang (pop-up view). Inovasi ini semakin menipiskan batas antara produktivitas desktop dan mobile.
Apple awalnya menahan diri dalam mengimplementasikan layar belah pada iPhone, berargumen bahwa layar kecil mendorong fokus tunggal. Namun, fitur ini menjadi inti dari produktivitas iPadOS melalui Split View dan Slide Over.
Split View memungkinkan dua aplikasi berjalan secara berdampingan dan berinteraksi. Ini sangat penting untuk alur kerja seperti menulis dokumen sambil merujuk PDF, atau mengatur email sambil melihat jadwal.
Fitur Slide Over memungkinkan aplikasi ketiga mengambang sebagai jendela tipis di atas dua aplikasi Split View. Aplikasi ini mudah diakses dan disembunyikan, ideal untuk alat referensi cepat seperti kalkulator atau pesan instan. Kombinasi Split View dan Slide Over adalah inti dari ekosistem multitasking iPadOS.
Meskipun iPhone modern memiliki layar yang besar, Apple belum secara resmi mengimplementasikan layar belah penuh (dua aplikasi aktif berdampingan) seperti Android. Multitasking di iPhone umumnya berfokus pada Picture-in-Picture (PiP) untuk video dan peralihan konteks yang cepat.
Di lingkungan desktop, di mana pengguna sering berhadapan dengan monitor beresolusi tinggi dan bahkan pengaturan multi-monitor, layar belah menjadi standar mutlak, bukan lagi sekadar fitur tambahan. Manajemen jendela yang efisien adalah kunci untuk menghindari kelebihan beban kognitif (cognitive overload).
Microsoft memperkenalkan Aero Snap di Windows 7, yang kemudian berkembang menjadi Snap Assist yang jauh lebih cerdas di Windows 10 dan 11. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk 'menjepret' jendela ke berbagai posisi dengan mudah menggunakan mouse atau pintasan keyboard.
Kekuatan utama Snap Assist terletak pada kecepatan pintasan keyboard, memungkinkan penataan jendela tanpa harus menyentuh mouse:
Windows 11 memperkenalkan Snap Layouts yang revolusioner. Dengan mengarahkan kursor ke tombol maksimalkan pada jendela, pengguna disajikan pratinjau tata letak yang tersedia. Ini memungkinkan pembagian layar menjadi sepertiga, kuadran, atau rasio asimetris lainnya (misalnya, 60/40), yang sangat penting untuk monitor ultrawide.
macOS mengimplementasikan layar belah melalui fitur Split View, yang secara filosofis berbeda dari Windows. Di macOS, Split View bekerja dalam mode Full Screen. Begitu dua aplikasi berada di Split View, mereka menjadi satu 'ruang kerja' atau Space, yang meminimalkan gangguan dari desktop atau jendela lainnya.
Untuk mengaktifkan:
Meskipun tampak sederhana, fitur layar belah melibatkan manajemen sumber daya yang kompleks di balik layar, sekaligus memberikan manfaat psikologis dan ergonomis yang signifikan bagi pengguna.
Menjalankan dua aplikasi secara aktif berdampingan membutuhkan perhatian khusus dari sistem operasi. Prosesor dan GPU harus merender dua antarmuka secara simultan, dan yang lebih penting, sistem harus memastikan kedua aplikasi menerima siklus CPU yang cukup untuk tetap responsif, bahkan saat salah satunya tidak aktif disentuh.
Di ponsel, kendala utama adalah RAM. Jika salah satu aplikasi di layar belah membutuhkan banyak RAM (misalnya, game atau editor video), aplikasi yang lain mungkin terpaksa dimuat ulang atau di-pause sementara oleh sistem. OS modern seperti Android dan iOS menggunakan teknik kompresi memori dan manajemen latar depan/latar belakang yang cerdas untuk meminimalkan jeda ini.
Ketika layar terbagi, setiap aplikasi harus menyesuaikan antarmuka visualnya ke ruang yang lebih sempit. Ini melibatkan perubahan DPI scaling dan layout re-rendering. Aplikasi yang dirancang dengan baik akan mampu beradaptasi secara mulus (prinsip desain responsif), sementara aplikasi lama atau yang tidak dioptimalkan mungkin menunjukkan tata letak yang canggung atau bahkan mogok.
Manfaat terpentri layar belah bukanlah peningkatan kecepatan komputasi, melainkan peningkatan kualitas interaksi pengguna dan pengurangan beban mental.
Context switching—yaitu tindakan mengalihkan perhatian dari satu tugas ke tugas lainnya—terbukti memakan waktu dan menurunkan kualitas hasil kerja. Dengan layar belah, informasi yang dibutuhkan (sumber) dan area kerja (tujuan) ditampilkan secara bersamaan. Pengguna tidak perlu menghabiskan waktu berdetik-detik mencari jendela yang tepat atau memuat ulang konteks mental mereka setelah beralih. Ini secara substansial meningkatkan flow state atau kondisi fokus mendalam.
Otak manusia sangat baik dalam mengingat lokasi fisik objek (memori spasial). Ketika Anda membagi layar, Anda memberikan lokasi fisik yang konsisten pada aplikasi Anda (misalnya, email selalu di kiri, dokumen di kanan). Ketika Anda kembali ke layar belah tersebut, otak Anda secara instan mengenali konteks dan lokasi informasi, mempercepat pemrosesan dan pengambilan keputusan.
Penerapan layar belah melintasi berbagai profesi, memberikan solusi unik untuk tantangan multitasking spesifik. Efek produktivitasnya sangat terasa pada pekerjaan yang bersifat komparatif, referensial, atau membutuhkan input ganda.
Bagi akademisi, layar belah adalah kebutuhan pokok. Mereka sering kali perlu:
Kemampuan untuk menyalin kutipan, memeriksa data, atau memastikan keakuratan referensi tanpa berganti jendela menghemat jam kerja secara signifikan dalam proses penulisan tesis atau artikel ilmiah.
Pengembang menggunakan layar belah untuk mengatur lingkungan pengembangan mereka:
Pada monitor ultrawide, pengaturan tiga bagian—Kode, Terminal, dan Dokumentasi—bisa menjadi standar, memungkinkan siklus kerja yang sangat cepat dari penulisan, pengujian, hingga debugging.
Analis data sering berhadapan dengan data mentah dan visualisasi. Layar belah memungkinkan mereka membandingkan set data secara langsung:
Ini memfasilitasi audit data yang cepat, memastikan bahwa tren yang diidentifikasi dalam visualisasi benar-benar didukung oleh angka-angka di sumbernya.
Agen layanan pelanggan sering harus mengelola banyak sistem secara bersamaan. Layar belah memungkinkan mereka:
Meskipun layar belah menawarkan efisiensi tinggi, fitur ini tidak tanpa tantangan. Beberapa masalah berkaitan dengan kompatibilitas aplikasi, sementara yang lain berkaitan dengan batasan perangkat keras itu sendiri.
Tidak semua aplikasi dirancang untuk mendukung layar belah. Aplikasi yang kaku atau tidak menggunakan kerangka kerja responsif mungkin menolak mode ini atau berfungsi dengan buruk. Pada Android, pengembang harus secara eksplisit menyatakan dukungan mereka (melalui manifest file) untuk mode multi-jendela. Jika tidak, sistem operasi mungkin memblokir upaya pembagian layar, terutama pada rasio yang ekstrem.
Namun, produsen OS telah menyediakan solusi darurat. Beberapa versi Android dan iPadOS memiliki opsi pengembang untuk 'memaksa' semua aplikasi masuk ke mode layar belah, meskipun hasil visualnya tidak dapat dijamin optimal.
Efektivitas layar belah sangat berkorelasi dengan ukuran fisik dan resolusi layar. Pada ponsel dengan layar di bawah 6 inci, meskipun secara teknis mungkin, pembagian layar sering kali membuat kedua aplikasi terlalu sempit untuk digunakan secara produktif. Hal ini menciptakan kebutuhan akan solusi yang lebih adaptif, seperti perangkat lipat (foldable).
Perangkat lipat (seperti seri Samsung Galaxy Fold) mewakili evolusi alami dari konsep layar belah. Saat perangkat dibuka, ruang layarnya setara dengan tablet, memungkinkan tiga hingga empat aplikasi berjalan simultan dengan jendela aktif, sering kali didukung oleh bilah tugas (taskbar) ala desktop. Ini mengatasi batasan ukuran layar fisik pada ponsel tradisional, menjadikan multitasking super canggih menjadi portabel.
Fenomena ini disebut Continuity, di mana aplikasi dapat beralih dari layar luar (yang lebih kecil) ke layar lipat (yang lebih besar) tanpa mengganggu alur kerja layar belah yang sedang berjalan, memelihara konfigurasi jendela yang sudah diatur pengguna.
Untuk pengguna desktop yang membutuhkan kontrol lebih presisi daripada yang ditawarkan oleh Snap Assist Windows atau Split View macOS, tersedia berbagai utilitas pihak ketiga. Aplikasi seperti FancyZones (bagian dari Microsoft PowerToys) di Windows atau Magnet di macOS memungkinkan pengguna menentukan zona pembagian layar yang sangat spesifik (misalnya, grid 3x3) dan menggeser jendela ke zona tersebut dengan pintasan kustom.
Inovasi dalam layar belah tidak berhenti pada pembagian 50/50. Tren saat ini menunjukkan pergerakan menuju manajemen jendela yang lebih dinamis, integrasi AI, dan pemanfaatan perangkat keras baru.
Masa depan layar belah akan lebih fokus pada sistem adaptif yang menggunakan pembelajaran mesin. Sistem ini akan memprediksi aplikasi mana yang perlu dibuka berdampingan berdasarkan konteks pekerjaan atau waktu hari, dan secara otomatis menyusun tata letak terbaik bagi pengguna. Misalnya, jika Anda membuka email dan pukul 9 pagi, sistem mungkin secara otomatis membuka Kalender Anda di sisi kanan, dengan rasio 70/30.
Konsep layar belah akan bertransformasi sepenuhnya di lingkungan Realitas Virtual (VR) dan Realitas Tertambah (AR). Daripada terbatas pada dua dimensi layar fisik, pengguna akan memiliki 'layar virtual' yang tak terbatas, di mana mereka dapat menambatkan (pin) aplikasi di ruang tiga dimensi. Anda bisa memiliki monitor kode di depan, dokumentasi mengambang di kanan, dan jendela komunikasi di kiri. Meskipun bukan lagi 'layar belah' dalam arti literal, filosofi multitasking berdampingan tetap berlaku, hanya saja skalanya tidak terbatas oleh ukuran monitor.
Monitor ultrawide (21:9 atau 32:9) pada dasarnya adalah kanvas besar yang dirancang untuk layar belah. Di sini, Snap Layouts (Windows) dan pengelola jendela pihak ketiga menjadi wajib. Pembagian tiga atau empat bagian yang sama menjadi praktis dan efisien. Di lingkungan multi-monitor, sistem operasi harus secara cerdas mengingat posisi tata letak layar belah di setiap monitor, sebuah fitur yang terus ditingkatkan oleh Windows dan macOS.
Untuk menguasai produktivitas desktop, memahami nuansa fitur Snap Assist di Windows adalah krusial. Sistem ini lebih dari sekadar pembagian 50/50; ini adalah kerangka kerja manajemen ruang kerja yang dinamis.
Windows 11 memperkenalkan konsep Snap Groups. Setelah Anda menata dua atau lebih aplikasi menggunakan Snap Layouts, Windows secara otomatis mengingat konfigurasi tersebut sebagai satu kesatuan. Jika Anda meminimalkan kelompok tersebut, kelompok itu akan muncul sebagai satu item tunggal di taskbar. Mengklik item tersebut akan mengembalikan semua jendela ke posisi yang tepat seperti semula. Ini mengatasi salah satu frustrasi terbesar multitasking: kehilangan konfigurasi jendela saat berganti tugas sementara.
Ketika menggunakan banyak monitor, Windows 11 memungkinkan setiap monitor memiliki tata letak Snap Layouts yang berbeda secara independen. Pengguna dapat memilih untuk 'mengunci' Snap Group pada monitor spesifik. Fitur ini sangat berguna bagi para profesional yang memiliki layar vertikal (untuk kode atau dokumen panjang) dan layar horizontal (untuk aplikasi utama).
Beberapa aplikasi warisan atau yang memiliki perbatasan jendela kustom mungkin menolak untuk di-snap. Dalam kasus ini, pastikan pengaturan Multitasking di Windows diaktifkan. Pengaturan ini juga memungkinkan Anda menonaktifkan fitur Snap Assist secara keseluruhan atau menonaktifkan opsi untuk secara otomatis menampilkan jendela yang tersisa setelah Anda menjepret satu jendela.
Di ekosistem Android, fungsionalitas layar belah sering diperluas oleh kulit (skin) OEM seperti One UI (Samsung) atau MIUI (Xiaomi), menawarkan kapabilitas yang melampaui Android murni.
Banyak perangkat Android premium mendukung jendela mengambang (seperti Pop-up View di Samsung). Ini memungkinkan Anda menjalankan aplikasi di atas mode layar belah, sehingga memungkinkan tiga atau bahkan empat aplikasi aktif. Misalnya, Anda bisa memiliki YouTube di bagian atas, Google Keep di bagian bawah, dan aplikasi Kalkulator mengambang kecil di tengah. Ini adalah transisi halus antara mode mobile dan desktop.
Salah satu alasan utama menggunakan layar belah adalah kemampuan untuk drag-and-drop konten. Android modern mendukung fitur ini, memungkinkan pengguna menyeret teks, gambar, atau tautan dari satu aplikasi ke aplikasi lain saat dalam mode layar belah. Ini adalah fitur yang sangat meningkatkan produktivitas, misalnya, menarik foto dari Galeri ke pesan email yang sedang diketik.
Penggunaan layar belah yang intensif, terutama pada layar kecil, dapat menimbulkan risiko ergonomis jika tidak dikelola dengan baik. Memahami bagaimana mata dan postur tubuh merespons pembagian layar adalah kunci untuk mempertahankan produktivitas jangka panjang.
Secara ergonomis, tidak semua tugas cocok untuk pembagian 50/50. Ketika kita membagi layar secara merata, mata kita sering dipaksa untuk terus-menerus melompat di sepanjang garis tengah, yang dapat menyebabkan kelelahan mata digital.
Para ahli merekomendasikan penggunaan rasio yang asimetris (misalnya, 70/30 atau 60/40) untuk pekerjaan berbasis referensi. Aplikasi yang membutuhkan input paling banyak (seperti editor dokumen) harus mengambil ruang yang lebih besar (70%), dan aplikasi referensi (seperti obrolan atau panduan) mengambil ruang yang lebih kecil. Ini memfokuskan pusat pandangan mata Anda pada area kerja utama.
Pada layar desktop, layar belah dapat memaksa mata Anda untuk sering melihat ke samping, atau bahkan memutar kepala jika Anda menggunakan layar ultrawide yang sangat besar. Untuk mengatasi ini:
Ketika dua aplikasi dengan tema visual berbeda (misalnya, satu dengan mode terang dan satu dengan mode gelap) ditempatkan berdampingan, kontras mendadak dapat menyebabkan ketegangan mata. Jika memungkinkan, sinkronkan mode warna kedua aplikasi (misalnya, paksa keduanya menggunakan mode gelap) saat menggunakan layar belah untuk lingkungan yang lebih lembut secara visual.
Setiap sistem operasi mendekati implementasi layar belah dengan filosofi yang berbeda, mencerminkan prioritas desain dan target pengguna platform tersebut.
Windows (Snap Assist): Mengutamakan kebebasan. Jendela yang di-snap masih merupakan jendela biasa yang berada di desktop utama. Ini memungkinkan interaksi cepat dengan ikon desktop, taskbar, dan pintasan sistem lainnya. Fleksibilitas ini adalah kekuatan utamanya.
macOS (Split View): Mengutamakan isolasi. Begitu diaktifkan, Split View menjadi lingkungan kerja full-screen yang terpisah, menghilangkan semua gangguan visual. Meskipun ini ideal untuk penulisan mendalam dan fokus, ia mengorbankan akses cepat ke file desktop atau aplikasi lain yang tidak ada di dalam Space tersebut.
Android: Menawarkan tingkat kontrol manual yang tinggi. Pengguna sering harus melalui beberapa langkah untuk mengaktifkan mode ini, tetapi setelah aktif, kontrol rasio dan fitur jendela mengambang sangat kaya. Android memprioritaskan kemampuan perangkat keras.
iPadOS: Menawarkan pengalaman yang lebih terotomasi dan gestural. Aktivasi melalui Dock terasa mulus dan intuitif. Meskipun kontrol rasionya lebih terbatas daripada Android, ia terintegrasi erat dengan fitur Stage Manager (pada iPad yang lebih baru) untuk manajemen jendela yang lebih kompleks dan berbasis grid.
Menguasai layar belah berarti mengembangkan kebiasaan dan alur kerja yang memaksimalkan interaksi antara dua aplikasi atau lebih.
Selalu posisikan aplikasi yang berisi informasi yang Anda tarik (sumber, seperti PDF atau website) di sisi non-dominan (misalnya, kiri untuk pengguna kanan) dan aplikasi tempat Anda mengetik atau memproses (tujuan, seperti editor dokumen) di sisi dominan.
Gunakan layar belah untuk menggabungkan dua tugas yang identik secara kognitif. Misalnya, jika Anda harus memproses 50 email, buka dua klien email dan pindahkan informasi dari email lama ke email baru secara bersamaan, atau gunakan satu sisi untuk meneliti alamat dan sisi lain untuk memasukkannya ke spreadsheet.
Seorang manajer proyek dapat menggunakan konfigurasi layar belah untuk memastikan proyek berjalan sesuai rencana:
Dengan konfigurasi ini, mereka dapat merespons pertanyaan tim secara instan, sekaligus memperbarui status pekerjaan di platform manajemen proyek tanpa kehilangan konteks. Ini mengurangi latensi komunikasi dan memastikan data proyek selalu mutakhir.
Untuk menguasai layar belah, pengguna harus melatih memori otot mereka untuk pintasan keyboard. Di Windows, paksa diri Anda menggunakan Win + Kiri/Kanan dan Win + Atas/Bawah. Semakin sering Anda menggunakan pintasan, semakin cepat Anda dapat mengatur ulang ruang kerja Anda, yang pada akhirnya menjadikan manajemen jendela sebagai tugas bawah sadar.
Layar belah bukan sekadar fitur teknis; ini adalah alat fundamental untuk meningkatkan kualitas hidup digital. Dengan memahami implementasi unik di setiap platform dan menerapkan prinsip ergonomis, setiap pengguna dapat mengubah perangkat mereka, dari ponsel hingga monitor ultrawide, menjadi pusat multitasking yang efisien dan minim stres.
Integrasi fitur layar belah yang terus menerus dan semakin canggih dalam sistem operasi modern menegaskan bahwa permintaan akan manajemen ruang kerja yang visual dan simultan adalah abadi. Dari sekadar pembagian statis, layar belah kini berkembang menjadi sistem manajemen jendela yang adaptif dan cerdas, siap menghadapi tuntutan produktivitas di masa depan, termasuk di lingkungan komputasi spasial (AR/VR) yang akan datang.
Fitur layar belah adalah jembatan antara kebutuhan manusia untuk fokus dan tuntutan dunia digital untuk selalu terhubung dan responsif terhadap banyak informasi. Penguasaannya adalah keterampilan penting dalam navigasi dunia digital yang serba cepat dan intensif informasi saat ini.
***
Untuk memahami sepenuhnya bagaimana layar belah berfungsi, penting untuk meninjau detail teknis yang mengatur implementasi di tingkat API sistem operasi. Kepatuhan pengembang terhadap standar ini sangat menentukan kualitas pengalaman layar belah.
Dalam mode normal, hanya satu Activity (aplikasi) yang berada dalam status Resumed (aktif/berinteraksi). Ketika mode layar belah diaktifkan di Android, kedua Activity dapat berada dalam status Resumed secara bersamaan. Ini adalah perubahan besar dari model multitasking tradisional Android. Meskipun kedua aplikasi secara teknis aktif, sumber daya input (sentuhan, keyboard) hanya diberikan kepada aplikasi yang sedang difokuskan pengguna. Sistem harus cerdas dalam mengelola prioritas UI thread dan memastikan tidak ada deadlock sumber daya.
Namun, jika Anda membagi layar menjadi tiga atau lebih (fitur yang didukung oleh beberapa OEM), hanya dua aplikasi yang dijamin berada dalam status Resumed, sisanya mungkin beralih ke status Paused atau Stopped jika sistem kehabisan memori. Pengembang yang cermat harus menguji aplikasi mereka untuk memastikan mereka dapat menangani transisi ke mode multi-window (saat onMultiWindowModeChanged() dipanggil) tanpa kehilangan data atau crash.
Ketika jendela diubah ukurannya di mode layar belah, sistem harus memanggil fungsi onConfigurationChanged(), yang memberi tahu aplikasi bahwa orientasi, ukuran, atau rasio layar telah berubah. Aplikasi modern harus menggunakan tata letak berbasis vektor (XML layout di Android, Auto Layout di iOS) yang memungkinkan elemen UI menyesuaikan diri secara proporsional. Aplikasi yang menggunakan tata letak statis (fixed layouts) akan terlihat terpotong atau kosong ketika ruangnya dipaksa menjadi kecil, merusak pengalaman layar belah.
Di desktop, tantangan ini disebut High DPI Scaling. Windows Snap harus memastikan bahwa ketika sebuah jendela di-snap ke setengah layar, elemen teks dan gambar tidak menjadi terlalu kecil atau buram pada monitor 4K. Sistem melakukan ini dengan menyesuaikan skala piksel logis, tetapi kinerja ini memerlukan dukungan dari API grafis aplikasi (seperti DirectX atau OpenGL).
Fitur layar belah mencapai potensi penuhnya melalui inter-process communication (IPC) yang mulus. Ini mencakup Clipboard Sharing dan, yang lebih canggih, Drag-and-Drop API. Di iPadOS, misalnya, sistem menyediakan kerangka kerja Drag-and-Drop yang terstandardisasi, memungkinkan pengguna menyeret foto dari Safari ke Notability, atau teks dari Notes ke Mail. Pengembang aplikasi harus secara eksplisit mengimplementasikan dukungan untuk format data yang spesifik (misalnya, teks biasa, HTML, atau URI gambar) agar fitur ini berfungsi antar aplikasi.
Pandemi telah mempercepat adopsi pembelajaran jarak jauh, menjadikan layar belah sebagai alat vital bagi siswa dan pendidik dari segala usia. Efisiensi akademik sangat bergantung pada kemampuan untuk membandingkan materi dan mencatat secara simultan.
Siswa sering dihadapkan pada sumber daya yang bervariasi—video kuliah, buku teks digital, dan alat pencatatan. Konfigurasi layar belah yang umum meliputi:
Kemampuan untuk melihat instruktur atau materi visual sambil mencatat tanpa perlu mengalihkan pandangan dari monitor adalah faktor utama dalam meningkatkan retensi informasi.
Bagi pendidik, layar belah menjadi alat untuk manajemen kelas digital. Mereka mungkin perlu membagi layar untuk menampilkan:
Penggunaan layar belah membantu pendidik menjaga kehadiran virtual yang kuat dan memastikan bahwa mereka tidak kehilangan interaksi penting dari siswa di antara slide presentasi.
Dalam konteks pengawasan ujian online (proctoring), layar belah menimbulkan dilema etika dan teknis. Beberapa sistem pengawasan memblokir total penggunaan layar belah atau mode multi-jendela, karena dianggap sebagai metode potensial untuk membuka materi referensi yang tidak diizinkan. Perangkat lunak pengawasan sering memantau API sistem operasi untuk mendeteksi apakah terjadi perubahan konfigurasi jendela multi-aktif, memaksa siswa untuk kembali ke mode satu jendela penuh.
Meskipun PC modern jarang menggunakan layar belah untuk multitasking aplikasi dalam gaming, fitur ini memiliki sejarah yang kaya dalam konsol game dan terus bertahan di genre tertentu.
Setelah puncak kejayaan di era PlayStation 2 dan Xbox 360, multiplayer layar belah lokal mengalami penurunan karena fokus industri beralih ke multiplayer online. Namun, ada kebangkitan kembali di genre tertentu, terutama game indie dan game pesta (party games), yang menghargai pengalaman sosial tatap muka. Game modern harus memiliki mekanisme rendering yang sangat efisien untuk merender lingkungan yang sama dua kali pada resolusi tinggi tanpa penurunan frame rate yang drastis.
Beberapa game canggih telah memperkenalkan layar belah dinamis. Daripada pembagian vertikal atau horizontal statis, layar hanya membelah ketika pemain terpisah jarak tertentu dalam dunia game, dan kembali menyatu ketika mereka berdekatan. Implementasi ini (sering terlihat di game Lego atau A Way Out) meningkatkan imersi sekaligus mempertahankan manfaat berbagi layar fisik tunggal.
Tantangan utama layar belah gaming adalah input. Konsol harus mendukung dua (atau empat) controller independen yang terhubung dan memetakan inputnya dengan benar ke viewport layar yang sesuai. Selain itu, RAM dan VRAM konsol harus cukup untuk menyimpan dua salinan adegan, tekstur, dan efek partikel yang berbeda secara bersamaan.
Bagi pengguna tingkat lanjut, layar belah dapat diintegrasikan ke dalam alur kerja yang lebih besar melalui skrip dan otomatisasi sistem.
Microsoft PowerToys adalah suite utilitas gratis yang sangat meningkatkan fungsionalitas Windows. Fitur FancyZones di dalamnya adalah pengelola jendela layar belah yang paling canggih saat ini. FancyZones memungkinkan pengguna untuk:
Menguasai FancyZones adalah setara dengan 'memprogram' lingkungan layar belah Anda sendiri, jauh melampaui kemampuan Snap Assist standar.
Pengguna Linux atau Windows yang sangat mahir dapat menggunakan skrip Python (seperti PyAutoGUI) atau bahasa skrip khusus desktop (misalnya, AutoHotkey di Windows) untuk mengatur ulang jendela secara instan. Skrip ini dapat dipicu oleh pintasan keyboard tunggal untuk:
Otomasi ini ideal untuk pengguna yang secara rutin berganti antara tiga hingga lima mode kerja yang berbeda sepanjang hari.
Fitur layar belah telah bertransisi dari sekadar trik perangkat lunak menjadi standar antarmuka yang tak terpisahkan dari produktivitas digital modern. Keberadaannya di semua platform utama—desktop, mobile, dan bahkan perangkat lipat yang sedang naik daun—menegaskan nilai inherennya dalam mengurangi kelelahan kognitif dan meningkatkan efisiensi alur kerja.
Dari penulis yang membandingkan sumber di iPad, analis data yang membagi layarnya menjadi kuadran di monitor ultrawide Windows, hingga manajer proyek yang menggunakan App Pair di Android, layar belah telah mendemokratisasi multitasking yang sebelumnya hanya mungkin dilakukan dengan konfigurasi multi-monitor yang mahal.
Masa depannya menjanjikan sistem yang lebih cerdas, adaptif, dan kontekstual, yang mungkin akan beroperasi di ruang virtual di luar batas fisik layar. Namun, esensi fundamentalnya tetap sama: kemampuan untuk melihat dua hal sekaligus, memproses informasi secara berdampingan, dan mempertahankan fokus di dunia yang penuh gangguan.
Menguasai layar belah adalah investasi dalam efisiensi pribadi, sebuah keterampilan yang akan terus relevan dan berkembang seiring dengan evolusi perangkat keras dan perangkat lunak.