Organ hati (liver) adalah salah satu organ internal terbesar dan paling vital dalam tubuh manusia. Terletak di kuadran kanan atas perut, di bawah diafragma, hati memiliki peran sentral yang tak tergantikan dalam menjaga homeostasis. Kapasitasnya untuk regenerasi dan kompleksitas fungsi biokimianya menjadikannya pabrik kimia utama tubuh.
Representasi skematis struktur organ hati yang multifungsi.
Artikel ini akan mengupas tuntas struktur mikroskopis dan makroskopis hati, melacak spektrum luas fungsi fisiologisnya, mengidentifikasi berbagai jenis penyakit hati, mekanisme diagnosis modern, hingga strategi pengobatan, termasuk transplantasi. Pemahaman mendalam tentang liver adalah kunci untuk menjaga kesehatan metabolik dan detoksifikasi tubuh.
Secara anatomi, hati terbagi menjadi dua lobus besar, lobus kanan yang lebih besar, dan lobus kiri, yang dipisahkan oleh ligamen falsiform. Pembagian fungsional (segmentasi Couinaud) membagi hati menjadi delapan segmen yang berbeda berdasarkan suplai darah vaskular, suatu pembagian yang esensial dalam bedah hati.
Unit fungsional dasar hati adalah lobulus hepar. Lobulus hepar berbentuk heksagonal, dengan vena sentralis di tengah dan area portal di setiap sudut. Area portal (atau triad portal) adalah struktur kunci yang terdiri dari tiga komponen vital:
Fungsi luar biasa hati bergantung pada interaksi beberapa jenis sel:
Hati melakukan lebih dari 500 fungsi vital yang berbeda. Keberhasilan tubuh untuk mempertahankan kehidupan dan keseimbangan internal sangat bergantung pada aktivitas konstan organ ini. Tiga kategori fungsi utama adalah metabolisme, detoksifikasi, dan sintesis/produksi.
Hati berperan krusial dalam regulasi gula darah. Setelah makan, hati menyerap glukosa dan menyimpannya sebagai glikogen (glikogenesis). Ketika kadar gula darah turun, hati mengubah glikogen kembali menjadi glukosa (glikogenolisis) dan melepaskannya ke aliran darah. Selain itu, hati dapat menghasilkan glukosa dari sumber non-karbohidrat (seperti asam laktat, gliserol, dan asam amino) melalui proses glukoneogenesis. Disregulasi fungsi hati ini dapat memperburuk resistensi insulin dan diabetes.
Hati adalah situs utama sintesis kolesterol, trigliserida, dan lipoprotein (VLDL, HDL, LDL). Ia mengatur pelepasan lemak ke dalam darah dan memecah asam lemak untuk menghasilkan energi (ketogenesis). Disfungsi hati dapat menyebabkan penumpukan lemak berlebihan di dalam hati itu sendiri, kondisi yang dikenal sebagai steatosis hepatik (perlemakan hati).
Hati melakukan deaminasi asam amino, membuang gugus nitrogen yang kemudian diubah menjadi urea (siklus urea), zat yang kurang toksik yang dapat dikeluarkan melalui ginjal. Hati juga bertanggung jawab untuk sintesis hampir semua protein plasma esensial, termasuk albumin (protein yang menjaga tekanan onkotik) dan faktor-faktor pembekuan darah (koagulasi).
Representasi proses biokimia detoksifikasi di hepatosit.
Ini adalah fungsi yang paling terkenal dari hati. Hati memproses zat-zat endogen (seperti hormon steroid, bilirubin) dan eksogen (obat-obatan, alkohol, racun lingkungan), menjadikannya kurang berbahaya dan lebih mudah larut dalam air sehingga dapat diekskresikan melalui urin atau empedu.
Detoksifikasi terjadi dalam dua fase utama di hepatosit:
Empedu adalah cairan pencernaan yang vital yang diproduksi oleh hepatosit. Fungsi utamanya adalah mengemulsi lemak di usus halus, membantu pencernaan dan penyerapan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K). Empedu juga berfungsi sebagai rute ekskresi untuk limbah, termasuk kelebihan kolesterol, obat-obatan tertentu, dan bilirubin, produk pemecahan sel darah merah. Penumpukan bilirubin karena disfungsi hati menyebabkan penyakit kuning (jaundice).
Hati bertindak sebagai gudang untuk berbagai nutrisi. Ia menyimpan glikogen, besi (sebagai feritin), tembaga, dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K), serta vitamin B12. Fungsi penyimpanan ini memastikan pasokan nutrisi yang stabil ke seluruh tubuh, bahkan saat puasa atau asupan makanan yang tidak teratur.
Kerusakan pada hati dapat berkisar dari peradangan ringan (hepatitis) hingga jaringan parut yang luas (sirosis) dan kegagalan organ. Kerusakan hati yang kronis seringkali tidak menunjukkan gejala hingga stadium lanjut, menjadikannya 'pembunuh diam-diam'.
Inflamasi hati yang disebabkan oleh infeksi virus adalah penyebab utama sirosis dan karsinoma hepatoseluler (HCC) secara global. Terdapat lima jenis utama virus hepatotropik:
Penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD), kini sering disebut Penyakit Hati Steatotik Terkait Metabolisme (MASLD), adalah epidemi global yang erat kaitannya dengan sindrom metabolik, obesitas, diabetes tipe 2, dan dislipidemia. Ini adalah penyebab paling umum penyakit hati kronis di negara maju.
NAFLD dimulai dengan akumulasi trigliserida yang tidak berbahaya di hepatosit (steatosis). Namun, sekitar 20-30% pasien akan berkembang menjadi NASH (Non-Alcoholic Steatohepatitis), suatu kondisi di mana terjadi peradangan dan kerusakan sel hati, diikuti dengan fibrosis.
Mekanisme utama kerusakan pada NASH meliputi resistensi insulin, stres oksidatif mitokondria, dan pelepasan sitokin pro-inflamasi (hipotesis "multiple hits"). Manajemen primer adalah penurunan berat badan dan kontrol metabolik yang agresif.
Penyalahgunaan alkohol yang berlebihan dan berkepanjangan menyebabkan spektrum penyakit hati yang luas:
Sirosis adalah kondisi ireversibel di mana jaringan hati normal digantikan oleh jaringan parut difus dan nodul regeneratif. Sirosis mengganggu aliran darah dan fungsi hati. Ini menyebabkan dua komplikasi utama:
Jaringan parut menghalangi aliran darah vena porta ke hati, menyebabkan peningkatan tekanan (hipertensi porta). Komplikasi ini meliputi:
Ketika hati tidak mampu mendetoksifikasi amonia (produk sampingan dari metabolisme protein), amonia masuk ke otak, menyebabkan disfungsi neurologis, mulai dari kebingungan ringan hingga koma (ensefalopati hepatik).
HCC adalah bentuk kanker hati primer yang paling umum, hampir selalu terjadi pada pasien yang sudah memiliki penyakit hati kronis atau sirosis (baik dari HBV, HCV, alkohol, atau NASH). Skrining rutin melalui pencitraan dan penanda tumor (AFP) sangat penting pada pasien berisiko tinggi.
Mendiagnosis dan menentukan stadium penyakit hati melibatkan kombinasi tes darah, pencitraan, dan terkadang biopsi. Diagnosis yang akurat sangat penting untuk menentukan prognosis dan rencana perawatan.
LFTs mengukur berbagai enzim dan produk yang menunjukkan cedera atau disfungsi hati:
Pencitraan digunakan untuk menilai ukuran hati, arsitektur, adanya nodul, dan tingkat kekakuan (fibrosis).
Meskipun sering digantikan oleh metode non-invasif, biopsi (pengambilan sampel jaringan) tetap merupakan standar emas untuk menentukan tingkat keparahan inflamasi (grading) dan tingkat fibrosis (staging), terutama dalam kasus penyakit yang kompleks atau untuk mengkonfirmasi diagnosis seperti hepatitis autoimun atau NASH yang meragukan.
Perawatan penyakit hati sangat bergantung pada etiologi (penyebab) dan stadium penyakit. Fokus utama adalah menghilangkan faktor pemicu, mengelola komplikasi sirosis, dan, jika perlu, mempertimbangkan penggantian organ.
Untuk sebagian besar penyakit hati kronis, terutama NAFLD/MASLD dan ALD, perubahan gaya hidup adalah landasan pengobatan.
Nutrisi yang tepat adalah bagian integral dari perawatan hati.
Untuk Hepatitis C kronis (HCV), obat antivirus langsung kerja (DAA) telah merevolusi pengobatan, mencapai tingkat kesembuhan (Sustained Virological Response - SVR) lebih dari 95% dalam waktu 8-12 minggu. Untuk Hepatitis B kronis (HBV), terapi melibatkan nukleosida analog (seperti entecavir atau tenofovir) untuk menekan replikasi virus dan meminimalkan kerusakan hati.
Kondisi seperti Hepatitis Autoimun (AIH), Sirosis Bilier Primer (PBC), dan Kolangitis Sklerosis Primer (PSC) memerlukan imunosupresi. AIH diobati dengan kortikosteroid dan azathioprine. PBC sering diobati dengan asam ursodeoksikolat (UDCA), yang meningkatkan aliran empedu.
Meskipun belum ada obat yang disetujui secara universal khusus untuk NASH, obat-obatan seperti vitamin E (antioksidan) dan pioglitazone (untuk meningkatkan sensitivitas insulin) sering digunakan pada pasien tertentu dengan NASH yang tidak sirotik. Berbagai molekul baru yang menargetkan jalur fibrosis dan inflamasi saat ini sedang dalam uji klinis fase lanjut.
Mengelola sirosis berfokus pada pengendalian hipertensi porta dan pencegahan kegagalan organ:
Transplantasi hati adalah prosedur bedah mayor yang menawarkan peluang untuk hidup bagi pasien dengan kegagalan hati stadium akhir (sirosis dekompensasi) atau kanker hati (HCC) yang memenuhi kriteria tertentu.
Keputusan untuk transplantasi didasarkan pada skor MELD (Model for End-Stage Liver Disease), yang memprediksi mortalitas dalam 90 hari, menggunakan kadar bilirubin, kreatinin, dan INR pasien. Indikasi umum meliputi:
Transplantasi dapat menggunakan organ dari donor yang sudah meninggal atau sebagian hati dari donor hidup (karena kemampuan regenerasi hati yang luar biasa). Tantangan utama setelah transplantasi adalah penolakan organ dan kebutuhan seumur hidup untuk minum obat imunosupresif. Meskipun demikian, tingkat kelangsungan hidup satu tahun pasca-transplantasi sangat tinggi, mengubah prognosis pasien secara drastis.
Mengingat peran hati yang sangat penting dan tingginya prevalensi penyakit seperti NAFLD/MASLD, fokus pada pencegahan primer dan intervensi dini adalah kunci global kesehatan masyarakat.
Kemampuan hati untuk meregenerasi dirinya sendiri adalah salah satu fitur biologis paling menakjubkan. Penelitian masa depan berfokus pada memanfaatkan mekanisme regeneratif ini untuk mengobati fibrosis. Terapi sel punca dan pendekatan rekayasa jaringan berpotensi untuk suatu hari nanti memperbaiki atau bahkan menumbuhkan hati baru tanpa perlu donor.
Memahami sistem detoksifikasi hati, terutama peran kompleks enzim P450, sangat penting dalam farmakologi. Variasi genetik dalam enzim P450 mempengaruhi bagaimana individu memetabolisme obat, menjelaskan mengapa dosis obat tertentu dapat menjadi efektif bagi satu orang namun toksik bagi orang lain. Penelitian di bidang farmakogenomik bertujuan untuk menyesuaikan dosis obat secara individual berdasarkan profil detoksifikasi hati seseorang.
Kesimpulan: Hati adalah organ yang tangguh namun rentan. Mempertahankan fungsi optimalnya memerlukan pengakuan terhadap ancaman metabolik modern dan penerapan strategi pencegahan yang proaktif. Kesehatan liver adalah cerminan langsung dari keseimbangan internal tubuh, dan menjaganya adalah investasi vital untuk kualitas hidup jangka panjang.