Alt: Ilustrasi digital sederhana dari tandan buah Longong (Lengkeng) dan daunnya yang berwarna hijau, menunjukkan bentuk bulat dan kulit kecokelatan yang khas.
Longong, yang secara botani dikenal dengan nama Dimocarpus longan, adalah salah satu buah tropis yang paling dihargai, terutama di kawasan Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan. Dikenal di Indonesia sebagai lengkeng, buah ini memiliki sejarah panjang yang terjalin erat dengan praktik pengobatan tradisional dan kuliner. Kelezatannya yang unik, dengan rasa manis yang khas dan tekstur daging buah yang kenyal, menjadikannya komoditas yang dicari baik di pasar lokal maupun internasional.
Secara harfiah, nama Longan dalam bahasa Tiongkok berarti 'mata naga' (lóng yǎn, 龙眼), merujuk pada penampilan biji hitam pekat yang dikelilingi oleh daging buah transparan, menyerupai bola mata. Buah ini termasuk dalam famili Sapindaceae, kerabat dekat dari buah leci (litchi) dan rambutan. Meskipun ukurannya relatif kecil, kompleksitas genetik dan profil nutrisinya menempatkan longong pada kategori buah super yang kaya manfaat kesehatan.
Memahami posisi botani longong penting untuk mengidentifikasi kekerabatan dan karakteristik pertumbuhannya. Klasifikasi ini menunjukkan mengapa longong memiliki adaptasi yang mirip dengan buah-buahan subtropis lainnya:
Penyebaran longong saat ini sangat luas, melintasi wilayah subtropis hingga tropis yang kering. Meskipun pohon longong dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, kualitas dan kuantitas buah sangat bergantung pada kondisi iklim yang spesifik, terutama periode dingin kering yang penting untuk inisiasi pembungaan yang sukses.
Sejarah longong diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, berawal dari daerah yang kini meliputi Tiongkok Selatan, Myanmar, dan Vietnam bagian utara. Catatan tertulis paling awal mengenai longong ditemukan dalam literatur Tiongkok kuno, menunjukkan bahwa buah ini telah dibudidayakan secara intensif sejak masa Dinasti Han (abad ke-2 SM).
Pada awalnya, longong dianggap sebagai buah istana yang mewah. Kaisar-kaisar Tiongkok seringkali menuntut agar longong, bersama dengan leci, dikirimkan dari selatan ke ibu kota utara yang beriklim lebih dingin. Transportasi buah segar ini merupakan logistik yang rumit dan mahal, menekankan nilai tinggi yang dilekatkan pada longong. Pada masa Dinasti Tang, longong mulai dikenal di luar Tiongkok melalui jalur perdagangan sutra dan maritim.
Di Indonesia sendiri, budidaya longong atau lengkeng telah menjadi bagian integral dari pertanian hortikultura di beberapa daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Evolusi kultivar lokal, yang dikenal dengan daya tahan terhadap iklim setempat, menunjukkan adaptasi genetik yang berhasil selama berabad-abad.
Penggunaan nama ‘longong’ seringkali disamakan dengan ‘lengkeng’, tergantung pada dialek atau wilayah. Di Indonesia, ‘lengkeng’ adalah nama yang paling umum, tetapi akar nama tersebut tetap merujuk pada longan yang berarti mata naga. Variasi nama ini mencerminkan bagaimana buah ini terintegrasi ke dalam bahasa dan kebudayaan lokal di berbagai negara Asia Tenggara.
Pohon longong adalah pohon hijau abadi (evergreen) yang berumur panjang dan mampu mencapai ketinggian 10 hingga 20 meter di habitat aslinya. Struktur pohon yang kuat dan tajuknya yang rimbun memberikan keteduhan yang sangat baik. Pemahaman mendalam tentang botani longong sangat krusial bagi budidaya yang efisien, terutama dalam hal pemangkasan dan stimulasi pembungaan.
Batang pohon longong cenderung keras, berkayu, dan memiliki kulit yang biasanya berwarna coklat keabu-abuan. Pada pohon yang sudah tua, kulitnya bisa pecah-pecah. Sistem perakarannya bersifat tunggang dan menyebar luas, memungkinkan pohon ini menyerap nutrisi dari lapisan tanah yang dalam dan memberikan stabilitas yang sangat baik, menjadikannya cukup tahan terhadap angin kencang.
Daun longong tersusun berselang-seling (spiral), majemuk menyirip (pinnate), dengan 4 hingga 8 pasang anak daun. Daun muda berwarna kemerahan atau coklat, lalu berubah menjadi hijau tua mengkilap saat matang. Daun longong memiliki tekstur tebal dan kaku, yang membantu mengurangi transpirasi dan meningkatkan ketahanan terhadap kondisi kering. Panjang anak daun bisa mencapai 10-20 cm.
Longong menghasilkan bunga majemuk dalam bentuk malai yang muncul di ujung ranting. Bunga-bunga kecil ini berwarna putih kekuningan dan biasanya hermafrodit (mengandung organ jantan dan betina) atau hanya jantan fungsional. Longong memiliki sistem pembungaan yang kompleks, di mana masa dingin yang cukup (vernalisasi) seringkali diperlukan untuk merangsang produksi bunga yang melimpah. Bunga longong sangat menarik bagi lebah, yang berperan penting dalam penyerbukan silang.
Buah longong berbentuk bulat sempurna hingga sedikit oval, berdiameter antara 2 hingga 4 cm, tergantung pada varietasnya. Kulit buahnya tipis, agak kasar, dan berwarna coklat kekuningan ketika matang. Tidak seperti leci atau rambutan, kulit longong tidak berduri atau berambut, membuatnya lebih mudah dikupas.
Bagian yang dikonsumsi adalah aril atau daging buah (pulp), yang berwarna putih transparan dan memiliki konsistensi kenyal atau berair. Rasa manisnya berasal dari kandungan gula yang tinggi (glukosa dan fruktosa). Di tengah aril terdapat biji tunggal yang besar, keras, dan berwarna hitam pekat, yang memberikan nama 'mata naga' pada buah ini.
Alt: Diagram penampang melintang buah Longong, menunjukkan lapisan kulit luar berwarna coklat, daging buah aril transparan (putih), dan biji hitam pekat di tengah.
Keberhasilan budidaya longong sangat bergantung pada pemilihan varietas yang tepat, disesuaikan dengan kondisi iklim lokal. Dalam beberapa dekade terakhir, program pemuliaan telah menghasilkan kultivar dengan karakteristik unggul, seperti daya tahan penyakit, hasil tinggi, dan yang paling penting, kemampuan berbuah di dataran rendah (iklim tropis tanpa musim dingin yang jelas).
Secara umum, varietas longong dibagi menjadi dua kelompok besar: varietas Tiongkok/subtropis dan varietas adaptif tropis.
Varietas ini biasanya memerlukan periode suhu rendah untuk memicu pembungaan. Mereka terkenal dengan rasa manis dan aroma yang kuat.
Varietas ini menjadi primadona di Indonesia dan Thailand karena kemampuannya berbuah tanpa memerlukan masa dingin yang ekstrem, seringkali melalui perlakuan kimia (induksi).
Mencapai hasil panen longong yang optimal dan konsisten memerlukan manajemen pertanian yang cermat, mulai dari penanaman hingga pascapanen. Fokus utama dalam budidaya modern adalah manajemen nutrisi, pengendalian air, dan stimulasi pembungaan.
Longong adalah tanaman subtropis yang berhasil diadaptasi ke iklim tropis. Namun, beberapa parameter lingkungan harus dipenuhi:
Metode perbanyakan yang paling umum dan dianjurkan untuk mempertahankan sifat unggul kultivar adalah okulasi atau cangkok.
Nutrisi harus dikelola secara ketat karena longong memerlukan rasio NPK yang berbeda pada setiap fase pertumbuhan.
Pada fase ini, kebutuhan Nitrogen (N) tinggi untuk mendorong pertumbuhan daun baru. Pupuk yang digunakan: Urea atau NPK dengan rasio N tinggi (misalnya NPK 20-10-10). Pemberian pupuk dilakukan setiap 3-4 bulan.
Sekitar 6 bulan sebelum target panen, Nitrogen harus dikurangi drastis, dan fokus dialihkan ke Fosfor (P) dan Kalium (K). Fosfor penting untuk perkembangan akar dan pembungaan. Pupuk yang direkomendasikan: NPK 10-30-20 atau pupuk yang kaya P.
Pengendalian air sangat vital. Pohon harus dikenakan stres air ringan selama 4–6 minggu sebelum aplikasi pemicu bunga. Stres air ini akan membuat pohon mengira dirinya sedang berada di masa kering, yang secara alami memicu pembungaan.
Setelah bunga muncul, kebutuhan Kalium (K) meningkat tajam, diikuti dengan Kalsium (Ca) dan Boron (B). Kalium meningkatkan kualitas buah (manis, warna, daya simpan), sementara Ca dan B mencegah kerontokan bunga dan buah. Pupuk K tinggi (misalnya KNO3 atau NPK 13-13-46) adalah pilihan utama.
Di daerah tropis, longong seringkali sulit berbuah secara alami. Oleh karena itu, induksi kimia wajib dilakukan. Senyawa utama yang digunakan adalah Kalium Klorat (KClO3).
Prosedur induksi melibatkan:
Pemangkasan adalah praktik kritis untuk menjaga bentuk pohon, meningkatkan penetrasi sinar matahari, dan memastikan panen yang mudah.
Pemangkasan yang efektif tidak hanya mengatur ukuran pohon tetapi juga mengendalikan masa panen. Pohon yang dipangkas dengan baik cenderung menghasilkan buah yang ukurannya seragam dan kualitasnya lebih baik karena sinar matahari dapat mencapai seluruh bagian pohon.
Meskipun pohon longong relatif kuat, beberapa hama dan penyakit dapat menyebabkan kerugian signifikan jika tidak dikelola dengan baik. Manajemen terpadu (Integrated Pest Management/IPM) adalah pendekatan terbaik.
Serangga ini melubangi batang dan ranting, menyebabkan kerusakan struktural dan menghambat aliran nutrisi. Gejala terlihat dari serbuk kayu (frass) di sekitar lubang. Pengendalian dilakukan dengan menyuntikkan insektisida sistemik ke dalam lubang atau membersihkan lubang secara mekanis.
Hama ini menyerang tunas muda dan malai bunga, menghisap cairan tanaman dan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Mereka juga menghasilkan embun madu yang memicu pertumbuhan jamur jelaga (sooty mold). Pengendalian: Penggunaan insektisida kontak pada awal serangan atau penggunaan agen biologi seperti kumbang ladybug.
Menempel pada ranting dan daun, menyebabkan kekuningan dan kerontokan. Pengendalian sulit karena lapisan pelindung hama. Penggunaan minyak hortikultura (petroleum oil) atau insektisida sistemik diperlukan, terutama pada saat hama berada pada tahap nimfa yang rentan.
Bukan penyakit yang menyerang langsung, melainkan sekunder dari serangan kutu (aphids/mealybugs). Jamur ini menutupi daun, menghambat fotosintesis. Pengendalian utama adalah memberantas hama penyebab embun madu.
Salah satu penyakit paling merusak, menyerang bunga, buah, dan daun. Menyebabkan bercak hitam pada daun dan kerontokan bunga (blossom blight). Pada buah, menyebabkan bercak coklat kehitaman. Pengendalian: Fungisida tembaga atau fungisida sistemik, terutama sebelum dan selama masa pembungaan dan ketika buah masih muda.
Biasanya disebabkan oleh drainase yang buruk dan jamur Phytophthora spp. Menyebabkan daun menguning, layu, dan akhirnya kematian pohon. Pencegahan terbaik adalah memastikan lokasi tanam memiliki drainase yang sangat baik dan menghindari irigasi berlebihan.
Pendekatan IPM juga menekankan praktik sanitasi kebun, termasuk membuang ranting yang sakit dan daun yang gugur, serta memastikan sirkulasi udara yang baik melalui pemangkasan yang tepat.
Buah longong bukan hanya lezat tetapi juga merupakan sumber nutrisi yang sangat baik. Dalam pengobatan tradisional Tiongkok (TCM), longong telah digunakan selama berabad-abad sebagai tonik untuk menyehatkan darah, menenangkan saraf, dan meningkatkan vitalitas. Manfaat kesehatan ini kini didukung oleh penelitian ilmiah modern yang mengungkap profil fitokimia buah ini.
Daging buah longong kaya akan karbohidrat (gula alami), yang menjadikannya sumber energi cepat. Selain itu, longong mengandung berbagai vitamin, mineral, dan senyawa bioaktif:
Daya tarik kesehatan utama longong terletak pada kandungan fitokimianya, terutama senyawa polifenol yang terkonsentrasi di dalam daging buah, kulit, dan biji.
Longong mengandung senyawa seperti asam galat, asam ellagic, dan quercetin. Senyawa ini dikenal memiliki sifat antioksidan yang luar biasa, mampu menetralkan radikal bebas dalam tubuh. Kulit dan biji longong, meskipun tidak dimakan, memiliki konsentrasi antioksidan jauh lebih tinggi daripada daging buahnya, menjadikannya fokus utama dalam ekstraksi obat-obatan dan suplemen.
Aktivitas antioksidan yang tinggi ini berperan dalam perlindungan terhadap penyakit kronis, termasuk penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker.
Ekstrak longong telah diteliti menunjukkan kemampuan untuk menghambat jalur inflamasi tertentu dalam tubuh. Properti anti-inflamasi ini menjadikannya potensial dalam membantu mengelola kondisi yang berhubungan dengan peradangan kronis, seperti artritis atau penyakit radang usus.
Dalam TCM, longong kering (sering disebut *guī yuán*) digunakan untuk mengatasi masalah tidur dan kecemasan. Penelitian modern mendukung penggunaan ini:
Karena kandungan zat besi dan tembaganya, longong sering direkomendasikan sebagai makanan tambahan bagi penderita anemia. Kombinasi vitamin C yang tinggi membantu tubuh menyerap zat besi non-heme secara lebih efisien, menjadikannya makanan penambah darah yang efektif.
Secara keseluruhan, konsumsi longong secara teratur tidak hanya memberikan kenikmatan rasa tetapi juga kontribusi signifikan terhadap asupan mikronutrien dan senyawa pelindung tubuh. Namun, penting untuk dicatat bahwa ekstrak biji dan kulit memerlukan pemrosesan khusus untuk menghilangkan senyawa yang mungkin beracun jika dikonsumsi mentah dalam jumlah besar.
Selain dikonsumsi segar, longong memiliki beragam aplikasi kuliner, baik dalam bentuk kering, kalengan, maupun sebagai bahan baku minuman dan makanan penutup. Variasi penggunaannya menunjukkan fleksibilitas buah ini.
Cara paling umum mengonsumsi longong adalah dalam keadaan segar. Teksturnya yang renyah dan berair sangat menyegarkan.
Longong Kering (Guī Yuán): Pengeringan adalah metode pengawetan kuno. Longong dikeringkan dengan kulitnya atau dikupas terlebih dahulu. Longong kering memiliki konsentrasi gula yang sangat tinggi, rasa yang lebih intens, dan tekstur seperti kismis. Produk kering ini sangat penting dalam TCM dan juga digunakan dalam resep sup manis (dessert soup) tradisional Tiongkok, sering dikombinasikan dengan jujube (kurma merah) dan biji lotus.
Industri pengolahan memanfaatkan longong dalam berbagai bentuk:
Dalam beberapa tahun terakhir, industri farmasi dan kosmetik menunjukkan minat besar pada biji dan kulit longong. Ekstrak dari biji kaya akan proantosianidin, senyawa yang diteliti karena potensinya sebagai bahan anti-penuaan dan pelindung kulit.
Ekstraksi ini juga berkontribusi pada pengurangan limbah pertanian. Alih-alih membuang biji dan kulit (yang merupakan 40–50% dari berat total buah), komponen ini kini dapat diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi.
Longong adalah komoditas penting yang menyumbang pendapatan signifikan bagi negara-negara produsen di Asia, terutama Thailand, Vietnam, dan Tiongkok. Nilai ekonominya ditentukan oleh volume panen, kualitas varietas, dan kemampuan manajemen pascapanen.
Thailand adalah salah satu eksportir longong segar dan kalengan terbesar di dunia. Keberhasilan Thailand sebagian besar disebabkan oleh pengembangan kultivar dataran rendah yang menghasilkan panen dua kali setahun dan teknik induksi pembungaan yang sangat efisien.
Di pasar domestik Indonesia, harga longong sangat fluktuatif, dipengaruhi oleh musim panen raya. Varietas unggul seperti Matalada seringkali memiliki harga premium dibandingkan varietas lokal atau impor karena kualitas daging buahnya yang superior.
Longong adalah buah yang mudah rusak. Manajemen pascapanen yang buruk dapat menyebabkan kerugian 20–40% dari total panen. Masalah utama meliputi:
Salah satu tantangan ekonomi terbesar di kawasan tropis adalah biaya induksi bunga. Penggunaan Kalium Klorat (KClO3) dan tenaga kerja untuk aplikasinya menambah biaya produksi yang signifikan. Selain itu, perubahan iklim yang tidak terduga dapat mengganggu siklus pembungaan yang diinduksi, menyebabkan kegagalan panen atau panen yang tidak seragam, yang pada akhirnya memengaruhi stabilitas pasar.
Upaya penelitian saat ini difokuskan pada pengembangan varietas yang secara genetik dapat berbuah tanpa induksi kimia di dataran rendah, yang akan secara drastis menurunkan biaya operasional dan meningkatkan keberlanjutan ekonomi petani kecil.
Dalam kebudayaan Asia, longong lebih dari sekadar makanan; ia memiliki makna simbolis, spiritual, dan kesehatan yang mendalam, terutama di Tiongkok dan Vietnam.
Karena bentuknya yang bulat dan rasanya yang manis, longong sering dikaitkan dengan keberuntungan, reuni keluarga, dan kebahagiaan. Buah ini menjadi elemen penting dalam perayaan Tahun Baru Imlek dan festival penting lainnya.
Dalam mitologi Tiongkok, kisah "Mata Naga" sering muncul dalam legenda lokal yang berhubungan dengan dewa atau pahlawan yang mengorbankan mata mereka, yang kemudian menjelma menjadi buah yang indah, menekankan nilai spiritual buah tersebut.
Penggunaan longong dalam TCM adalah yang paling terkenal. Bagian kering (Guī Yuán) dianggap memiliki sifat menghangatkan dan menyehatkan (tonifying). Secara khusus, longong kering digunakan untuk:
Longong seringkali direbus menjadi sup dengan ayam atau daging babi untuk tujuan pengobatan, atau dibuat menjadi minuman tonik herbal yang dikonsumsi secara rutin.
Longong telah bertransisi dari buah khas kerajaan menjadi komoditas global. Dengan permintaan yang terus meningkat, terutama dari pasar Eropa dan Amerika yang baru menyadari manfaat kesehatannya, prospek longong sangat cerah.
Inovasi di bidang pertanian telah membuka peluang baru, terutama melalui pengembangan varietas dataran rendah yang stabil. Tantangan di masa depan akan berpusat pada keberlanjutan, termasuk mengurangi ketergantungan pada induksi kimia dan mengembangkan metode pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan dan organik.
Melalui penelitian lebih lanjut tentang senyawa bioaktif yang terdapat dalam biji dan kulitnya, longong diprediksi akan memainkan peran yang semakin penting, tidak hanya di meja makan, tetapi juga dalam industri kesehatan dan kecantikan. Buah ‘mata naga’ ini akan terus menjadi simbol keindahan, kesehatan, dan warisan agrikultur Asia yang tak ternilai harganya.