Di jantung Laut Mediterania, tersembunyi sebuah kepulauan kecil yang menyimpan warisan sejarah raksasa—Malta. Meskipun ukurannya mungil, Malta telah menjadi persimpangan peradaban selama ribuan milenium, mulai dari kuil-kuil prasejarah yang lebih tua dari Piramida Mesir hingga benteng-benteng Barok megah yang didirikan oleh Ksatria St. Yohanes. Kepulauan ini, yang terdiri dari tiga pulau utama (Malta, Gozo, dan Comino), menawarkan perpaduan unik antara Timur dan Barat, tercermin dalam bahasanya, masakannya, dan semangatnya yang tak terpatahkan.
Malta bukan hanya satu daratan, melainkan gugusan kepulauan yang terletak sekitar 80 kilometer di selatan Sisilia dan 284 kilometer di timur Tunisia. Posisi strategisnya inilah yang menjadikannya incaran kekaisaran Mediterania selama berabad-abad, memberikan julukan "kapal induk yang tak dapat tenggelam".
Meskipun total luas daratannya sangat kecil—hanya 316 kilometer persegi—Malta memiliki salah satu kepadatan penduduk tertinggi di Eropa. Kepulauan ini tidak memiliki gunung atau sungai permanen; air tawar diperoleh melalui desalinasi, mencerminkan tantangan lingkungan yang selalu dihadapi oleh peradaban Mediterania kecil.
Sejarah Malta adalah lapisan-lapisan peradaban, masing-masing meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Dari para pembangun kuil prasejarah hingga era Romawi, pendudukan Arab, dan kekuasaan Ksatria Hospitaler yang monumental, narasi Malta adalah kisah ketahanan dan adaptasi.
Fase sejarah Malta yang paling misterius dan menakjubkan adalah era kuil. Malta adalah rumah bagi struktur batu berdiri bebas tertua di dunia, jauh lebih tua dari Stonehenge dan Piramida. Para pembangunnya adalah masyarakat yang terisolasi dan sangat maju dalam hal arsitektur dan ritual.
Sekitar tahun 2500 SM, peradaban kuil ini tiba-tiba menghilang tanpa penjelasan yang jelas, meninggalkan di belakang mereka teka-teki arsitektur yang terus mempesona para arkeolog.
Setelah periode kuil, Malta dihuni oleh pendatang Fenisia, yang melihat Malta sebagai titik perdagangan strategis. Mereka menamai pulau ini Maleth (tempat berlindung).
Ini adalah periode paling penting dalam pembentukan Malta modern. Setelah terusir dari Rhodes, Kaisar Charles V menyerahkan Malta kepada Ordo Ksatria Hospitaler St. Yohanes Yerusalem pada tahun 1530, dengan imbalan sewa tahunan berupa seekor elang Malta.
Puncak dari kehadiran Ksatria adalah Pengepungan Besar yang epik pada tahun 1565. Pasukan Ottoman yang besar, di bawah komando Sultan Suleiman yang Agung, berupaya merebut pulau itu. Ksatria, yang dipimpin oleh Grand Master Jean Parisot de Valette, menghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak dalam pertempuran brutal yang berlangsung selama empat bulan.
Kemenangan Ksatria tidak hanya menyelamatkan Malta tetapi juga dianggap sebagai salah satu titik balik utama dalam sejarah Eropa, menghentikan ekspansi Ottoman lebih jauh ke Mediterania Barat. Peristiwa ini melahirkan kebutuhan akan ibu kota yang tak tertembus.
Setelah Pengepungan, Valette memprakarsai pembangunan kota benteng baru di semenanjung Sciberras. Kota ini, dinamai Valletta untuk menghormati Grand Master, dibangun di atas rencana kisi-kisi yang ketat dan dilengkapi dengan benteng-benteng yang sangat canggih. Pembangunan Valletta melambangkan kekuatan Ordo dan menjadikannya salah satu kota Barok paling murni dan terencana di dunia.
Rincian Kekuasaan Ksatria: Ordo ini membagi anggotanya berdasarkan bahasa (Langues), termasuk Provence, Auvergne, Prancis, Italia, Aragon, Inggris, dan Jerman. Setiap Langue bertanggung jawab atas bagian pertahanan tertentu dan memiliki gedung penginapan mewah, atau Auberges, di Valletta. Mereka membangun rumah sakit, sistem air, dan gudang senjata, menjadikan Malta sebagai benteng militer dan pusat medis terkemuka di Mediterania.
Kekuasaan Ksatria berakhir tiba-tiba pada tahun 1798 ketika Napoleon Bonaparte, dalam perjalanan menuju Mesir, mengambil alih Malta dengan sedikit perlawanan.
Setelah mengusir Prancis, Malta menyambut perlindungan Inggris pada tahun 1800. Di bawah Inggris, Malta menjadi pangkalan angkatan laut strategis yang vital. Peran Malta mencapai puncaknya selama Perang Dunia II. Karena lokasinya, Malta menjadi sasaran pemboman Axis yang intens. Keberanian rakyat Malta selama pengepungan udara ini membuat Raja George VI menganugerahkan seluruh pulau itu Salib George, sebuah penghargaan sipil tertinggi untuk keberanian, yang kini tersemat pada bendera nasional Malta.
Malta meraih kemerdekaan dari Inggris Raya pada tahun 1964 dan menjadi republik pada tahun 1974. Pada tahun 2004, Malta bergabung dengan Uni Eropa, mengokohkan posisinya sebagai negara Eropa modern yang berorientasi ke Mediterania.
Budaya Malta adalah hasil dari ribuan tahun interaksi, sebuah mosaik pengaruh yang diambil dari Sisilia, Afrika Utara, Eropa, dan Inggris.
Bahasa adalah elemen paling khas dari identitas Malta. Malti adalah satu-satunya bahasa Semit resmi di Uni Eropa. Inti tata bahasa dan kosakata dasar Malti berasal dari dialek Arab Sisilia. Namun, selama berabad-abad, ia menyerap kosakata dalam jumlah besar dari bahasa Sisilia, Italia, Prancis, dan, belakangan ini, Inggris.
Masakan Malta mencerminkan sejarahnya sebagai jembatan: menggabungkan bumbu dan teknik Arab (seperti penggunaan mint dan adas) dengan bahan-bahan Italia (pasta, tomat, ikan Mediterania).
Kehidupan sosial Malta berpusat pada gereja paroki. Setiap kota dan desa memiliki santo pelindungnya sendiri, dan perayaan tahunan, atau festa, adalah puncak kalender sosial.
Festa adalah pengalaman multisensori, melibatkan prosesi patung santo yang dihias, pertunjukan band desa (banda), makanan jalanan yang melimpah, dan pertunjukan kembang api yang luar biasa, sering kali berlangsung selama beberapa malam. Semangat kompetitif yang sehat antara paroki tetangga memastikan bahwa pertunjukan kembang api dan dekorasi mencapai tingkat yang spektakuler.
Valletta, yang berstatus Situs Warisan Dunia UNESCO secara keseluruhan, adalah mahakarya perencanaan tata kota dan arsitektur Barok. Kepadatannya, jalan-jalan yang curam, dan benteng-benteng yang mendominasi pelabuhan menceritakan kisah kekayaan dan pertahanan Ksatria.
Dari luar, katedral ini terlihat seperti benteng. Namun, interiornya adalah salah satu contoh Barok paling mewah di Eropa. Setiap inci dilapisi dengan emas, fresko, dan marmer. Co-Katedral tidak hanya merupakan tempat ibadah tetapi juga berfungsi sebagai gereja Biara Ksatria. Lantainya ditutupi dengan makam marmer berwarna-warni dari para Ksatria dan Grand Master.
Daya tarik utamanya adalah dua karya agung dari pelukis Italia Caravaggio: Pemenggalan St. Yohanes Pembaptis dan St. Jerome Menulis. Kehadiran karya Caravaggio ini mencerminkan tingginya patronase seni oleh Ordo.
Dulunya kediaman Grand Master dan kursi administrasi Ordo. Sekarang Istana ini berfungsi sebagai kantor Kepresidenan Malta. Istana ini terkenal dengan Armoury (Gudang Senjata) yang besar, memajang koleksi senjata dan baju zirah Ksatria dan Ottoman yang mengesankan.
Gedung-gedung ini berfungsi sebagai markas bagi setiap Langue Ksatria. Yang paling menonjol adalah Auberge de Castille, yang kini menjadi Kantor Perdana Menteri. Arsitekturnya yang megah dan fasad Barok yang diperbarui menjadikannya salah satu bangunan Barok terindah di pulau itu. Auberge lain telah diubah menjadi museum atau kantor pemerintah, melestarikan warisan Ksatria.
Valletta dikelilingi oleh sistem benteng (bastion) yang hampir tidak dapat ditembus. Benteng ini, dengan dinding setebal 50 meter di beberapa tempat, menunjukkan kecakapan teknik militer Ksatria.
Sebelum Valletta didirikan, ibu kota Malta selama lebih dari seribu tahun adalah Mdina, "Kota Sunyi," yang terletak di tengah pulau.
Mdina adalah kota bertembok yang sangat indah, memadukan arsitektur Norman dan Barok. Karena mobil dilarang masuk (kecuali bagi penduduk), lorong-lorong sempitnya yang berkelok-kelok memberikan suasana kedamaian yang mendalam. Mdina dan kota kembarnya di luar tembok, Rabat, adalah tempat yang kaya akan sejarah religius. Di Rabat terdapat katakomba (termasuk Katakomba St. Paulus) yang berasal dari periode Romawi dan awal Kristen.
Gozo, meskipun secara administratif merupakan bagian dari Republik Malta, mempertahankan identitasnya sendiri yang berbeda—lebih pedesaan, lebih lambat, dan lebih terfokus pada pertanian dan perikanan.
Ibu kota Gozo, dikenal secara lokal sebagai Rabat, berpusat pada benteng abad pertengahan yang dikenal sebagai Citadella. Dibangun di atas bukit, Citadella menawarkan pemandangan 360 derajat Gozo. Di dalamnya terdapat Katedral Gozo dan museum-museum kecil.
Meskipun ikon alamnya yang paling terkenal, Azure Window, runtuh pada , Gozo tetap memiliki pemandangan pesisir yang spektakuler:
Sebagai republik parlementer, Malta beroperasi berdasarkan sistem Westminster, dengan Parlemen unikameral. Setelah bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2004, Malta mengadopsi Euro sebagai mata uangnya pada tahun 2008.
Malta memiliki ekonomi pasar yang sangat terbuka dan bergantung pada perdagangan luar negeri, manufaktur (terutama elektronik dan farmasi), dan jasa keuangan. Namun, tulang punggung ekonomi modern Malta adalah pariwisata.
Daya tariknya terletak pada iklim yang cerah, situs warisan, dan kesempatan menyelam yang luar biasa. Industri bahasa Inggris juga sangat penting, menarik ribuan siswa setiap tahun untuk belajar Bahasa Inggris di lingkungan Mediterania. Selain itu, Malta telah menjadi pusat global untuk iGaming dan sektor teknologi informasi.
Untuk benar-benar memahami Malta, perlu dipelajari secara rinci bagaimana Ksatria mengubah lanskap pertahanan dan perkotaannya. Pembangunan benteng-benteng ini jauh melampaui kebutuhan militer; itu adalah proyek peradaban yang ditujukan untuk menunjukkan keunggulan Kristen atas ancaman Ottoman.
Setelah 1565, insinyur militer terkenal seperti Francesco Laparelli (murid Michelangelo) dan Girolamo Cassar ditugaskan. Mereka merancang sistem pertahanan yang menggunakan topografi alam pulau itu.
| Benteng | Tujuan Utama | Lokasi Kunci |
|---|---|---|
| Fort St. Angelo | Pusat komando Ksatria selama 1565, mempertahankan Birgu. | Vittoriosa (Birgu) |
| Cottonera Lines | Garis pertahanan besar yang membentengi Tiga Kota (Three Cities). | Sekitar Cospicua |
| Floriana Lines | Garis pertahanan luar yang dibangun oleh Pietro Paolo Floriani untuk melindungi Valletta. | Kota Floriana |
| Fort Manoel | Benteng pertahanan era Barok yang melindungi Pelabuhan Marsamxett. | Pulau Manoel |
Desain benteng-benteng ini mengadopsi konsep benteng bintang (star fort) yang revolusioner pada saat itu. Mereka menggunakan sudut-sudut curam dan tebal (bastion) untuk menghilangkan "zona mati" dan memastikan bahwa setiap sisi dapat dilindungi silang oleh meriam dari bastion yang berdekatan.
Valletta adalah salah satu contoh awal perencanaan kota Renaissance yang diterapkan pada kota Barok. Laparelli memastikan bahwa:
Kuil-kuil prasejarah di Malta tidak pernah berhenti memukau. Analisis mendalam menunjukkan detail yang luar biasa dalam desain dan eksekusi, menggarisbawahi kompleksitas masyarakat yang membangunnya.
Sebagian besar kuil Malta mengikuti desain daun semanggi (trefoil) atau desain oval, yang terbagi menjadi apse (ruangan semi-sirkular) yang dihubungkan oleh lorong pusat. Struktur ini, yang dibangun tanpa alat logam, menunjukkan:
Hypogeum adalah keajaiban rekayasa. Terdiri dari tiga tingkat yang digali ke dalam batu kapur. Tingkat tertua berasal dari sekitar 4000 SM. Yang paling menarik adalah fakta bahwa kuil ini meniru arsitektur kuil permukaan, lengkap dengan tiang dan lengkungan, semua diukir dari batu padat, bukan dibangun.
Ruang Oracle, salah satu ruangan paling terkenal, memiliki akustik yang luar biasa. Suara yang dalam, diucapkan oleh seorang pria, beresonansi ke seluruh Hypogeum. Penemuan ini menunjukkan bahwa Hypogeum tidak hanya digunakan untuk penguburan tetapi juga untuk ritual sonik dan upacara keagamaan.
Sebagai negara kepulauan, kehidupan di Malta tak terpisahkan dari laut, yang menyediakan sumber daya sekaligus menjadi jalur pertahanan dan perdagangan.
Pemandangan pelabuhan Marsaxlokk, desa nelayan di selatan Malta, didominasi oleh perahu nelayan tradisional yang disebut luzzu. Perahu ini dicat dengan warna-warna cerah—kuning, merah, biru—dan di haluan, selalu terdapat sepasang mata dewa Mesir kuno, Horus atau Osiris, yang dipercaya melindungi nelayan dari bahaya dan membawa keberuntungan. Tradisi ini diwarisi dari warisan Fenisia.
Malta secara konsisten diperingkatkan sebagai salah satu tujuan menyelam terbaik di Eropa. Air Mediterania yang hangat dan jernih menawarkan visibilitas yang sangat baik, tetapi daya tarik utama adalah bangkai kapal (wrecks) dan gua-gua.
Lanskap Malta yang dramatis dan arsitektur kuno menjadikannya lokasi syuting yang populer. Iklimnya yang cerah dan infrastruktur yang ramah kru film telah menarik produksi Hollywood selama beberapa dekade.
Malta telah menjadi latar untuk film-film epik seperti Gladiator, Troy, dan Captain Phillips. Yang paling terkenal, Benteng Mdina dan benteng-benteng Valletta digunakan secara ekstensif dalam musim awal serial fantasi populer, berperan sebagai lokasi di mana para raja bertahta.
Melalui sejarahnya yang kompleks, dari kuil megalitik yang hening hingga hiruk pikuk benteng-benteng Barok, Malta menawarkan narasi yang kaya dan mendalam. Ini adalah kepulauan yang, meskipun kecil, telah memainkan peran besar dalam membentuk peradaban Mediterania. Setiap batu kapur yang hangat, setiap gang sempit di Valletta, dan setiap perahu luzzu yang berwarna cerah menyimpan kisah tentang ketahanan, iman, dan perpaduan budaya yang tak tertandingi.
Periode 268 tahun di bawah Ordo St. Yohanes adalah masa transformasi total. Untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang Malta, kita harus mempelajari struktur internal Ordo dan bagaimana mereka mengatur kehidupan sipil dan militer.
Ordo Ksatria Hospitaler adalah entitas yang bersifat militer, keagamaan, dan monarki yang terpisah. Mereka diperintah oleh Grand Master, yang dipilih seumur hidup oleh para Ksatria. Pemerintahan dijalankan melalui Dewan Agung (Supreme Council) yang terdiri dari para pejabat senior (Pilliers), masing-masing bertanggung jawab atas bidang tertentu:
Ksatria hidup dengan kode yang ketat, mengambil sumpah kemiskinan, kesucian, dan ketaatan, meskipun dalam praktiknya, kemewahan arsitektur dan gaya hidup sering kali kontras dengan sumpah kemiskinan awal mereka. Namun, disiplin militer mereka dan komitmen terhadap pertahanan Kekristenan di Mediterania tidak dapat disangkal.
Ekonomi Ksatria sebagian besar didanai oleh properti Ordo di seluruh Eropa, yang dikenal sebagai Commanderies. Sumber pendapatan lain adalah penjarahan maritim (privateering) terhadap kapal-kapal Muslim. Aktivitas ini menghasilkan perbudakan besar-besaran. Para budak, yang dikenal sebagai schiavi, memainkan peran krusial dalam pembangunan benteng Valletta, bekerja di tambang batu kapur, dan mendayung kapal-kapal galai Ordo.
Pelabuhan Grand Harbour, khususnya Biri (sekarang Vittoriosa), memiliki sistem galangan kapal dan pelabuhan budak yang besar. Kehadiran budak dari Afrika Utara dan Ottoman sangat memengaruhi demografi dan ketegangan sosial Malta saat itu. Banyak arsitektur dan tenaga kerja benteng yang kita kagumi hari ini dibangun di atas tenaga kerja paksa ini.
Menjelang akhir abad ke-18, Ordo menghadapi masalah serius. Tujuan awal mereka—melawan Ottoman—menjadi kurang relevan seiring dengan menurunnya kekuatan Ottoman. Ksatria menjadi lebih fokus pada gaya hidup mewah dan politik internal. Mereka juga terputus dari sumber pendanaan Eropa karena Revolusi Prancis menyita properti Ordo di Prancis.
Ketika Napoleon tiba pada tahun 1798, ia memanfaatkan ketidakpuasan lokal terhadap pemerintahan Ksatria yang semakin aristokratis dan terisolasi. Napoleon hanya butuh beberapa hari untuk menaklukkan Valletta, sebagian besar karena Ksatria dilarang mengangkat senjata melawan rekan-rekan mereka yang berasal dari Prancis. Peristiwa ini mengakhiri kekuasaan Ordo dan membawa Malta ke dalam pusaran kekuasaan Eropa yang lebih besar.
Malta menghadapi tantangan lingkungan yang signifikan akibat kepadatan penduduk yang tinggi, keterbatasan sumber daya air, dan tekanan pariwisata. Memahami ekosistemnya membantu menghargai pulau batu kapur ini.
Karena iklim semi-kering dan kekurangan tanah yang subur, flora Malta didominasi oleh spesies Mediterania yang tangguh, termasuk tanaman garigue (maquis) dan berbagai jenis semak wangi. Bunga nasional Malta, Widnet il-Baħar (Maltese Rock-centaury), hanya tumbuh di tebing pantai dan merupakan simbol ketahanan.
Meskipun tidak memiliki mamalia besar asli, Malta terletak di jalur migrasi burung yang penting antara Eropa dan Afrika. Ini menjadikannya lokasi kunci untuk pengamatan burung, meskipun perburuan burung (yang kontroversial) juga merupakan tradisi lama di sini.
Malta adalah salah satu negara dengan tekanan air tertinggi di dunia. Kebutuhan air minum dipenuhi hampir seluruhnya melalui desalinasi air laut. Pembangkit listrik yang memasok energi listrik juga historisnya mengandalkan bahan bakar fosil, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi dorongan besar menuju energi terbarukan, termasuk koneksi kabel bawah laut ke jaringan listrik Eropa dan peningkatan panel surya.
Tiga Kota, yang terletak di seberang Grand Harbour dari Valletta, adalah inti sejarah Malta sebelum pembangunan Valletta. Di sinilah Ksatria pertama kali bermarkas dan bertahan selama Pengepungan Besar.
Nama ini secara resmi diubah menjadi Vittoriosa ("Kota Kemenangan") setelah Pengepungan 1565. Birgu adalah pusat maritim dan militer utama Ksatria selama periode 1530–1571.
Dinamai dari Grand Master Claude de la Sengle. Kota ini juga berperan penting dalam pertahanan 1565. Ujung semenanjung Senglea, dikenal sebagai Gardjola, memiliki menara pengawas unik yang diukir dengan mata dan telinga, melambangkan kewaspadaan Ordo terhadap ancaman laut.
Dihubungkan dengan jalur pertahanan Cottonera Lines. Cospicua sebagian besar menampung dermaga dan galangan kapal, menjadi pusat industri maritim dan tenaga kerja Malta selama berabad-abad di bawah Inggris.
Masakan Malta adalah cerminan dari persediaan musiman yang didorong oleh hasil bumi lokal (seperti tomat, zaitun, caper) dan ikan segar. Ada penekanan kuat pada hidangan yang memanfaatkan sisa-sisa atau yang dapat disiapkan dengan murah, mencerminkan sejarah pertanian.
Di luar pastizzi dan kelinci, ada hidangan musiman yang merayakan kalender pertanian dan keagamaan:
Meskipun iklim yang kering menantang, Malta memiliki tradisi pembuatan anggur yang berkembang. Anggur lokal sering menggunakan varietas anggur asli seperti Ġellewża (merah) dan Girgentina (putih), yang menghasilkan rasa yang unik dan kuat. Kebun-kebun anggur di Gozo khususnya terkenal karena tanah kapurnya yang kaya.
Sifat hibrida Malti menjadikannya fenomena linguistik yang langka. Sementara fonologi dan akar kata kerjanya jelas Semit (tri-konsonantal), sintaksis (susunan kalimat) dan sebagian besar kosakata kata benda modernnya berasal dari Roman.
Beberapa contoh perpaduan linguistik:
Ini adalah pengingat harian akan posisi geografis Malta: sebuah batu yang dibasahi oleh ombak Afrika dan Eropa, di mana setiap penakluk meninggalkan hadiah bahasa yang abadi.
Selain arsitektur megah, Malta memiliki warisan kerajinan tangan yang mencerminkan bahan-bahan lokal dan teknik historis.
Malta, dengan segala kemegahan historis dan kehangatan Mediterania-nya, menawarkan jauh lebih dari sekadar liburan pantai. Ia adalah buku sejarah terbuka, di mana setiap era telah diukir secara permanen dalam batu kapurnya yang khas.