Mangga Arumanis, atau sering pula disebut Harumanis, adalah salah satu kultivar mangga premium kebanggaan Indonesia yang telah lama menjadi ikon buah tropis unggulan. Namanya sendiri merupakan paduan dari dua kata, yaitu "harum" yang merujuk pada aroma yang khas dan kuat, serta "manis" yang menggambarkan cita rasa gula alami yang tinggi. Kombinasi sempurna ini menjadikannya primadona di pasar domestik maupun internasional, membedakannya dari ratusan varietas mangga lainnya.
Popularitas Arumanis tidak hanya terletak pada rasanya yang lezat, tetapi juga pada karakteristik fisiknya yang menawan, kulit yang hijau mulus, dan daging buah yang tebal tanpa serat berlebihan. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk Mangga Arumanis, mulai dari sejarah genetiknya, syarat-syarat budidaya yang presisi, hingga peran pentingnya dalam ekonomi pertanian dan kesehatan masyarakat.
Ilustrasi Mangga Arumanis yang menunjukkan kulit hijau kekuningan yang menjadi ciri khasnya.Mangga (Mangifera indica L.) adalah anggota famili Anacardiaceae. Arumanis sendiri secara taksonomi diklasifikasikan sebagai varietas unggul lokal yang telah dilepas oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Varietas ini dikenal dengan nama resmi Mangga Arumanis 143, merujuk pada nomor registrasinya.
Arumanis dipercaya berasal dari daerah Probolinggo dan Situbondo di Jawa Timur, yang dikenal sebagai sentra produksi mangga di pulau Jawa. Walaupun kini penyebarannya sudah meluas ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian wilayah Sumatera dan Sulawesi, sentra aslinya masih memiliki peran penting dalam menjaga kemurnian genetik dan kualitas buah.
Penamaan "Arumanis" bukanlah sekadar nama pemasaran; ia adalah deskripsi harfiah. Aroma yang dihasilkan oleh buah matang sangat khas, perpaduan antara wangi segar dan manis yang intens, yang dapat tercium bahkan sebelum buah dibelah. Karakteristik ini muncul dari kandungan senyawa volatil kompleks yang dominan, termasuk ester dan terpen, yang memberikan profil aroma unik. Tingkat kemanisan (Brix) Arumanis secara umum berkisar antara 18 hingga 22, menjadikannya salah satu mangga termanis di kelasnya.
Sejarah budidayanya di Indonesia telah berlangsung puluhan tahun. Para petani lokal telah melakukan seleksi alam dan pemuliaan tradisional secara turun-temurun, menghasilkan klon yang stabil dan adaptif terhadap iklim tropis Indonesia. Peningkatan permintaan pasar modern mendorong upaya standardisasi dan sertifikasi, memastikan bahwa Mangga Arumanis yang sampai ke tangan konsumen memiliki kualitas yang seragam dan superior.
Untuk memahami budidaya Mangga Arumanis secara mendalam, penting untuk mengenali ciri-ciri morfologinya, baik pada tingkat pohon maupun buah. Pengenalan ini krusial bagi petani untuk membedakan Arumanis asli dari varietas lain dan mendeteksi kondisi kesehatan tanaman.
Pohon Arumanis biasanya memiliki pertumbuhan yang vigor dan tajuk yang lebar dan membulat. Ketinggian pohon dewasa dapat mencapai 10 hingga 20 meter jika ditanam dari biji, namun pada budidaya komersial modern menggunakan teknik sambung pucuk atau okulasi, tinggi pohon dipertahankan lebih rendah (sekitar 3-5 meter) untuk memudahkan panen dan perawatan.
Bunga Mangga Arumanis muncul dalam bentuk malai (tandan) di ujung ranting. Setiap malai dapat menampung ribuan bunga kecil berwarna kuning kehijauan. Mangga merupakan tanaman yang dikenal dengan fenomena 'tahun buah' (on year) dan 'tahun tidak berbuah' (off year). Arumanis umumnya memiliki siklus berbuah yang lebih teratur dibandingkan beberapa varietas lain, meskipun masih memerlukan stres air yang tepat untuk memicu pembungaan optimal.
Musim berbunga utama di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, terjadi sekitar bulan Juni hingga Agustus, dengan masa panen yang puncaknya jatuh antara bulan September hingga November. Namun, dengan teknik budidaya intensif (seperti penggunaan zat pengatur tumbuh), petani sering kali dapat memanipulasi jadwal berbunga, memungkinkan panen di luar musim untuk mencapai harga jual yang lebih tinggi.
Buah Arumanis memiliki ciri khas yang sangat mudah dikenali:
Arumanis sering dikaitkan dengan Mangga Gadung. Perbedaan utamanya adalah Arumanis memiliki tekstur yang lebih padat dan serat yang jauh lebih sedikit, serta aroma yang lebih intens dan tahan lama setelah dipetik, sesuai dengan arti namanya.
Mencapai produksi Mangga Arumanis berkualitas ekspor memerlukan manajemen budidaya yang presisi dan intensif. Faktor lingkungan dan praktik agronomis harus dikelola secara cermat, mulai dari pemilihan lokasi hingga pengendalian hama terpadu.
Meskipun Arumanis cukup adaptif, hasil buah terbaik dicapai pada kondisi lingkungan tertentu:
Pembibitan Arumanis komersial wajib menggunakan metode vegetatif, seperti okulasi (penempelan) atau sambung pucuk (grafting), untuk memastikan pohon memiliki sifat genetik yang sama dengan induk unggulan (klon 143) dan cepat berbuah (sekitar 3–5 tahun setelah tanam).
Keberhasilan budidaya sangat bergantung pada batang bawah (rootstock). Batang bawah harus memiliki ketahanan yang baik terhadap penyakit tular tanah dan adaptif terhadap kondisi lingkungan setempat. Mangga lokal yang berasal dari biji sering digunakan sebagai batang bawah. Proses okulasi dilakukan ketika batang bawah sudah berumur 6-12 bulan dan memiliki diameter yang cukup.
Lahan harus dibersihkan total dari gulma dan dicangkul. Lubang tanam dibuat dengan ukuran minimal 60x60x60 cm. Jarak tanam sangat krusial untuk sirkulasi udara dan penetrasi cahaya. Untuk budidaya intensif yang sering dipangkas, jarak tanam yang umum digunakan adalah 7x7 meter atau 8x8 meter. Jarak yang terlalu rapat akan meningkatkan kelembaban dan risiko serangan jamur serta mengurangi produktivitas per pohon.
Lubang tanam diisi dengan campuran tanah, pupuk kandang matang (sekitar 20 kg per lubang), dan sedikit fosfat. Penanaman bibit dilakukan saat musim hujan baru dimulai untuk memastikan ketersediaan air yang cukup pada fase awal pertumbuhan.
Manajemen air pada Mangga Arumanis memiliki dua fase yang berlawanan:
Program pemupukan harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman. Keseimbangan antara unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Mg, Ca, B, Zn) sangat menentukan kualitas dan kuantitas buah.
Dominasi pupuk Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan vegetatif, membentuk batang, daun, dan tajuk yang kuat. Pemberian NPK dengan rasio tinggi N (misalnya 2:1:1) diaplikasikan setiap 3–4 bulan, biasanya digabungkan dengan pupuk organik dalam jumlah besar.
Beberapa minggu sebelum musim kering dimulai, pupuk N dihentikan total. Petani mengganti fokus ke pupuk yang kaya Kalium (K) dan Fosfor (P). K dan P berperan penting dalam pembentukan bunga dan buah, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan. Pupuk KNO3 (Kalium Nitrat) sering digunakan secara foliar (semprotan daun) sebagai pemicu bunga yang sangat efektif.
Setelah bunga menjadi buah (setelah fase *fruit set*), fokus nutrisi kembali bergeser. Kalium menjadi sangat dominan karena berperan dalam transfer gula dari daun ke buah, yang secara langsung memengaruhi tingkat kemanisan (Brix) dan warna buah Arumanis. Kalsium (Ca) juga penting untuk mencegah kerusakan internal pada buah dan meningkatkan daya simpan (shelf life).
Pengabaian unsur mikro seperti Boron (B) dapat menyebabkan buah Arumanis mengalami retak atau 'jelly seed' (biji yang lunak), sehingga aplikasi foliar yang mengandung B dan Seng (Zn) sangat dianjurkan, terutama saat buah mulai membesar.
Seperti mangga pada umumnya, Arumanis rentan terhadap beberapa hama dan penyakit yang dapat mengurangi hasil panen hingga 80% jika tidak ditangani dengan baik. Manajemen hama terpadu (PHT) adalah kunci sukses.
Ini adalah musuh nomor satu Mangga Arumanis. Lalat buah betina menyuntikkan telurnya ke dalam buah muda. Larva yang menetas akan memakan daging buah, menyebabkan buah busuk dari dalam, berair, dan rontok sebelum matang. Mengingat Arumanis adalah buah premium, kerusakan kecil akibat lalat buah dapat membuatnya tidak layak jual. Pengendaliannya meliputi:
Wereng menyerang malai bunga dan pucuk muda, menghisap cairan tanaman dan mengeluarkan embun madu yang memicu pertumbuhan jamur jelaga. Serangan wereng dapat menyebabkan kegagalan pembungaan total. Pengendalian dilakukan dengan insektisida kontak yang tepat sasaran sebelum bunga mekar penuh.
Antraknosa adalah penyakit jamur yang paling sering menyerang Arumanis, terutama pada kondisi kelembaban tinggi dan curah hujan saat berbunga. Gejala: bercak hitam pada daun muda, bunga rontok, dan bercak hitam pada buah matang (sering disebut *stem-end rot* jika muncul di pangkal buah). Pengendaliannya melibatkan aplikasi fungisida sistemik dan kontak secara bergantian, serta sanitasi tajuk melalui pemangkasan.
Jamur ini tumbuh pada embun madu yang ditinggalkan oleh hama penghisap (Wereng atau Kutu Putih). Meskipun tidak menyerang jaringan tanaman secara langsung, lapisan hitam jamur menutupi permukaan daun, mengganggu proses fotosintesis, dan membuat buah terlihat kotor, mengurangi nilai estetika dan jual Mangga Arumanis.
Kualitas Mangga Arumanis sangat bergantung pada ketepatan waktu panen dan bagaimana buah ditangani setelah dipetik. Arumanis adalah mangga klimakterik, artinya buah dapat matang setelah dipetik, namun harus dipanen pada tingkat kematangan yang tepat.
Arumanis idealnya dipanen pada usia 110–120 hari setelah munculnya bunga (anthesis). Indikator lain yang digunakan adalah:
Pemanenan harus dilakukan pada pagi hari setelah embun mengering atau sore hari. Buah dipetik menggunakan gunting atau alat petik khusus, menyisakan tangkai sepanjang 5–10 cm (disebut 'bertangkai'). Teknik ini sangat penting untuk mencegah getah (lateks) mengenai kulit buah. Getah mangga mengandung senyawa yang dapat menyebabkan noda hitam permanen (latex burn), yang menurunkan kualitas visual Arumanis.
Setelah dipetik, buah harus segera dimasukkan ke dalam keranjang yang dialasi busa atau kain, dan dihindari kontak langsung dengan tanah atau paparan sinar matahari langsung.
Proses ini sangat penting untuk Arumanis kualitas ekspor. Buah yang masih bertangkai didiamkan terbalik di rak kawat atau wadah hingga semua getah habis menetes keluar (sekitar 30-60 menit). Setelah getah habis, tangkai dipotong lebih pendek menggunakan gunting yang steril. Kemudian buah dicuci dengan larutan fungisida ringan (misalnya air klorin) untuk menghilangkan residu dan mencegah antraknosa pasca panen.
Buah disortir berdasarkan standar kualitas (bebas cacat, hama, dan noda). Grading dilakukan berdasarkan berat (misalnya Grade A: 350-450g, Grade B: 250-350g). Arumanis dikemas dalam kotak karton berventilasi baik, sering kali dengan pelindung busa individual, untuk mencegah benturan selama transportasi. Penyimpanan optimal berada pada suhu 12°C-13°C dengan kelembaban 90-95%.
Selain rasa dan aromanya yang memikat, Mangga Arumanis adalah sumber nutrisi yang luar biasa, menjadikannya bukan hanya camilan lezat tetapi juga kontributor penting bagi pola makan sehat.
Mangga Arumanis didominasi oleh karbohidrat kompleks, yang sebagian besar terdiri dari gula alami (fruktosa, glukosa, sukrosa) yang memberikan rasa manis khas. Kandungan serat makanannya tinggi, yang penting untuk kesehatan pencernaan. Mangga Arumanis relatif rendah kalori (sekitar 60-70 kkal per 100 gram daging buah) dan hampir bebas lemak.
Kandungan Gula Total yang tinggi pada Arumanis membuatnya menjadi sumber energi instan yang sangat baik, terutama bagi mereka yang membutuhkan pemulihan energi setelah aktivitas fisik.
Arumanis adalah gudang vitamin, yang paling dominan adalah:
Mangga Arumanis mengandung berbagai fitokimia yang memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Beberapa senyawa antioksidan penting yang ditemukan dalam Mangga Arumanis meliputi:
Mangiferin: Ini adalah polifenol unik yang ditemukan pada mangga. Penelitian menunjukkan bahwa mangiferin memiliki sifat anti-inflamasi, antikanker, dan anti-diabetik. Konsentrasi mangiferin yang memadai dalam Arumanis berkontribusi pada perlindungan kardiovaskular dan neuroproteksi.
Quercetin dan Katekin: Antioksidan flavonoid ini membantu menetralkan radikal bebas dalam tubuh, mengurangi risiko penyakit kronis yang disebabkan oleh stres oksidatif.
Konsumsi rutin Mangga Arumanis dapat membantu dalam menjaga tekanan darah berkat kandungan kaliumnya, mendukung pencernaan karena seratnya, dan memberikan perlindungan seluler yang komprehensif berkat keragaman antioksidannya.
Karakteristik rasa Arumanis yang manis tanpa asam dan teksturnya yang lembut menjadikannya varietas yang sangat serbaguna dalam dunia kuliner, baik dimakan segar maupun diolah menjadi berbagai hidangan dan produk turunan.
Cara terbaik menikmati Arumanis adalah dalam keadaan segar dan dingin. Teksturnya yang tidak berserat membuatnya ideal untuk irisan langsung. Dalam budaya Indonesia, mangga matang sering disajikan sebagai hidangan penutup mewah atau sebagai bagian dari hidangan salad buah (rujak buah manis).
Jus dan Smoothie: Daging buah Arumanis yang kental menghasilkan jus atau smoothie yang sangat pekat tanpa perlu tambahan gula, memanfaatkan rasa manis alaminya yang tinggi.
Kualitas Arumanis yang prima menjadikannya bahan baku utama untuk produk olahan premium:
Dalam masakan kontemporer, Arumanis sering digunakan untuk menyeimbangkan hidangan gurih, terutama dalam masakan Thailand-Indonesia yang memadukan rasa pedas, asam, dan manis.
Salad Mangga Pedas: Irrisan Arumanis setengah matang (yang masih agak renyah) dicampur dengan udang, cabai, dan bumbu asam manis. Arumanis matang juga sering dipasangkan dengan makanan laut seperti udang bakar atau ikan panggang sebagai salsa buah yang segar.
Mango Sticky Rice (Ketupat Mangga): Meskipun populer di Thailand, di Indonesia, hidangan ini sering menggunakan Arumanis karena aromanya yang sangat serasi dengan ketan kukus dan santan kental.
Mangga Arumanis menempati posisi strategis dalam rantai pasok buah nasional. Ia dikenal sebagai mangga "kelas menengah atas," dengan harga yang secara konsisten lebih tinggi daripada mangga varietas biasa, namun lebih terjangkau daripada mangga impor tertentu.
Permintaan Mangga Arumanis di pasar ekspor terus meningkat, terutama dari negara-negara Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa. Karakteristik utama yang dicari oleh pasar internasional adalah daya simpan yang relatif baik (jika dipanen pada tingkat kematangan yang tepat) dan minimnya serat.
Untuk menembus pasar ekspor, petani harus memenuhi standar kualitas yang ketat, termasuk bebas dari residu pestisida, ukuran seragam, dan implementasi sertifikasi Global GAP (Good Agricultural Practices). Sentra-sentra produksi di Jawa Timur telah aktif menerapkan sistem ini untuk memastikan kontinuitas pasokan berkualitas tinggi.
Harga Arumanis sangat dipengaruhi oleh musim. Selama puncak panen raya (Oktober-November), harga cenderung jatuh karena kelebihan pasokan. Sebaliknya, saat panen di luar musim (off-season), harga dapat melambung dua hingga tiga kali lipat. Fenomena ini mendorong inovasi dalam teknik budidaya, seperti penggunaan hormon perangsang bunga dan modifikasi stres air, untuk memindahkan jadwal panen ke periode harga tinggi.
Salah satu tantangan terbesar Arumanis adalah sifatnya yang mudah memar dan membusuk jika penanganan pasca panen buruk. Meskipun memiliki daya simpan lebih baik dari beberapa varietas lain, Arumanis tetap memerlukan rantai dingin yang efisien dari kebun hingga konsumen. Kegagalan dalam menjaga suhu rendah selama transportasi sering mengakibatkan kerugian signifikan akibat pematangan berlebihan atau serangan jamur di perjalanan.
Pengembangan varietas baru yang merupakan turunan Arumanis sedang diupayakan, berfokus pada peningkatan ketahanan terhadap penyakit, terutama antraknosa, sambil mempertahankan aroma dan rasa manis yang menjadi ciri khas varietas unggul ini.
Pemangkasan (pruning) adalah praktik agronomis yang vital dalam budidaya Mangga Arumanis modern. Pemangkasan tidak hanya bertujuan membentuk tajuk yang ideal untuk memudahkan panen, tetapi juga untuk mengatur produksi buah dan mengendalikan hama/penyakit.
A. Pemangkasan Bentuk (Formative Pruning): Dilakukan pada tahun-tahun awal (1–3 tahun) untuk menciptakan struktur cabang primer yang kuat. Tajuk ideal Arumanis adalah terbuka di tengah (vas terbuka) untuk memungkinkan penetrasi sinar matahari maksimum, yang penting untuk sintesis gula buah.
B. Pemangkasan Produksi (Maintenance Pruning): Dilakukan setiap tahun setelah panen. Tujuannya adalah menghilangkan cabang yang mati, sakit, atau tidak produktif, serta membuang tunas air yang terlalu tegak (vertikal). Pemangkasan ini memastikan energi tanaman diarahkan ke cabang-cabang lateral yang membawa bunga.
C. Pemangkasan Peremajaan (Rejuvenation Pruning): Diperlukan untuk pohon tua yang produktivitasnya menurun. Melibatkan pemotongan cabang-cabang besar secara drastis (disebut topping) untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Proses ini membutuhkan waktu pemulihan 2–3 tahun sebelum pohon kembali berbuah, namun hasilnya adalah peningkatan kualitas buah yang signifikan.
Mangga Arumanis membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi. Pemangkasan yang tepat memastikan cahaya dapat mencapai bagian dalam tajuk, tidak hanya meningkatkan kualitas buah di bagian dalam, tetapi juga mengurangi kelembaban internal, yang merupakan lingkungan ideal bagi perkembangan jamur antraknosa.
Di Indonesia, mangga bukan sekadar komoditas pertanian; ia memiliki nilai budaya dan sosial yang mendalam. Arumanis, sebagai salah satu varietas premium, seringkali terkait dengan status dan perayaan.
Di beberapa daerah, Mangga (termasuk Arumanis) sering digunakan dalam upacara adat dan perayaan tertentu sebagai simbol kemakmuran dan hasil bumi yang melimpah. Pemberian Mangga Arumanis sebagai bingkisan selama musim panen adalah bentuk penghormatan dan persahabatan.
Upaya konservasi Mangga Arumanis di sentra-sentra aslinya sangat penting. Petani lokal berperan sebagai penjaga warisan genetik. Meskipun ada tren menuju budidaya monokultur, pelestarian pohon-pohon induk tua Arumanis yang telah beradaptasi secara genetik selama bertahun-tahun memastikan bahwa keragaman genetik (yang memberikan ketahanan terhadap penyakit baru) tetap terjaga.
Pemerintah daerah dan institusi penelitian pertanian aktif dalam menyediakan bibit bersertifikat untuk mencegah percampuran genetik yang dapat mengurangi kualitas aroma dan rasa khas Arumanis.
Untuk lebih memahami mengapa Arumanis begitu berharga dari perspektif nutrisi, kita perlu menyelami lebih dalam kandungan spesifik senyawa bioaktifnya, di luar vitamin dan mineral umum.
Meskipun Arumanis dikenal karena seratnya yang minim pada daging buah (yang menjadikannya lembut), serat larut dan tidak larutnya tetap signifikan. Serat larut membantu mengatur kadar gula darah dan kolesterol, sementara serat tidak larut memberikan massa pada tinja, mendukung gerakan peristaltik usus yang sehat.
Kombinasi antara air, serat, dan enzim pencernaan tertentu (seperti amilase) dalam Arumanis menjadikannya buah yang sangat mudah dicerna, berbeda dengan beberapa buah lain yang kaya serat keras.
Warna kuning jingga yang kaya pada Arumanis berasal dari pigmen karotenoid. Karotenoid, selain menjadi prekursor Vitamin A, juga berfungsi sebagai pelindung kulit dari kerusakan akibat sinar UV. Konsumsi buah kaya karotenoid seperti Arumanis secara teratur dapat berkontribusi pada kesehatan kulit jangka panjang dan memberikan kilau alami.
Beta-kriptoksantin, karotenoid lain yang ada dalam mangga, telah dipelajari karena potensinya dalam mengurangi risiko kanker paru-paru dan meningkatkan fungsi paru-paru secara umum. Kualitas karotenoid pada Arumanis dikatakan superior karena lingkungan tumbuh yang ideal di daerah tropis yang kering, yang memaksimalkan sintesis pigmen.
Selain Kalium yang telah disebutkan, Arumanis juga mengandung sejumlah mineral penting lainnya:
Masa depan budidaya Mangga Arumanis menghadapi ancaman serius dari perubahan iklim global dan munculnya varian hama/penyakit baru. Keberlanjutan produksi Arumanis sangat bergantung pada adaptasi cepat para petani.
Arumanis sangat sensitif terhadap pola curah hujan yang tidak teratur, terutama pada fase generatif. Peningkatan suhu rata-rata dan pergeseran musim hujan/kemarau menyebabkan kesulitan bagi petani untuk menerapkan ‘stres air’ yang diperlukan untuk memicu pembungaan. Curah hujan yang tiba-tiba selama pembungaan dapat menyebabkan bunga rontok masal dan mendorong penyebaran antraknosa secara sporadis.
Solusi yang diuji coba meliputi penggunaan rumah peneduh (netting) untuk mengatur iklim mikro di kebun, serta pengembangan sistem irigasi tetes yang cerdas (smart irrigation) yang dapat mengontrol pemberian air secara presisi tanpa bergantung pada pola cuaca alami yang semakin tidak dapat diprediksi.
Penggunaan pestisida yang berlebihan untuk mengontrol lalat buah dan wereng telah menyebabkan resistensi pada populasi hama tertentu. Hal ini memaksa petani untuk beralih ke strategi PHT yang lebih holistik, menekankan pada kontrol biologis dan mekanik (seperti pembungkusan buah dan penggunaan perangkap massal) daripada hanya mengandalkan bahan kimia.
Pemanfaatan musuh alami hama, seperti tawon parasitoid untuk mengendalikan lalat buah, merupakan area penelitian yang menjanjikan untuk memastikan keberlanjutan dan keamanan produk Arumanis.
Faktor penentu utama Arumanis adalah aromanya. Ilmuwan telah mengidentifikasi bahwa pembentukan senyawa aroma terjadi selama proses pematangan akhir, dan sangat dipengaruhi oleh nutrisi dan kondisi lingkungan.
Aroma khas Arumanis berasal dari kombinasi kompleks lebih dari 100 senyawa volatil. Ester, seperti etil butanoat dan etil asetat, adalah komponen kunci yang memberikan nuansa manis buah yang kuat. Kandungan terpen, seperti limonene, juga menyumbang pada sensasi wangi segar dan sedikit sitrus.
Kualitas pengelolaan Kalsium (Ca) dan Kalium (K) dalam tanah secara langsung berhubungan dengan sintesis senyawa volatil ini. Pohon yang kekurangan Kalium sering menghasilkan buah dengan kadar gula lebih rendah dan aroma yang kurang intens, menegaskan pentingnya program nutrisi yang sangat spesifik.
Jika Arumanis dipanen terlalu dini, ia mungkin tidak memiliki cukup cadangan pati untuk diubah menjadi gula dan senyawa aroma yang cukup saat matang di tempat penyimpanan. Hasilnya adalah buah yang matang secara fisik tetapi hambar dan kurang wangi. Sebaliknya, panen yang terlalu lambat meningkatkan risiko kerusakan pasca panen dan memar.
Oleh karena itu, penentuan indeks panen 110-120 hari setelah antesis adalah kompromi ilmiah terbaik untuk memastikan bahwa buah memiliki potensi penuh untuk mengembangkan rasa dan aroma Arumanis yang ikonik saat mencapai konsumen.
Mangga Arumanis berdiri tegak sebagai simbol kesuksesan agrikultur tropis Indonesia. Keunggulannya bukan hanya terletak pada rasa manis dan aromanya yang memikat, tetapi juga pada manajemen budidaya intensif yang menuntut, serta kekayaan nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Dari kebun di Jawa Timur hingga pasar internasional, Arumanis membutuhkan perhatian detail, mulai dari pemangkasan presisi, nutrisi seimbang, hingga penanganan pasca panen yang cermat.
Upaya pelestarian genetik dan adaptasi terhadap tantangan iklim di masa depan adalah kunci untuk memastikan bahwa Mangga Arumanis akan terus menjadi mahakarya tropis yang mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia. Kisah Arumanis adalah kisah tentang keharmonisan antara alam, ilmu pengetahuan, dan dedikasi petani, menghasilkan buah dengan keharuman abadi yang tak tertandingi.