Maroko, secara resmi dikenal sebagai Kerajaan Maroko (Al-Mamlakah al-Maghribīyyah), adalah sebuah negara yang terletak di ujung barat laut Afrika. Posisinya yang strategis, berbatasan langsung dengan Samudra Atlantik di barat dan Laut Mediterania di utara, serta dipisahkan dari Eropa hanya oleh Selat Gibraltar yang sempit, menjadikannya persimpangan peradaban yang kaya dan kompleks. Sejarahnya yang membentang ribuan tahun, dari peradaban Berber kuno hingga dinasti-dinasti Islam yang agung, telah membentuk mozaik budaya, arsitektur, dan kuliner yang memukau dunia. Maroko bukan hanya sekadar gerbang menuju Afrika, melainkan sebuah dunia yang tenggelam dalam legenda, warna-warna medina yang padat, dan keindahan Pegunungan Atlas yang menjulang tinggi.
Maghreb al-Aqsa: Bangsa Arab menyebut Maroko sebagai Al-Maghrib al-Aqsa, yang berarti "Barat Jauh" atau "Tempat Matahari Terbenam Paling Barat." Nama ini menekankan posisi uniknya sebagai batas terakhir dunia Muslim di sebelah barat, sebelum lautan luas yang dikenal sebagai Samudra Atlantik.
Maroko menampilkan keragaman geografis yang mencengangkan, membentang dari garis pantai yang panjang, pegunungan yang tertutup salju, hingga hamparan gurun Sahara yang tak berujung. Struktur geografis ini secara fundamental mempengaruhi iklim, populasi, dan sejarah perdagangan negara ini. Secara umum, Maroko dapat dibagi menjadi empat zona utama, masing-masing dengan karakteristik unik yang membentuk identitas regionalnya. Memahami geografi adalah kunci untuk memahami bagaimana berbagai dinasti berkuasa dan bagaimana budaya Berber kuno tetap lestari.
Sistem Pegunungan Atlas adalah fitur paling dominan di lanskap Maroko. Pegunungan ini bertindak sebagai penghalang iklim, memisahkan iklim Mediterania yang subur di utara dari kondisi gurun yang kering di tenggara. Rantai ini dibagi menjadi tiga sub-rantai utama yang masing-masing memiliki peran historis dan ekologis yang berbeda. Kehadiran pegunungan ini tidak hanya mempengaruhi curah hujan tetapi juga menjadi benteng pertahanan bagi suku-suku Berber (Amazigh) selama ribuan tahun, melestarikan bahasa dan tradisi mereka dari invasi asing.
Ini adalah wilayah yang paling padat penduduknya dan paling produktif secara ekonomi. Dataran-dataran ini, yang membentang dari Rabat hingga Agadir, menerima curah hujan yang cukup dan memiliki tanah aluvial yang subur. Di sini terdapat sebagian besar kota-kota besar Maroko, termasuk Casablanca, Rabat, dan Kenitra. Daerah ini, yang dikenal sebagai Meseta Maroko, merupakan pusat industri, pertanian (sereal, buah jeruk), dan perdagangan internasional. Konsentrasi populasi dan infrastruktur di sini mencerminkan kemudahan akses dan kesuburan tanah yang telah dimanfaatkan sejak zaman Romawi dan Phoenicia.
Bagian utara Maroko didominasi oleh Pegunungan Rif yang curam, membentang sejajar dengan pantai Mediterania. Wilayah ini secara historis lebih terisolasi, dengan populasi yang didominasi oleh suku-suku Berber Rifian. Kota-kota utama di sini termasuk Tangier (gerbang internasional) dan Chefchaouen (kota biru yang ikonik). Karena kedekatannya dengan Spanyol, wilayah ini memiliki interaksi budaya yang intens dan memiliki sejarah yang kompleks terkait dengan protektorat Spanyol, yang meninggalkan jejak arsitektur dan bahasa.
Di sebelah tenggara Pegunungan Atlas, iklim berubah drastis menjadi kondisi stepa kering dan kemudian Gurun Sahara. Wilayah ini dicirikan oleh kasbah (benteng lumpur) yang terpelihara dengan baik, lembah-lembah oasis (seperti Draa dan Ziz) yang subur, dan aktivitas nomaden. Kota-kota seperti Ouarzazate berfungsi sebagai gerbang ke gurun dan pusat industri film. Lanskap di sini meliputi formasi bukit pasir (Erg Chebbi) dan batu-batu dataran tinggi (Hamada). Zona ini memainkan peran vital dalam sejarah perdagangan Trans-Sahara, menghubungkan Afrika Sub-Sahara dengan Mediterania melalui rute garam, emas, dan rempah-rempah.
Sejarah Maroko adalah kisah invasi, perlawanan, dan kebangkitan dinasti-dinasti besar yang meninggalkan warisan arsitektur dan intelektual yang tak tertandingi. Tanah ini telah menjadi rumah bagi Berber sejak zaman prasejarah, diresapi oleh pengaruh Phoenicia, Romawi, Vandal, Bizantium, dan, yang paling signifikan, invasi Arab Muslim.
Sebelum kedatangan Islam, wilayah yang kini dikenal sebagai Maroko adalah bagian dari Mauretania. Bangsa Berber adalah penduduk asli, dan mereka memiliki kontak perdagangan yang luas dengan Phoenicia di sepanjang pantai sejak abad ke-12 SM, mendirikan pos-pos perdagangan seperti Lixus dan Tingis (Tangier). Setelah jatuhnya Kartago, Romawi mengambil kendali penuh pada abad ke-1 Masehi, mendirikan provinsi Mauretania Tingitana, dengan Volubilis sebagai ibu kota utamanya. Pengaruh Romawi terlihat jelas dalam pertanian (minyak zaitun) dan infrastruktur, meskipun kontrol mereka jarang meluas jauh ke Pegunungan Atlas. Setelah Romawi mundur, Vandal dan Bizantium sempat berkuasa, tetapi dominasi politik kembali jatuh ke tangan suku-suku Berber yang otonom hingga kedatangan Islam pada abad ke-7 Masehi.
Islam tiba di Maroko melalui penaklukan Umayyah pada akhir abad ke-7. Namun, kontrol dari Kekhalifahan Timur (Damaskus/Baghdad) bersifat rapuh. Pemberontakan Berber Kharajite pada 740 M berhasil mengusir kekuasaan Khalifah. Pendiri negara Islam pertama yang mandiri di Maroko adalah Idris I, keturunan Nabi Muhammad, yang melarikan diri dari timur. Ia mendirikan Dinasti Idrisid pada 788 M, dengan ibu kota di Fes. Dinasti Idrisid memiliki kepentingan besar karena: (a) mereka mendirikan Fes, kota intelektual yang kelak menjadi mercusuar Islam di barat, dan (b) mereka memastikan bahwa Islam yang mengakar di Maroko adalah Islam Syiah yang kemudian berubah menjadi Sunni Maliki, menciptakan identitas keagamaan yang berbeda dari timur.
Dinasti Berber Sanhaja ini muncul dari Sahara di selatan. Di bawah kepemimpinan Yusuf ibn Tashfin, mereka tidak hanya menyatukan Maroko tetapi juga menaklukkan bagian selatan Spanyol (Al-Andalus) dan mendirikan Marrakesh sebagai ibu kota kekaisaran yang megah. Periode ini ditandai dengan kemakmuran, perluasan kekuasaan militer yang luar biasa, dan pengenalan gaya arsitektur yang canggih yang memadukan unsur-unsur Afrika Utara dan Andalusia. Mereka menguasai kekaisaran yang membentang dari Sungai Senegal hingga Sungai Ebro.
Almohad, yang berarti 'Para Monoteis,' adalah gerakan reformis Berber Masmuda dari Pegunungan Atlas. Mereka menggulingkan Almoravid dan mendirikan kekaisaran yang lebih besar dan lebih terpusat, menguasai seluruh Afrika Utara hingga Libya. Periode Almohad dianggap sebagai puncak keemasan Maroko dalam hal arsitektur dan seni, menghasilkan struktur ikonik seperti Masjid Koutoubia di Marrakesh dan Menara Hassan di Rabat. Filosofi mereka yang ketat memengaruhi praktik keagamaan dan intelektual di seluruh wilayah.
Dinasti Marinid (1244–1465) menggantikan Almohad, memindahkan ibu kota kembali ke Fes. Mereka berfokus pada pembangunan madrasah (sekolah teologi) yang indah, memperkuat reputasi Fes sebagai pusat pembelajaran. Setelah periode kekacauan di bawah Wattasid, Dinasti Saadi (1554–1659) mengambil alih, mendapatkan legitimasi dari keturunan Syarifian (garis keturunan Nabi). Saadi terkenal karena mengalahkan Portugis dalam Pertempuran Ksar el Kebir (1578) dan menaklukkan Kekaisaran Songhai (Mali modern), membawa kekayaan emas yang luar biasa ke Maroko. Istana El Badi di Marrakesh adalah simbol kejayaan Saadi.
Dinasti Alaouite, yang juga Syarifian, berkuasa sejak pertengahan abad ke-17 dan tetap menjadi dinasti yang berkuasa hingga saat ini. Di bawah Sultan Moulay Ismail (1672–1727), Maroko disatukan kembali dan ibukota dipindahkan ke Meknes. Moulay Ismail adalah figur otokratis yang kejam namun efektif, berhasil mengusir pasukan Eropa dari pelabuhan-pelabuhan utama dan membangun benteng-benteng yang monumental. Dinasti ini berhasil mempertahankan independensi Maroko, meskipun dengan kesulitan yang meningkat, hingga menghadapi tekanan imperialisme Eropa yang kuat pada abad ke-19.
Pada awal abad ke-20, Maroko menjadi objek perebutan antara kekuatan Eropa. Pada tahun 1912, melalui Perjanjian Fes, Maroko secara resmi dibagi menjadi tiga zona: Protektorat Prancis (sebagian besar wilayah tengah dan selatan), Protektorat Spanyol (wilayah utara Rif dan bagian selatan Sahara), dan Zona Internasional Tangier. Era protektorat ini membawa modernisasi infrastruktur (jalan, pelabuhan, dan pengembangan Casablanca), tetapi juga resistensi sengit dari lokal. Gerakan nasionalis tumbuh subur di bawah Sultan Mohammed V. Maroko akhirnya memperoleh kemerdekaan penuh pada 2 Maret 1956, dengan Mohammed V diakui sebagai Raja.
Empat kota Maroko secara historis memegang gelar "Kota Kekaisaran" karena pernah menjadi ibu kota dinasti-dinasti besar: Fes, Marrakesh, Meknes, dan Rabat. Selain itu, kota-kota lain seperti Casablanca dan Chefchaouen juga memainkan peran penting dalam lanskap modern dan budaya Maroko.
Fes didirikan oleh Idris I pada akhir abad ke-8 dan merupakan kota kekaisaran tertua. Fes dibagi menjadi tiga bagian: Fes el Bali (Medina tua), Fes Jdid (kota baru yang dibangun Marinid), dan Ville Nouvelle (kota modern yang dibangun Prancis). Fes el Bali, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, diyakini sebagai area perkotaan bebas mobil terbesar di dunia. Jalanan sempit dan berliku, yang konon berjumlah lebih dari 9.000, menciptakan labirin yang mempertahankan atmosfer abad pertengahan.
Didirikan oleh Dinasti Almoravid pada abad ke-11, Marrakesh dikenal sebagai "Kota Merah" karena tembok dan bangunan bata lumpurnya yang berwarna merah muda. Kota ini adalah pusat budaya yang semarak, menghubungkan pedagang dari Pegunungan Atlas dan Sahara dengan Eropa. Kehidupan kota berputar di sekitar Djemaa el-Fna.
Rabat adalah ibu kota administratif dan politik Maroko saat ini. Meskipun berfungsi sebagai pusat modern dengan infrastruktur kontemporer, ia memiliki sejarah kekaisaran yang signifikan, terutama di bawah Almohad dan Alaouite. Rabat memiliki suasana yang lebih tenang dan teratur dibandingkan Fes atau Marrakesh.
Casablanca (Dar el Beida) bukanlah kota kekaisaran tradisional, tetapi ia adalah kota terbesar di Maroko dan pusat ekonomi, industri, dan keuangan. Kota ini berkembang pesat di bawah Protektorat Prancis, menampilkan gaya arsitektur Art Deco dan Neo-Moorish yang unik. Kota ini merepresentasikan ambisi modern dan kosmopolitan Maroko.
Chefchaouen, yang terletak di Pegunungan Rif, terkenal karena medinanya yang hampir seluruhnya dicat dengan berbagai nuansa biru. Warna biru ini dikatakan berasal dari tradisi Yahudi yang menetap setelah melarikan diri dari Inkuisisi Spanyol, meskipun interpretasi lain menyebutkan fungsinya untuk mengusir nyamuk atau sebagai simbol surga. Tangier, di sisi lain, telah lama menjadi kota kosmopolitan internasional, yang berfungsi sebagai jembatan antara Afrika dan Eropa, menarik seniman, penulis, dan mata-mata selama bertahun-tahun.
Budaya Maroko adalah perpaduan yang harmonis dan rumit antara tradisi Berber (Amazigh) yang sangat kuno, warisan Arab yang dibawa oleh Islam, dan pengaruh Andalusia yang datang setelah pengusiran Muslim dan Yahudi dari Spanyol. Identitas ini diekspresikan secara kuat melalui bahasa, seni, dan etiket sosial.
Meskipun bahasa Arab Modern Baku adalah bahasa resmi negara, bahasa sehari-hari yang dominan adalah Arab Maroko (Darija), yang sangat berbeda dari dialek Timur Tengah, diwarnai oleh kosakata Berber, Spanyol, dan Prancis. Bahasa Berber (Tamazight) adalah bahasa kedua yang diakui secara konstitusional, dengan tiga varian utama: Tarifit (Rif), Tamazight (Atlas Tengah), dan Tashelhit (Atlas Tinggi/Anti-Atlas). Pengakuan terhadap Tamazight dan penambahan huruf Tifinagh dalam bendera budaya mencerminkan penguatan identitas Berber dalam beberapa dekade terakhir. Bahasa Prancis tetap menjadi bahasa bisnis, pendidikan tinggi, dan administrasi karena warisan kolonial.
Kerajinan Maroko tidak hanya bersifat dekoratif tetapi juga merupakan ekspresi langsung dari tradisi kuno yang diturunkan dari generasi ke generasi. Setiap kota kekaisaran memiliki spesialisasi kerajinan yang khas:
Musik Maroko sangat beragam, mencerminkan geografi yang berbeda. Musik Gnaoua, yang berasal dari keturunan budak Afrika Sub-Sahara, terkenal karena ritme yang hipnotis, penggunaan alat musik krakeb (kasta logam), dan tema-tema spiritual yang mendalam. Musik Andalusia, yang dibawa oleh pengungsi dari Al-Andalus, tetap lestari di kota-kota utara seperti Tetouan dan Fes. Musik Ahouach adalah tarian dan nyanyian kolektif Berber dari Atlas Tinggi, yang dibawakan dalam acara-acara besar, sering kali menampilkan responsif antara penari pria dan wanita.
Masyarakat Maroko sangat menghargai hierarki keluarga dan hormat kepada yang lebih tua. Keramahan (Diyafa) adalah nilai budaya fundamental. Menyambut tamu dengan upacara teh mint adalah ritual yang wajib. Penting untuk diperhatikan bahwa dalam interaksi sosial, terutama antara jenis kelamin yang berbeda, kesopanan dan formalitas dijaga. Hubungan sosial seringkali diatur oleh konsep Baraka (berkah suci) dan penghormatan terhadap Syarifian (keturunan Nabi), yang memperkuat peran Kerajaan.
Kuliner Maroko diakui secara global sebagai salah satu yang paling kaya dan paling aromatik di dunia. Gastronomi ini adalah cerminan sempurna dari sejarah negara ini: memadukan teknik memasak Berber kuno dengan rempah-rempah yang dibawa oleh pedagang Arab, pengaruh manisan Moorish dari Andalusia, dan kekayaan hasil bumi dari dataran subur.
Tagine (atau Tajine) adalah baik nama untuk hidangan yang dimasak maupun wadah keramik dengan tutup kerucut yang digunakan untuk memasaknya. Tutup kerucut yang unik memungkinkan uap terkondensasi dan menetes kembali ke dalam masakan, menjaga daging tetap empuk dan sayuran tetap lembab, meminimalkan kebutuhan air—sebuah teknik kuno yang efisien untuk daerah kering. Tagine adalah lambang kesabaran dan keseimbangan rasa.
Variasi Tagine sangat luas, tetapi beberapa yang paling ikonik meliputi: Tagine Ayam dengan Lemon Acar dan Zaitun Hijau, Tagine Domba dengan Prun dan Almond (sering dipermanis dengan madu atau aprikot), dan Tagine Sayuran Berber murni yang dimasak dengan kaldu kaya tomat, kunyit, dan paprika. Kunci utama adalah penggunaan bumbu yang seimbang, memungkinkan setiap bahan untuk berbicara.
Couscous, yang terbuat dari semolina gandum durum, adalah makanan pokok tradisional yang disajikan pada hari Jumat (hari suci) dan acara-acara khusus. Mempersiapkan couscous adalah proses yang intensif, melibatkan pengukusan semolina berkali-kali di atas panci khusus yang disebut kiskis atau couscoussier, yang diletakkan di atas rebusan daging dan sayuran. Ritual makan couscous seringkali melibatkan seluruh keluarga yang makan dari piring besar yang sama, melambangkan persatuan dan kemurahan hati. Makanan ini selalu diakhiri dengan semolina yang dicampur dengan susu fermentasi (leben) atau madu.
Pastilla adalah hidangan yang menunjukkan puncak keahlian kuliner Maroko—sebuah pai gurih yang manis. Aslinya dibuat dengan daging merpati, kini sering menggunakan ayam. Daging dimasak hingga sangat empuk, dicampur dengan rempah-rempah (termasuk kunyit, jahe, dan kayu manis), telur yang dikocok, dan ditutup di antara lapisan tipis adonan warqa (mirip phyllo). Setelah dipanggang, pastilla ditaburi gula halus dan kayu manis, menciptakan perpaduan rasa yang mengejutkan antara asin, manis, renyah, dan lembut. Hidangan ini biasanya disajikan di awal perayaan besar atau pernikahan.
Teh mint (Atay) adalah lebih dari sekadar minuman; ia adalah ritual sosial yang mendefinisikan keramahan Maroko. Dibuat dari teh hijau bubuk, daun mint segar (spearmint), dan gula dalam jumlah besar. Proses penyajiannya adalah sebuah seni: Teh dituangkan dari jarak tinggi ke dalam gelas kecil, yang tujuannya untuk menciptakan lapisan busa (cha’ar) di permukaan, sekaligus mendinginkan cairan dan memadukan rasa secara sempurna. Menolak teh yang ditawarkan oleh tuan rumah dianggap sangat tidak sopan. Tradisi penyajian teh ini mencerminkan akar Berber dan kebiasaan perdagangan rempah-rempah.
Rempah-rempah adalah jiwa dari masakan Maroko. Rempah-rempah tidak digunakan untuk membuat hidangan pedas, melainkan untuk memberikan aroma dan kedalaman rasa yang kompleks. Campuran bumbu yang paling terkenal adalah Ras el Hanout, yang berarti "Kepala Toko," menunjukkan bahwa bumbu ini adalah campuran terbaik yang dimiliki oleh penjual rempah. Campuran ini bisa terdiri dari 20 hingga 80 jenis rempah, termasuk pala, kapulaga, kayu manis, bunga mace, dan bahkan kadang-kadang lalat Spanyol kering (meskipun yang terakhir ini jarang digunakan saat ini). Rempah-rempah penting lainnya termasuk kunyit (untuk warna), jahe, paprika manis, jintan, dan ketumbar.
Arsitektur Maroko, dari medina yang berliku-liku hingga istana megah, adalah perpaduan fungsionalitas iklim, kerahasiaan budaya, dan estetika Islam yang terinspirasi oleh tradisi Andalusia. Bentuknya menekankan keindahan interior, menyembunyikan kekayaan dari pandangan publik, dan memaksimalkan perlindungan dari panas gurun.
Medina adalah kota tua bertembok, yang merupakan inti historis dari setiap kota besar Maroko. Mereka dicirikan oleh gang-gang sempit, tidak adanya perencanaan jalan raya, dan struktur padat yang dirancang untuk memberikan keteduhan maksimal. Kasbah, di sisi lain, adalah benteng atau distrik berbenteng, seringkali dibangun dari tanah liat (pisé) di wilayah selatan. Kota-kota yang terbuat dari lumpur ini, seperti Aït Benhaddou (sebuah Ksar, desa benteng), menunjukkan teknik konstruksi yang telah digunakan selama lebih dari seribu tahun di lembah-lembah Atlas.
Riad adalah tipe rumah tradisional Maroko, terutama di Fes dan Marrakesh, yang memiliki ciri khas orientasi ke dalam. Semua jendela dan pintu menghadap ke halaman tengah, yang biasanya berupa taman atau air mancur. Desain tertutup ini memberikan privasi penuh sesuai etiket Islam, dan membantu menciptakan mikroklimat sejuk di dalam rumah. Arsitektur Riad adalah cerminan dari filosofi bahwa keindahan dan kenyamanan harus dinikmati secara pribadi oleh keluarga, bukan dipamerkan kepada dunia luar.
Arsitektur Maroko secara visual didefinisikan oleh empat elemen dekoratif utama yang digunakan dalam kombinasi harmonis, seringkali menutupi setiap permukaan dinding dan langit-langit.
Maroko memiliki ekonomi pasar yang didominasi oleh pertanian, industri fosfat, dan sektor jasa (terutama pariwisata). Meskipun menghadapi tantangan regional, negara ini dianggap sebagai salah satu yang paling stabil di Afrika Utara, menjadikannya pusat investasi regional.
Pertanian menyumbang porsi signifikan dari PDB dan lapangan kerja, meskipun produksinya rentan terhadap variasi curah hujan. Maroko adalah pengekspor terkemuka untuk buah jeruk (terutama jeruk, yang merupakan simbol nasional), tomat, dan sereal. Produksi minyak zaitun juga sangat penting. Di sektor perikanan, Maroko adalah produsen sarden terbesar di dunia, dengan Agadir dan Safi menjadi pusat utama. Investasi dalam irigasi modern (seperti Proyek Bendungan Al Wahda) adalah prioritas utama pemerintah untuk memitigasi dampak kekeringan.
Maroko menguasai sekitar 75% dari cadangan fosfat dunia yang diketahui. Fosfat, yang digunakan dalam pembuatan pupuk, adalah sumber pendapatan ekspor yang vital. Kantor Fosfat Cherifien (OCP) adalah entitas yang dikelola negara dan merupakan pemain kunci di pasar global. Selain fosfat, Maroko juga memiliki cadangan kobalt, seng, dan perak, meskipun jauh lebih kecil. Investasi besar juga dialihkan ke energi terbarukan, terutama dengan Kompleks Tenaga Surya Noor di Ouarzazate, salah satu pembangkit listrik tenaga surya terkonsentrasi terbesar di dunia, mencerminkan komitmen Maroko terhadap keberlanjutan.
Dalam dua dekade terakhir, Maroko telah berupaya mendiversifikasi industrinya. Sektor otomotif telah muncul sebagai motor pertumbuhan yang signifikan, dengan pabrik-pabrik besar milik Renault dan Peugeot (Stellantis) di Tangier dan Kenitra. Negara ini telah memosisikan dirinya sebagai basis manufaktur kompetitif yang dekat dengan Eropa, menawarkan insentif investasi yang kuat dan zona perdagangan bebas. Industri aeronautika juga tumbuh pesat, terutama di Casablanca, yang menyediakan suku cadang untuk perusahaan-perusahaan besar seperti Boeing dan Airbus.
Pariwisata adalah mesin ekonomi utama, menarik jutaan pengunjung yang tertarik pada medina bersejarah, gurun, dan Pegunungan Atlas. Maroko menawarkan berbagai macam pengalaman wisata, mulai dari peselancar di Essaouira, pejalan kaki di Toubkal, hingga pembeli karpet di Fes. Investasi besar diarahkan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan ekowisata, terutama di komunitas Berber Pegunungan Atlas, yang memungkinkan pendapatan mengalir langsung ke desa-desa terpencil.
Maroko adalah monarki konstitusional parlementer. Namun, peran Raja, yang berasal dari Dinasti Alaouite, tetap sentral dan otoritatif, didukung oleh legitimasi agama dan sejarah yang mendalam.
Raja Mohammed VI, yang berkuasa sejak 1999, adalah Kepala Negara dan memiliki gelar Amir al-Mu'minin (Pemimpin Umat Beriman). Gelar ini, yang merupakan kunci legitimasi Alaouite, menempatkan Raja sebagai otoritas agama tertinggi. Raja memiliki wewenang untuk membubarkan parlemen, menunjuk perdana menteri, dan memimpin dewan kementerian. Meskipun konstitusi tahun 2011 (hasil dari tuntutan Musim Semi Arab) memberikan lebih banyak kekuasaan kepada perdana menteri dan parlemen, Raja tetap menjadi penentu utama dalam kebijakan luar negeri, keamanan, dan urusan agama.
Sistem legislatif Maroko bikameral, terdiri dari Majelis Perwakilan (Majelis Rendah) dan Majelis Penasihat (Majelis Tinggi). Partai Keadilan dan Pembangunan (PJD), yang berideologi Islam moderat, mendominasi pemilihan parlemen selama dekade terakhir, menunjukkan dinamika politik yang unik di wilayah tersebut. Meskipun ada pluralisme partai, keputusan politik strategis tetap dikoordinasikan secara ketat dengan Istana Kerajaan.
Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan demografi, Maroko terus berupaya memodernisasi sektor pendidikan dan meningkatkan inklusi sosial, sambil mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya yang kuat.
Maroko telah melakukan investasi signifikan untuk meningkatkan tingkat literasi dan akses pendidikan, terutama di daerah pedesaan. Universitas Al-Qarawiyyin, yang menjadi ikon historis, kini didampingi oleh institusi-institusi modern seperti Universitas Mohammed V di Rabat dan Sekolah Teknik di Casablanca. Pendidikan Tinggi di Maroko sangat dipengaruhi oleh sistem Prancis, dengan fokus pada teknik, kedokteran, dan ilmu pengetahuan. Tantangan utama saat ini adalah mengurangi kesenjangan antara kualitas pendidikan perkotaan dan pedesaan, serta menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan pasar kerja global yang berubah.
Pembaruan paling signifikan dalam hukum Maroko terjadi pada tahun 2004 dengan pengesahan Moudawana (Kode Keluarga). Kode ini memberikan hak-hak yang lebih besar kepada perempuan, seperti hak untuk mengajukan cerai, meningkatkan usia minimum pernikahan, dan menempatkan tanggung jawab keluarga di antara kedua pasangan (suami dan istri). Meskipun reformasi ini dipuji secara internasional, implementasinya di masyarakat tradisional, terutama di daerah pedalaman, masih menghadapi hambatan budaya dan birokrasi, namun trennya jelas menuju kesetaraan yang lebih besar.
Maroko memosisikan dirinya sebagai pemimpin regional dalam memerangi perubahan iklim. Selain Kompleks Noor, negara ini menargetkan porsi yang sangat besar dari kapasitas energinya berasal dari sumber terbarukan (angin, matahari, hidro). Proyek-proyek ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi domestik tetapi juga untuk mengekspor energi bersih ke Eropa melalui kabel bawah laut, memperkuat peran Maroko sebagai mitra strategis global dalam isu lingkungan.
Warisan UNESCO: Maroko memiliki sembilan Situs Warisan Dunia UNESCO, termasuk Medinas Fes, Marrakesh, Tetouan, Essaouira, Meknes, dan Rabat. Ini menunjukkan pengakuan internasional atas pelestarian kekayaan arsitektur dan sejarahnya yang luar biasa, mulai dari struktur peninggalan Romawi di Volubilis hingga benteng modern Portugis di El Jadida.
Maroko terus melangkah maju, memadukan tradisi dinasti kuno dan kearifan Berber dengan ambisi modernitas dan inovasi. Dari aroma rempah-rempah yang memabukkan di souk Marrakech hingga keheningan oasis di pinggiran Sahara, Maroko tetap menjadi destinasi yang memikat, sebuah permata unik yang menjembatani benua, sejarah, dan peradaban.