Martini bukan sekadar minuman; ia adalah koktail yang merangkum sejarah, budaya, dan perdebatan teknis yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad. Dikenal sebagai ‘Raja Koktail’ atau ‘Koktail Canggih’ bagi mereka yang berhati-hati, Martini telah menjadi simbol kemewahan yang bersahaja, kecanggihan yang minimalis, dan penentu selera di seluruh dunia. Inti dari Martini adalah kesederhanaan yang menipu: perpaduan sempurna antara minuman keras utama (biasanya gin atau vodka) dan vermouth, dihiasi dengan zaitun atau kulit lemon. Namun, di balik kesederhanaan tersebut, tersembunyi nuansa tak terbatas yang memicu perdebatan sengit di antara para puritan dan inovator.
Sama seperti banyak koktail klasik Amerika, asal-usul Martini diselimuti kabut legenda dan klaim yang bersaing. Tidak ada satu kisah pun yang diterima secara universal, yang hanya menambah aura mistik koktail ini. Namun, sebagian besar sejarawan sepakat bahwa Martini lahir pada akhir abad ke-19, merupakan evolusi dari koktail yang lebih tua yang menggunakan gin dan vermouth manis.
Teori yang paling kuat menghubungkan Martini dengan Martinez, koktail yang jauh lebih manis dan gelap, yang populer sekitar tahun 1860-an. Martinez sendiri merupakan evolusi dari koktail Manhattan yang dibuat dengan gin (bukan wiski) dan menggunakan vermouth manis (Sweet Vermouth). Resep awal Martinez seringkali memuat Gin Old Tom (yang lebih manis), vermouth manis, maraschino, dan pahit. Seiring waktu, gin menjadi lebih kering (London Dry) dan vermouth manis diganti dengan vermouth kering (Dry Vermouth), memunculkan koktail yang kita kenal sebagai Martini.
Dua kota di California Utara sama-sama mengklaim penciptaan Martini: Martinez dan San Francisco. Klaim kota Martinez berpusat pada seorang penambang emas yang meminta sesuatu yang istimewa di Hotel Occidental. Bartender H.V. Schuler diduga menciptakan ‘Martinez’ dari bahan-bahan yang tersedia. Di San Francisco, klaim berpusat pada Jerry Thomas, seorang ‘profesor’ koktail ternama, yang memasukkan resep mirip Martinez dalam bukunya, Bartender’s Guide, meskipun namanya saat itu belum sepenuhnya distandardisasi menjadi ‘Martini’.
Meskipun Martini sudah mapan sebagai koktail berbasis gin, abad ke-20 membawa perubahan drastis, terutama dipicu oleh sastra dan film. Pengenalan vodka, terutama di Amerika pasca-Perang Dunia II, menawarkan alternatif yang ‘bersih’ dan netral. Martini berbasis vodka awalnya dianggap kurang otentik, tetapi popularitasnya meledak berkat agen rahasia fiksi James Bond. Kutipan ikonik "Shaken, not stirred" (Dikocok, bukan diaduk) dalam novel Ian Fleming mengabadikan Vodka Martini, meskipun teknik tersebut melanggar etiket pencampuran klasik.
Martini hanya membutuhkan dua bahan utama, tetapi kualitas dan perbandingan kedua bahan ini sangat krusial. Memahami peran masing-masing bahan adalah langkah pertama menuju penguasaan koktail ini.
Gin adalah basis tradisional untuk Martini. Ia memberikan kompleksitas aromatik yang tidak dapat ditiru oleh minuman keras netral. Kualitas gin terletak pada botani (botanicals) yang digunakan, yang biasanya mencakup juniper, biji ketumbar, akar angelica, dan kulit jeruk. Pilihan gin akan secara drastis mengubah profil rasa Martini:
Vodka Martini dicari karena kebersihannya. Ia memungkinkan rasa vermouth dan garnitur menjadi lebih menonjol, atau sebaliknya, menghilang untuk menciptakan minuman yang hampir murni minuman keras yang didinginkan. Kunci Vodka Martini yang baik adalah kualitas vodka; karena rasanya yang netral, cacat apa pun akan terasa jelas. Martini berbasis vodka seringkali membutuhkan sedikit lebih banyak vermouth agar tidak terasa terlalu 'dingin' atau hambar.
Vermouth adalah anggur yang diperkuat dan dibumbui. Perannya sangat penting, meskipun sejarah mencatat tren menuju penurunan jumlah vermouth hingga hampir tidak ada. Tanpa vermouth, Martini hanyalah minuman keras dingin. Vermouth yang baik menyediakan kedalaman herba, keasaman seimbang, dan sedikit rasa manis yang memperhalus serangan alkohol.
Martini adalah tentang suhu dan dilusi. Karena koktail ini terdiri dari hampir 100% minuman keras, dilusi yang tepat sangat penting untuk menyeimbangkan kekuatannya. Dalam dunia Martini, ada dogma yang nyaris sakral: Apakah harus diaduk atau dikocok?
Aturan umum dalam koktail adalah: jika bahan-bahannya semua bening (clear), aduklah. Jika mengandung jus, krim, atau telur (opaque), kocoklah. Martini jatuh dalam kategori pertama. Mengaduk dengan benar mencapai dua tujuan:
Teknik Adonan Sempurna: Gunakan mixing glass besar yang sudah didinginkan. Isi dengan es besar, padat, dan berkualitas tinggi (untuk meminimalkan dilusi yang cepat). Aduk dengan sendok bar, pastikan es bergerak dengan lembut. Waktu aduk yang optimal berkisar antara 20 hingga 30 detik.
Permintaan James Bond, yang dipopulerkan oleh Sean Connery, menciptakan perdebatan abadi. Mengapa Bond memilih dikocok?
Dalam konteks modern, Vodka Martini yang dikocok menghasilkan pendinginan yang lebih cepat dan dilusi yang sedikit lebih banyak, yang dapat membantu "menjinakkan" vodka yang kurang berkualitas. Namun, bagi Martini berbasis gin, mengocok dapat "memecah" botanikal gin, melepaskan rasa yang terlalu tajam atau resin, dan merusak tekstur halus yang diinginkan puritan.
Catatan Khusus: Jika Anda menggunakan Vodka Martini dan ingin minuman yang sangat dingin dengan sedikit kejutan di permukaan, kocoklah. Jika Anda menggunakan Gin Martini dan menghargai kejernihan serta kehalusan, aduklah.
Gelas Martini harus didinginkan. Martini adalah koktail yang cepat memanas; begitu suhu naik, ia akan terasa lebih "pedas" dan beralkohol. Gelas yang didinginkan di lemari pendingin atau diisi dengan es batu dan air dingin sebelum penyajian (kemudian dibuang) adalah wajib. Ini memperpanjang umur kenikmatan Martini Anda.
Definisi 'Martini' telah berubah seiring tren. Perubahan yang paling signifikan adalah rasio Gin/Vodka terhadap Vermouth.
Pada awal abad ke-20, Martini cenderung 'Basah' (Wet), dengan rasio Gin:Vermouth sekitar 2:1 atau bahkan 3:1. Jumlah vermouth yang banyak memberikan rasa herbal dan kelembutan. Pasca-Perang Dunia II, terutama di Amerika, ada tren menuju Martini yang lebih kuat, yang memunculkan Martini 'Kering' (Dry).
Tren Martini yang semakin kering melahirkan beberapa legenda rasio yang hampir mustahil:
Varian Martini sangat banyak, masing-masing memiliki identitasnya sendiri:
Varian ini melibatkan penambahan air zaitun (olive brine) ke dalam campuran. Air zaitun memberikan rasa asin (umami) yang kontras dengan alkohol. Ini sangat populer di Amerika dan telah menjadi Martini standar bagi banyak peminum. Jumlah air zaitun dapat disesuaikan, dari sedikit sentuhan hingga versi yang sangat keruh (Extra Dirty).
Gibson adalah Martini klasik yang membedakan dirinya hanya melalui garnitur: dua atau tiga bawang mutiara yang diasamkan. Bawang memberikan rasa yang lebih pedas dan lebih tajam dibandingkan zaitun. Secara historis, Gibson mungkin mendahului Martini standar dalam beberapa bentuk, dan ia menawarkan keunikan yang jauh lebih terpisah dari basisnya.
Diciptakan oleh Ian Fleming untuk James Bond dalam Casino Royale, Vesper memiliki campuran minuman keras yang unik. Ia menggunakan Gin, Vodka, dan Kina Lillet (sekarang sering diganti dengan Cocchi Americano atau Lillet Blanc), dihiasi dengan twist lemon. Vesper lebih kuat dan memiliki sedikit rasa pahit/manis dari Kina Lillet. Rasio klasik Vesper adalah 3 bagian Gin, 1 bagian Vodka, dan 1/2 bagian Lillet. Ini adalah Martini hibrida yang dikocok.
Varian ini menggunakan rasio Dry Vermouth dan Sweet Vermouth yang sama (biasanya 1:1) dan Gin/Vodka. 'Perfect' dalam istilah koktail mengacu pada penggunaan vermouth manis dan kering secara seimbang, memberikan minuman yang lebih lembut dan lebih kompleks pada palet rasa.
Varian ini membalikkan rasio, menjadikannya berbasis vermouth. Sempurna bagi mereka yang ingin Martini yang lebih rendah alkohol dan benar-benar menikmati rasa herba vermouth. Rasio khasnya adalah 1:3 (1 bagian Gin/Vodka, 3 bagian Vermouth).
Martini tidak hanya sekadar minuman; ia adalah pernyataan sosial dan ikon budaya. Kehadirannya dalam sastra dan film telah membentuk citra kemewahan retro dan kecanggihan yang serius.
Martini mengalami era keemasan di pertengahan abad ke-20, berkat penulis-penulis seperti Ernest Hemingway dan tokoh-tokoh fiksi yang kompleks. Hemingway, meskipun lebih menyukai koktail lain, sering merujuk pada koktail yang sangat kuat dan kering. Namun, James Bond yang benar-benar mengokohkan status Martini di benak publik modern.
Selain Bond, Martini menjadi perlengkapan standar di serial TV seperti Mad Men, di mana ia melambangkan kesuksesan, tekanan kerja, dan kehidupan sosial high-end di era 60-an. Memesan Martini mengirimkan pesan bahwa peminumnya tahu apa yang mereka inginkan, tanpa kompromi.
Gelas Martini klasik (sering disebut coupe atau, lebih akurat, gelas kerucut terbalik) bukan hanya estetika. Bentuk tangkainya yang panjang memastikan tangan peminum tidak menyentuh mangkuk, menjaga minuman tetap dingin. Bentuk lebar di bagian atas membantu aroma (terutama botanikal gin atau minyak lemon twist) dilepaskan, meningkatkan pengalaman penciuman sebelum setiap tegukan. Menggunakan gelas yang salah atau berukuran terlalu besar dapat merusak suhu dan profil rasa.
Memesan Martini dengan benar di bar yang baik membutuhkan presisi. Anda harus menentukan tiga hal:
Contoh: "Saya ingin Gin Martini, 8 banding 1, dengan twist lemon." Permintaan yang detail menunjukkan penghargaan terhadap koktail tersebut dan membantu bartender menciptakan minuman yang sempurna sesuai selera Anda.
Vermouth seringkali menjadi korban dalam pencarian Martini yang semakin kering. Para puritan Martini modern sering memperlakukannya sebagai penghinaan, padahal vermouth yang berkualitas adalah kunci untuk membedakan Martini yang hebat dari sekadar minuman keras dingin. Kebangkitan koktail klasik telah membawa kembali apresiasi terhadap vermouth, menegaskan perannya bukan sebagai pelengkap, melainkan sebagai penyeimbang.
Kesalahan terbesar dalam membuat Martini adalah menggunakan vermouth yang sudah basi. Vermouth, karena berbahan dasar anggur, akan teroksidasi dengan cepat setelah botol dibuka. Dalam waktu beberapa minggu (atau bahkan hari jika tidak disimpan dengan benar), rasa herbalnya akan menjadi datar, dan rasanya menjadi asam. Aturan emas:
Vermouth terbaik untuk Martini kering biasanya berasal dari Prancis (seringkali lebih floral dan ringan) atau Italia (seringkali lebih kaya dan tajam).
Tren Reverse Martini, yang kini semakin populer di bar-bar koktail terkemuka, adalah respons langsung terhadap Martini yang terlalu kering. Dengan membalikkan rasio (misalnya, 2 bagian Vermouth, 1 bagian Gin), bartender memaksa peminum untuk menghargai kompleksitas vermouth. Minuman ini lebih ringan, lebih bersahaja, dan berfungsi sangat baik sebagai aperitivo sebelum makan malam.
Debat antara Gin Martini dan Vodka Martini adalah inti filosofis koktail ini. Ini bukan hanya tentang rasa, tetapi tentang intensi dan tradisi.
Martini berbasis gin adalah yang pertama, dan bagi banyak orang, yang terbaik. Gin menawarkan ratusan nuansa rasa melalui botanikalnya. Ketika didinginkan, botanikal ini (terutama juniper) menjadi lebih tenang, memberikan aroma pinus yang bersahaja dan bersih. Ketika disatukan dengan vermouth, terciptalah sinergi: gin memberikan struktur tulang belakang, sementara vermouth melunakkan sudut-sudutnya.
Eksperimen Gin: Mencoba Martini dengan tiga jenis gin yang berbeda—London Dry yang juniper-forward, New Western yang berbasis citrus, dan Old Tom yang sedikit manis—akan menghasilkan tiga pengalaman yang sama sekali berbeda. Martini adalah kanvas untuk gin.
Banyak peminum beralih ke vodka karena mereka tidak menyukai rasa juniper. Vodka menawarkan kanvas yang benar-benar netral. Alih-alih mendapatkan kompleksitas rasa dari minuman keras, Vodka Martini berfokus pada kualitas vermouth, tekstur minuman yang sangat dingin, dan peran garnitur.
Kualitas Vodka: Karena tidak ada botanikal yang dapat menyembunyikan cacat, Vodka Martini membutuhkan vodka berkualitas super premium. Proses penyaringan, dan bahan baku (gandum, kentang, atau jagung) akan memengaruhi tekstur minuman, dari rasa ‘berminyak’ di mulut hingga rasa yang ‘bersih’ dan cepat menghilang.
Baik diaduk maupun dikocok, dilusi adalah kunci. Martini yang kurang didinginkan dan kurang diencerkan akan terasa kasar. Martini yang terlalu banyak diencerkan akan terasa ‘berair’. Pemanah koktail harus mencari titik manis (sweet spot) di mana dingin yang membekukan tercapai bersamaan dengan dilusi sekitar 20-25%, yang melembutkan alkohol sambil mempertahankan intensitasnya. Inilah mengapa es berkualitas tinggi sangat penting—es yang padat mencair lebih lambat dan memungkinkan kontrol dilusi yang lebih baik selama proses pengadukan.
Meskipun puritan cenderung menolak segala sesuatu di luar batas Gin, Vodka, Vermouth, dan sedikit air, Martini telah menginspirasi kategori koktail yang lebih luas, seringkali disebut ‘-tini’.
Penggunaan air zaitun di Dirty Martini hanyalah awal. Beberapa bar bereksperimen dengan elemen asin dan pedas lainnya:
Ini adalah Martini yang kembali ke akarnya, seringkali menggunakan pahit (bitters) sebagai penghubung:
Penting untuk membedakan Martini klasik dari koktail modern yang menggunakan akhiran "-tini" (seperti Appletini, Espresso Martini, atau Porn Star Martini). Koktail-koktail ini biasanya dikocok, berbusa, manis, dan disajikan dalam gelas kerucut, tetapi tidak berbagi DNA resep Martini (Gin/Vodka + Vermouth).
The Espresso Martini: Meskipun sangat populer, Espresso Martini adalah koktail yang kaya, manis, dan berbasis vodka/kopi. Satu-satunya kesamaan dengan Martini adalah gelasnya, dan secara puritanisme koktail, kedua minuman ini berada di ujung spektrum yang berlawanan.
Martini yang sempurna adalah hasil dari perhatian cermat terhadap detail. Menguasai Martini berarti menguasai semua variabel di bawah ini.
Es harus padat, bersih, dan sangat dingin. Es keropos atau es yang telah menyerap bau dari freezer akan merusak rasa. Semakin besar bongkahan es di mixing glass Anda, semakin lambat ia mencair, memberi Anda kontrol yang lebih baik atas dilusi.
Bartender profesional sering mengukur suhu akhir Martini mereka, idealnya mendekati -5°C hingga -8°C. Untuk mencapai suhu ini, Anda memerlukan pendinginan yang lama di mixing glass yang sudah didinginkan. Jika Anda hanya mengaduk sebentar, Martini Anda mungkin dingin tetapi kurang berair, menyebabkan rasa alkohol yang tajam.
Untuk memastikan tekstur yang paling halus dan bebas dari serpihan es atau sisa-sisa botanikal, Martini harus disaring ganda (menggunakan saringan Hawthorne dan saringan mesh halus) ke dalam gelas Martini yang sudah didinginkan. Ini adalah langkah kecil namun penting untuk mencapai kejernihan kristal.
Jika Anda memilih twist, tekniknya sama pentingnya dengan bahannya. Potong kulit lemon (bukan jeruk nipis) yang tebal, hindari bagian putih (pith) yang pahit. Sebelum menyajikannya, jepit kulit lemon di atas minuman, pastikan minyak esensialnya (oleo saccharum) menyemprot di permukaan koktail. Gosokkan sedikit kulit lemon di sekeliling bibir gelas sebelum dijatuhkan ke dalam atau di atas minuman. Ini memberikan dimensi aroma yang kaya.
Meskipun Martini adalah koktail berbasis tradisi, ia tidak pernah berhenti berevolusi. Inovasi saat ini berfokus pada teknik, bukan hanya bahan.
Beberapa mixologist bereksperimen dengan menua gin dan vermouth yang telah dicampur dalam tong kayu kecil selama beberapa minggu. Proses ini memberikan warna emas tipis, menambahkan rasa kayu, vanila, dan rasa pedas yang membuat Martini menjadi lebih kompleks dan mellow.
Teknik pemurnian menggunakan sentrifugasi atau penyaringan susu untuk membuat beberapa bahan menjadi sangat jernih. Meskipun Martini klasik sudah jernih, inovator menerapkan teknik ini pada elemen tambahan, misalnya, membuat Dirty Martini menjadi jernih kristal dengan memurnikan air zaitun, sehingga rasa asinnya ada, tetapi visualnya tetap murni.
Untuk kualitas yang konsisten di rumah atau di bar, banyak profesional melakukan pre-batching. Mereka mencampur gin dan vermouth dalam rasio yang diinginkan, menambahkan air yang sudah diukur untuk dilusi yang tepat, dan kemudian membekukan campuran tersebut dalam botol. Ketika disajikan, campuran ini dituangkan langsung dari freezer, menghasilkan Martini dengan dilusi dan suhu yang selalu sempurna, tanpa perlu mengaduk.
Pada akhirnya, Martini adalah koktail yang sangat pribadi. Pilihan Anda—Gin atau Vodka, 5:1 atau 15:1, Twist atau Olive—mengungkapkan sesuatu tentang selera dan kepribadian Anda.
Martini yang hebat bukan ditentukan oleh harga bahan-bahannya, tetapi oleh perhatian yang diberikan pada proses pembuatannya. Ini adalah minuman yang menuntut kesabaran, presisi, dan rasa hormat terhadap keseimbangan. Ia berdiri sebagai simbol keanggunan abadi, sebuah minuman sederhana yang telah menaklukkan kompleksitas zaman. Di setiap tegukan dingin, jernih, dan tajam, Martini merayakan tradisi Amerika yang paling halus dan abadi.