Di antara semua tindakan yang kita lakukan dalam keseharian, ada satu tindakan yang sering luput dari perhatian, namun menyimpan kedalaman filosofis yang luar biasa: tindakan meletakkan. Kata ini melampaui sekadar menaruh sebuah benda dari satu titik ke titik lainnya; ia merangkum kesadaran akan ruang, waktu, niat, dan konsekuensi. Meletakkan adalah fondasi dari tatanan, awal dari kerapian, dan penentu dari efisiensi hidup kita. Ia adalah simpul kecil yang, jika diperhatikan dengan seksama, dapat membuka pemahaman baru tentang bagaimana kita berinteraksi dengan dunia fisik dan psikologis kita.
Meletakkan adalah sebuah keputusan—keputusan tentang di mana sebuah objek seharusnya berada saat ini, dan di mana ia akan mudah ditemukan di masa depan. Ini bukan hanya tentang gravitasi yang menarik benda ke bawah, melainkan tentang gravitasi niat yang mengarahkan benda menuju tempat yang dituju. Dalam artikel yang mendalam ini, kita akan menjelajahi setiap aspek dari tindakan fundamental ini, mulai dari implikasi praktis dalam tata ruang hingga resonansi psikologis dalam manajemen beban mental dan emosional.
Setiap benda di sekitar kita, dari pena kecil di atas meja hingga perabotan besar di ruang tamu, berada di tempatnya karena suatu alasan. Alasan tersebut mungkin didasari oleh kebutuhan fungsional, estetika, atau kebiasaan. Meletakkan benda-benda ini dengan kesadaran adalah langkah awal menuju lingkungan yang terorganisasi. Ketika kita meletakkan kunci di tempat yang sama setiap kali kita pulang, kita bukan hanya menghemat waktu, kita sedang menghemat energi mental yang seharusnya digunakan untuk memecahkan masalah kecil ('Di mana kunciku?'). Energi mental yang tersimpan inilah yang menjadi keuntungan terbesar dari tindakan meletakkan yang disengaja.
Seni penempatan menuntut pemahaman tentang jalur pergerakan. Di dapur, pisau harus diletakkan dekat area persiapan. Di kantor, dokumen penting harus diletakkan di tempat yang mudah diakses, bukan di tumpukan acak yang menuntut penggalian. Kesadaran dalam meletakkan berhubungan erat dengan ergonomi dan alur kerja. Seorang ahli tata letak industri memahami bahwa setiap milimeter penempatan alat dapat mempengaruhi produktivitas ratusan orang. Dalam skala mikro, meja kerja kita sendiri adalah miniatur pabrik, dan efisiensi kita sangat bergantung pada di mana kita memilih untuk meletakkan setiap item. Meletakkan adalah tentang memprediksi masa depan—memposisikan benda hari ini untuk memfasilitasi tindakan yang akan datang.
Sebaliknya, meletakkan dengan ceroboh, tanpa niat, adalah akar dari kekacauan. Ketika kita 'menjatuhkan' sesuatu alih-alih 'meletakkannya,' kita menciptakan apa yang para ahli organisasi sebut sebagai 'tumpukan horizontal'—tumpukan yang hanya menunggu waktu untuk ambruk dan menciptakan kebingungan. Kekacauan bukan tercipta dalam sekejap, melainkan dari akumulasi ribuan tindakan meletakkan yang buruk. Meletakkan sebuah buku di lantai sebentar, lalu menyusul kemeja yang baru dilepas, kemudian struk belanja yang baru pulang. Masing-masing tindakan itu sendiri kecil, tetapi kolektifnya menghasilkan lingkungan yang menguras energi dan mengganggu fokus. Meletakkan yang sembarangan menghasilkan biaya tersembunyi berupa waktu yang hilang, stres yang meningkat, dan estetika yang terdegradasi. Ini adalah argumen kuat bahwa meletakkan bukan sekadar tindakan pasif, melainkan tindakan aktif pemeliharaan dan penghormatan terhadap lingkungan kita.
Dalam manajemen kualitas, terutama prinsip 5S Jepang, tindakan meletakkan secara sadar berada di jantung pilar kedua, Seiton (Penataan). Seiton mengajarkan bahwa segala sesuatu harus memiliki tempatnya sendiri dan harus diletakkan kembali ke tempat itu setelah digunakan. Ini menggarisbawahi bahwa meletakkan bukan hanya sekali, melainkan kebiasaan berulang yang menjamin keberlanjutan kerapian. Kunci utama adalah: tempat untuk segala sesuatu, dan segala sesuatu di tempatnya. Keputusan untuk meletakkan kembali pena ke tempatnya adalah tindakan disiplin yang kecil namun transformatif.
Meletakkan bukan selalu tentang menaruh secara datar. Ini bisa berarti menyusun, menumpuk, menggantung, atau menyandarkan. Teknik yang digunakan harus mempertimbangkan sifat objek dan frekuensi penggunaannya. Benda yang sering digunakan harus diletakkan di ‘Zona Emas’—area yang mudah dijangkau tanpa peregangan atau pembungkukan berlebihan. Benda yang jarang digunakan boleh diletakkan di area penyimpanan vertikal atau area yang lebih tinggi/rendah. Meletakkan dengan vertikal (misalnya, menumpuk buku alih-alih menyebarkannya) adalah salah satu cara paling efektif untuk menghemat ruang, memaksimalkan penggunaan kubik ruang, bukan hanya persegi permukaannya. Pemahaman ini mengubah pandangan kita dari sekadar 'menaruh' menjadi 'mengoptimalkan penempatan'.
Dalam praktiknya, kita sering melakukan tindakan meletakkan secara otomatis, bahkan saat pikiran kita berada di tempat lain. Namun, filosofi yang lebih dalam menuntut mindfulness, atau kesadaran penuh, dalam setiap penempatan. Ketika kita secara sadar memilih tempat untuk meletakkan ponsel atau dompet, kita sebenarnya sedang melatih fokus. Tindakan meletakkan yang disengaja adalah jeda singkat yang memaksa kita untuk hadir di masa kini. Ini adalah mikromeditasi. Kita merasakan bobot objek, tekstur permukaannya, dan kita membuat keputusan spasial yang sangat spesifik.
Bayangkan perbedaan antara membanting cangkir kopi ke atas meja (tindakan yang mencerminkan terburu-buru atau frustrasi) dan meletakkannya perlahan dengan bunyi yang hampir tak terdengar (tindakan yang mencerminkan ketenangan dan penghormatan terhadap objek dan lingkungan). Kualitas meletakkan mencerminkan kualitas pikiran kita. Jika kita gelisah, penempatan kita akan gelisah dan acak. Jika kita tenang, penempatan kita akan teratur dan damai.
Bagaimana kita meletakkan sesuatu menunjukkan bagaimana kita menghargai benda itu. Meletakkan alat yang mahal kembali ke kotaknya setelah digunakan adalah tindakan penghargaan. Meletakkan pakaian bersih dengan lipatan yang rapi menunjukkan penghargaan terhadap proses membersihkan dan merawatnya. Sebaliknya, meletakkan sepatu sembarangan di pintu masuk, atau melempar remote ke sofa, menunjukkan ketidakpedulian. Tindakan meletakkan yang penuh perhatian mengubah interaksi kita dengan benda-benda dari sekadar penggunaan menjadi hubungan timbal balik.
Dalam budaya Zen, ritual meletakkan benda sering kali terkait dengan upacara teh atau merangkai bunga (Ikebana). Dalam Ikebana, peletakan setiap ranting dan bunga bukanlah kebetulan; setiap penempatan memiliki makna simbolis dan menciptakan harmoni. Keindahan yang tercipta adalah hasil langsung dari niat yang murni di balik tindakan meletakkan. Ini mengajarkan bahwa bahkan benda yang paling sederhana pun, ketika diletakkan dengan niat, dapat menghasilkan keindahan yang mendalam dan ketenangan visual.
Kata 'meletakkan' tidak hanya berlaku pada benda fisik. Ia memiliki makna yang mendalam dalam konteks psikologis. Kita sering membawa beban emosional—kecemasan, penyesalan, harapan yang tidak realistis—yang secara metaforis kita 'pikul' sepanjang hari. Tindakan meletakkan dalam konteks ini adalah melepaskan dan menetapkan batas. Meletakkan beban adalah pengakuan bahwa kita tidak harus memanggul segala sesuatu, dan bahwa ada tempat di mana beban itu bisa diletakkan untuk sementara, atau bahkan selamanya.
Misalnya, setelah hari yang panjang di tempat kerja, tindakan meletakkan pekerjaan adalah batas psikologis yang kita tetapkan. Kita secara mental memutuskan untuk 'meletakkan' kekhawatiran tentang rapat besok. Ini membutuhkan disiplin yang sama dengan meletakkan kunci di tempat yang tepat. Kegagalan untuk meletakkan beban ini menghasilkan 'kekacauan mental,' di mana pikiran kita dipenuhi oleh objek-objek emosional yang seharusnya berada di tempat penyimpanan atau sudah dibuang.
Salah satu beban terberat yang kita bawa adalah ekspektasi—terhadap diri sendiri, orang lain, atau situasi di masa depan. Praktik stoicism dan mindfulness mengajarkan kita untuk meletakkan ekspektasi yang berada di luar kendali kita. Tindakan meletakkan ekspektasi adalah tindakan menerima kenyataan. Ketika kita meletakkan gagasan bahwa segala sesuatu harus sempurna, kita memberi diri kita ruang untuk menjadi manusia. Ini adalah pembebasan, karena kita berhenti membuang energi untuk menahan objek mental yang terlalu berat untuk dipegang.
Meletakkan juga berarti memberikan izin kepada orang lain untuk menjadi diri mereka sendiri, melepaskan kebutuhan kita untuk mengatur hasil mereka. Ketika kita meletakkan tuntutan kita terhadap orang lain, hubungan kita dapat bernapas. Ini adalah bentuk penempatan yang paling halus dan seringkali paling sulit—menemukan tempat yang aman, jauh dari genggaman kita, untuk diletakkan segala sesuatu yang tidak seharusnya menjadi tanggung jawab kita.
Proses ini memerlukan identifikasi yang cermat. Kita harus belajar membedakan antara apa yang harus dipegang (tanggung jawab kita saat ini) dan apa yang harus diletakkan (kecemasan, masa lalu yang tidak dapat diubah). Meletakkan yang efektif memerlukan 'wadah' mental yang aman, seperti jurnal, sesi terapi, atau ritual pelepasan, yang berfungsi sebagai meja atau rak untuk menyimpan beban sementara agar kita dapat melanjutkan hidup dengan tangan yang lebih ringan.
Dalam estetika Jepang, terdapat konsep Ma, yang mengacu pada ruang kosong yang disengaja, atau jeda waktu. Tindakan meletakkan secara sadar menciptakan Ma. Ketika kita meletakkan objek di atas meja, ruang kosong di sekitar objek tersebut menjadi sama pentingnya dengan objek itu sendiri. Ma memberikan napas, memungkinkan objek yang diletakkan untuk dihargai, dan memungkinkan mata serta pikiran kita untuk beristirahat.
Minimalisme, yang didorong oleh meletakkan benda hanya ketika benda itu meningkatkan ruang, adalah praktik Ma. Meletakkan hanya benda yang penting, dan memberinya ruang yang cukup, memastikan bahwa benda tersebut tidak 'berteriak' di tengah kekacauan, tetapi 'berbisik' dengan ketenangan. Meletakkan dua atau tiga benda penting di atas permukaan adalah tindakan desain, sementara meletakkan dua puluh benda adalah tindakan pengabaian. Kualitas sebuah ruangan sering kali ditentukan oleh kualitas penempatan dan jumlah jeda yang diciptakan oleh meletakkan dengan bijaksana.
Meletakkan sering bertindak sebagai penanda transisi antara aktivitas. Ketika kita pulang kerja dan meletakkan tas di tempatnya, itu menandakan transisi dari peran profesional ke peran pribadi. Meletakkan alat tulis setelah menyelesaikan tugas menandakan akhir dari fokus intensif tersebut. Ritual-ritual kecil ini sangat penting bagi otak kita untuk beralih mode. Kegagalan untuk melakukan ritual meletakkan ini (misalnya, meninggalkan laptop terbuka di sofa saat kita tidur) menyebabkan ketidakjelasan batas, di mana pekerjaan dan istirahat saling tumpang tindih, menghasilkan kelelahan yang samar namun kronis.
Oleh karena itu, meletakkan adalah alat untuk mendefinisikan batas waktu dan ruang. Ini adalah cara kita memberi tahu alam bawah sadar kita, "Aktivitas ini sudah selesai, dan tempatnya sekarang ada di sini." Disiplin dalam meletakkan benda fisik pada akhirnya memperkuat disiplin dalam membagi waktu dan energi mental kita.
Dalam konteks teknis, meletakkan memiliki implikasi keamanan dan presisi. Di bengkel, setiap kunci pas, obeng, atau bor harus diletakkan di tempatnya yang ditandai (shadow board). Jika sebuah alat tidak diletakkan dengan benar, risiko kecelakaan meningkat, dan waktu yang terbuang untuk mencari alat menjadi kerugian finansial. Meletakkan alat yang salah di tempat yang benar sama buruknya dengan meletakkan alat yang benar di tempat yang salah. Keakuratan dalam meletakkan, di sini, adalah manifestasi dari profesionalisme dan komitmen terhadap kualitas.
Bahkan cara alat itu diletakkan memiliki makna. Pisau harus diletakkan dengan ujung yang tumpul mengarah keluar dari jangkauan. Tang harus diletakkan dengan pegangan yang mudah digenggam. Ini adalah interaksi antara benda dan manusia, di mana tindakan meletakkan memfasilitasi interaksi berikutnya, menjadikannya cepat, aman, dan efisien. Jika Anda meletakkan dengan berpikir, Anda telah menyiapkan diri untuk efisiensi di lain waktu.
Dalam seni kuliner, khususnya penyajian (plating), meletakkan setiap komponen di atas piring adalah inti dari pengalaman bersantap. Peletakan saus, protein, dan garnis tidak boleh acak. Setiap item diletakkan dengan mempertimbangkan warna, tekstur, dan keseimbangan visual. Meletakkan satu daun mint secara hati-hati di sudut kanan adalah tindakan seni yang membutuhkan presisi. Jika komponen diletakkan terlalu dekat atau terlalu jauh, harmoni visual akan hilang. Ini membuktikan bahwa meletakkan adalah bahasa non-verbal yang menyampaikan niat dan keahlian koki. Meletakkan dengan indah menunjukkan penghormatan terhadap bahan dan kepada orang yang akan mengonsumsinya.
Dalam skala yang jauh lebih besar, meletakkan batu pertama atau fondasi sebuah bangunan adalah tindakan simbolis yang sakral. Keputusan di mana struktur itu akan diletakkan (orientasi terhadap matahari, angin, dan geografi) adalah tindakan meletakkan yang paling fundamental. Seluruh struktur di atasnya akan bergantung pada ketepatan peletakan awal tersebut. Kesalahan dalam meletakkan fondasi menghasilkan ketidakstabilan permanen. Ini adalah metafora yang kuat: tindakan meletakkan awal kita dalam proyek atau hubungan akan menentukan kekuatan dan keberlanjutan masa depan.
Meskipun dalam bahasa sehari-hari kata meletakkan, menaruh, dan membuang sering digunakan secara bergantian, terdapat nuansa penting yang memisahkan mereka:
Masalah sering muncul ketika kita 'menaruh' sesuatu yang seharusnya 'diletakkan.' Ketika kita menaruh kunci di tempat acak (niat sementara), padahal seharusnya diletakkan di gantungan kunci (niat permanen dan terstruktur), kita menciptakan inefisiensi. Tindakan meletakkan yang disengaja adalah investasi waktu kecil untuk menghemat waktu besar di masa depan. Kehidupan yang teratur adalah hasil dari konsistensi memilih meletakkan, daripada hanya menaruh.
Setiap kali kita memutuskan untuk meletakkan sebuah benda, otak kita harus memproses beberapa hal: lokasi terakhir benda itu, lokasi yang paling logis untuk penggunaan berikutnya, dan jalur motorik untuk mencapainya. Ini adalah latihan kognitif yang konstan. Orang yang secara konsisten meletakkan benda di tempat yang sama melatih memori spasial mereka dengan cara yang memperkuat jalur saraf yang terkait dengan organisasi. Ini mengurangi 'noise' kognitif.
Disiplin dalam meletakkan adalah bentuk disiplin diri yang paling dasar. Itu adalah janji kecil yang kita buat kepada diri kita sendiri: "Saya akan mengembalikan ini ke tempatnya." Menepati janji ini, berulang kali, memperkuat kemampuan kita untuk menepati janji yang lebih besar. Meletakkan dengan benar adalah praktik integritas pribadi di tingkat yang paling mikro.
Kebiasaan menunda sering kali terlihat dalam kegagalan meletakkan. Kita menunda meletakkan piring di tempat cuci, kita menunda meletakkan surat di tempat arsip. Penundaan ini menciptakan tumpukan fisik yang kemudian berfungsi sebagai pengingat visual akan tugas yang belum selesai. Setiap tumpukan yang kita lihat adalah sedikit pemicu stres. Solusinya terletak pada apa yang disebut sebagai 'Aturan Dua Menit': Jika sebuah tugas meletakkan (seperti mencuci cangkir, melipat selimut, atau mengirim email balasan cepat) dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari dua menit, lakukan segera. Menerapkan aturan ini secara konsisten secara dramatis mengurangi tumpukan dan, akibatnya, mengurangi beban visual dan mental.
Meletakkan secara langsung mencegah 'efek kekacauan menular,' di mana satu item yang salah diletakkan menarik item lain, yang akhirnya menyebabkan permukaan yang awalnya bersih tertutup total. Pencegahan yang paling efektif adalah meletakkan setiap benda di tempatnya, segera setelah penggunaannya selesai. Ini adalah tindakan pemeliharaan yang berkelanjutan dan vital.
Di era modern, tindakan meletakkan telah meluas ke dunia digital. Bagaimana kita meletakkan file di folder, bagaimana kita menamai dokumen, dan bagaimana kita mengatur ikon di desktop memiliki dampak yang sama besarnya dengan peletakan fisik. Meletakkan file digital di folder yang tepat adalah tindakan meletakkan yang disengaja, memastikan bahwa informasi tersebut dapat diambil secara efisien di masa mendatang.
Kekacauan digital (desktop yang penuh ikon, folder unduhan yang berantakan) sama-sama menguras energi. Kita membuang waktu mencari file, seolah-olah kita sedang mencari kunci yang tidak diletakkan di tempatnya. Meletakkan dengan sadar dalam konteks digital berarti menciptakan taksonomi yang logis, menggunakan label, dan secara rutin 'membuang' (menghapus) file yang tidak perlu. Prinsip-prinsip organisasi fisik, yang berpusat pada meletakkan, sepenuhnya dapat dialihkan ke dunia virtual.
Bahkan dalam interaksi sosial, kita harus tahu kapan dan di mana harus meletakkan batas. Kita meletakkan batas ketika kita memutuskan bahwa kita tidak akan membiarkan orang lain melewati zona kenyamanan kita. Meletakkan batas ini adalah tindakan perlindungan diri yang memerlukan keberanian. Ketika kita gagal meletakkan batasan yang jelas, kita membiarkan diri kita diserbu, sama seperti ketika kita gagal meletakkan barang-barang kita di tempat yang aman. Ini adalah penempatan yang melibatkan negosiasi ruang interpersonal dan mental.
Meletakkan komunikasi juga penting. Kita harus tahu kapan harus meletakkan telepon, kapan harus meletakkan perdebatan, dan kapan harus meletakkan argumen untuk beristirahat. Meletakkan adalah memberi ruang bagi keheningan dan refleksi, memungkinkan proses mental yang sehat, alih-alih terus-menerus memegang setiap utas interaksi sampai kita kelelahan.
Inti dari hidup yang teratur dan penuh kesadaran terletak pada konsistensi dalam tindakan meletakkan. Ini bukan tentang melakukan satu kali bersih-bersih besar, melainkan serangkaian tindakan kecil yang dilakukan dengan niat setiap jam, setiap hari. Meletakkan adalah komitmen abadi untuk menciptakan harmoni antara diri kita dan lingkungan kita.
Dari meletakkan kaki di lantai dengan niat saat bangun tidur, hingga meletakkan kepala di bantal dengan rasa syukur di malam hari, setiap penempatan adalah kesempatan untuk menegaskan kembali kendali kita atas lingkungan kita dan kualitas perhatian kita. Keindahan dan ketenangan yang kita cari dalam hidup sering kali tidak ditemukan dalam objek baru yang kita beli, tetapi dalam disiplin dan keindahan cara kita meletakkan objek-objek yang sudah kita miliki.
Marilah kita berhenti sekadar menaruh, dan mulai meletakkan—dengan kesadaran, dengan penghargaan, dan dengan pemahaman bahwa tempat yang tepat untuk segala sesuatu bukan hanya tentang kerapian, melainkan tentang ketenangan jiwa. Tindakan meletakkan adalah praktik hidup yang tiada akhir, memastikan bahwa setiap jeda, setiap penempatan, membawa kita lebih dekat pada tatanan batin yang kita dambakan.
Ini adalah pengingat bahwa perubahan besar dalam kualitas hidup sering dimulai dengan pengamatan dan koreksi terhadap tindakan yang paling sepele. Lihatlah sekitar Anda. Di mana Anda telah meletakkan perhatian Anda hari ini? Dan di mana Anda akan memilih untuk meletakkan benda dan beban Anda selanjutnya? Keputusan itu adalah inti dari kehidupan yang disengaja.
Filosofi meletakkan mengajarkan bahwa penempatan yang tepat menciptakan resonansi. Ketika benda-benda berada di tempat yang seharusnya, energi mengalir bebas. Ketika pikiran dan emosi diletakkan di perspektif yang benar, kedamaian muncul. Tindakan kecil ini, yang dilakukan ribuan kali setiap hari, adalah benang yang menjalin kain realitas kita. Kehidupan yang teratur bukanlah hasil kebetulan, melainkan akumulasi dari ribuan tindakan meletakkan yang disengaja dan penuh perhatian.
Bahkan ketika kita meletakkan artikel ini, kita telah menyelesaikan satu siklus perhatian. Objek informasi ini diletakkan di hadapan Anda, memberikan Anda dasar untuk mempertimbangkan kembali bagaimana Anda berinteraksi dengan ruang dan waktu Anda. Meletakkan, pada dasarnya, adalah sebuah bentuk perhatian, sebuah penghormatan terhadap keberadaan, dan sebuah langkah menuju kehidupan yang lebih bermakna.
Perluasan konsep ini dapat terus berjalan hingga menyentuh setiap aspek kehidupan, dari meletakkan harapan yang realistis dalam hubungan, hingga meletakkan komitmen yang kuat pada tujuan pribadi. Meletakkan bukan hanya tentang permukaan meja; ia adalah blueprint untuk penempatan diri kita di dunia. Tempat kita berada, dan apa yang kita pilih untuk bawa atau tinggalkan, semuanya terangkum dalam tindakan fundamental: meletakkan.
Pikirkan tentang tempat tidur yang kita lipat, itu adalah meletakkan kerapian untuk menyambut malam berikutnya. Pikirkan tentang peralatan yang kita cuci dan susun, itu adalah meletakkan ketertiban untuk menyambut sesi memasak berikutnya. Setiap tindakan meletakkan adalah persiapan untuk masa depan, pengakuan bahwa lingkungan kita adalah cerminan langsung dari kondisi internal kita. Jangan biarkan objek menentukan lingkungan Anda; sebaliknya, biarkan niat Anda menentukan di mana setiap objek harus diletakkan.
Meletakkan adalah seni kesimpulan yang efektif. Kita menyelesaikan suatu bab, dan kita meletakkan buku itu di rak. Kita menyelesaikan tugas, dan kita meletakkan alat. Mengetahui kapan harus berhenti dan meletakkan adalah kebijaksanaan yang membebaskan kita dari keharusan untuk selalu berada dalam mode 'berpegangan'. Meletakkan adalah tentang membebaskan tangan kita untuk memegang hal berikutnya yang benar-benar penting.
Oleh karena itu, tindakan meletakkan bukanlah akhir dari sebuah proses, melainkan awal dari proses yang baru: proses pemulihan, proses fokus, dan proses penciptaan ruang. Kita meletakkan yang lama agar ada tempat bagi yang baru. Kita meletakkan beban agar kita bisa berdiri tegak. Dan di antara semua pelajaran yang bisa dipetik, pelajaran terbesar dari meletakkan adalah penguasaan diri yang muncul dari kehati-hatian yang konsisten dalam setiap penempatan, baik fisik maupun spiritual.
Konsistensi adalah kunci. Meletakkan dengan benar di pagi hari akan memfasilitasi kelancaran di sore hari. Meletakkan kembali setelah selesai, setiap saat tanpa kecuali, adalah praktik yang mengubah hidup. Ini adalah disiplin yang tidak membutuhkan kekuatan fisik, tetapi membutuhkan ketegasan mental. Kehidupan yang penuh dengan ketenangan adalah hadiah dari ribuan tindakan meletakkan yang dilakukan dengan niat yang jelas dan hati yang damai. Meletakkan adalah wujud cinta terhadap ruang kita, dan terhadap diri kita sendiri.