Merangkai langkah strategis dan filosofis menuju kemandirian, keberlanjutan, dan keunggulan global.
Kata kunci memajukan bukanlah sekadar kata kerja transisi; ia adalah manifestasi dari kehendak kolektif yang mendalam untuk bergerak melampaui status quo, meninggalkan stagnasi, dan mencapai tingkat eksistensi yang lebih unggul, beradab, dan berkeadilan. Kemajuan sejati tidak diukur semata-mata dari pertumbuhan ekonomi yang bersifat sementara, melainkan dari peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh—mulai dari kesehatan mental dan fisik, akses pendidikan yang merata, hingga kapasitas inovasi yang berkelanjutan. Proses memajukan sebuah bangsa adalah sebuah proyek peradaban yang membutuhkan harmoni antara visi jangka panjang pemerintah, inisiatif tanpa henti dari sektor swasta, dan partisipasi aktif dari setiap warga negara. Ini adalah simfoni rumit yang dimainkan oleh berbagai instrumen kehidupan sosial, politik, dan budaya.
Grafik ini menunjukkan perjalanan progresif dalam upaya memajukan suatu entitas, ditandai dengan pertumbuhan yang stabil dan ambisius.
Untuk benar-benar memajukan, kita harus meninggalkan pola pikir parsial. Kemajuan tidak bisa ditangani secara sektoral; ia adalah jaring laba-laba interdependen. Memperbaiki sistem pendidikan tanpa dibarengi dengan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas akan menghasilkan pengangguran terdidik. Mendorong industrialisasi tanpa memerhatikan keberlanjutan lingkungan akan menghasilkan kemakmuran jangka pendek dengan konsekuensi bencana ekologis jangka panjang. Oleh karena itu, agenda memajukan harus didasarkan pada prinsip holisme, di mana setiap kebijakan dan setiap tindakan diperhitungkan dampaknya terhadap keseluruhan struktur sosial, ekonomi, dan ekologis.
Sangat penting untuk disadari bahwa upaya memajukan adalah sebuah warisan yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang. Kita tidak hanya berjuang untuk kesejahteraan saat ini, tetapi juga untuk menciptakan fondasi yang kokoh agar kemajuan yang telah dicapai dapat bertahan terhadap gejolak global. Fondasi ini mencakup integritas institusi, budaya inovasi yang mengakar kuat, dan rasa kepemilikan kolektif terhadap masa depan bangsa. Tanpa komitmen pada integritas ini, segala capaian materi akan mudah runtuh. Inilah yang membedakan pertumbuhan sesaat dengan kemajuan peradaban yang abadi.
Dalam konteks pembangunan nasional dan global, lima pilar ini menjadi titik tumpu untuk secara efektif memajukan segala aspek kehidupan:
Setiap pilar ini harus dioperasikan dengan sinergi penuh. Keberhasilan dalam satu area harus menjadi katalis untuk keberhasilan di area lain. Pendekatan terfragmentasi, di mana masing-masing kementerian atau institusi bergerak dalam silo, adalah musuh utama dari upaya memajukan bangsa secara komprehensif.
Sejauh mana kita mampu menanamkan nilai-nilai keunggulan, disiplin, dan etos kerja keras dalam diri setiap individu, sejauh itu pula potensi kolektif untuk memajukan dapat direalisasikan. Kemajuan adalah cerminan dari karakter sebuah bangsa. Jika karakter itu lemah, rapuh, dan mudah menyerah pada kesulitan, maka kemajuan hanya akan menjadi ilusi. Karakter yang kuat adalah fondasi psikologis yang memungkinkan masyarakat untuk menghadapi tantangan terberat sekalipun, mengubah krisis menjadi peluang, dan menjaga momentum kemajuan tetap menyala.
Lebih jauh lagi, proses memajukan harus dibarengi dengan pengukuran yang akurat dan berbasis data. Intuisi dan harapan baik saja tidak cukup. Dibutuhkan sistem monitoring dan evaluasi yang ketat (Monev) untuk menilai efektivitas setiap program, mengidentifikasi kebocoran atau inefisiensi, dan melakukan penyesuaian strategi secara real-time. Kemajuan adalah ilmu, bukan hanya seni. Ilmu manajemen dan ilmu statistik harus diterapkan secara disiplin untuk memastikan sumber daya yang terbatas dapat menghasilkan dampak maksimal bagi seluruh rakyat.
Tidak ada bangsa yang berhasil memajukan dirinya tanpa investasi fundamental dan visioner dalam sistem pendidikannya. Pendidikan adalah inti dari kapital manusia—modal yang paling berharga bagi setiap negara. Namun, pendidikan yang kita bicarakan di sini bukan sekadar transfer pengetahuan akademis, melainkan pembentukan karakter, pengembangan keterampilan kritis (critical thinking), dan penanaman adaptabilitas tinggi.
Sistem pendidikan harus direformasi secara radikal untuk bergeser dari model hafalan menuju model pemecahan masalah (problem-solving) dan inovasi. Untuk memajukan daya saing global, kurikulum harus menekankan pada STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dan STEAM (menambahkan Art), namun tidak mengabaikan humaniora yang membentuk etika dan moral. Kemampuan berkolaborasi, berkomunikasi efektif, dan literasi digital harus menjadi kompetensi wajib sejak dini.
Investasi pada guru adalah investasi pada masa depan. Guru harus diperlakukan sebagai profesional yang memiliki akses berkelanjutan terhadap pelatihan, teknologi terbaru, dan insentif yang memadai. Guru yang termotivasi dan kompeten adalah kunci untuk menghasilkan murid yang antusias dan siap memajukan komunitasnya. Tanpa peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, reformasi kurikulum secanggih apa pun akan mandul di ruang kelas. Ini adalah fakta fundamental yang sering terabaikan dalam hiruk-pikuk kebijakan.
Pentingnya akses pendidikan yang merata tidak dapat dilebih-lebihkan. Upaya memajukan harus memastikan bahwa siswa di daerah terpencil memiliki kualitas pengajaran, fasilitas, dan akses digital yang setara dengan siswa di pusat kota. Digitalisasi pendidikan (EdTech) memainkan peran krusial di sini, memungkinkan konten pembelajaran berkualitas tinggi dijangkau oleh siapapun, dimanapun. Namun, digitalisasi harus dibarengi dengan penyediaan infrastruktur listrik dan internet yang andal, atau justru akan memperlebar jurang ketimpangan.
Fokus harus dialihkan ke pendidikan vokasi dan kejuruan yang responsif terhadap kebutuhan industri 4.0. Lulusan harus siap kerja dan siap memajukan sektor industri tempat mereka berada. Kerjasama erat antara lembaga pendidikan dan dunia usaha—melalui program magang yang terstruktur, sertifikasi kompetensi yang diakui, dan transfer pengetahuan praktis—adalah elemen esensial. Pendidikan vokasi yang efektif mengubah pengangguran menjadi motor penggerak ekonomi.
Selain keterampilan teknis, pendidikan yang bertujuan memajukan bangsa harus menanamkan integritas moral, rasa cinta tanah air yang konstruktif, dan semangat kewirausahaan. Warga negara yang berintegritas tidak hanya akan menghindari korupsi tetapi juga akan mengambil inisiatif untuk memperbaiki sistem di sekitarnya. Karakter yang kuat ini adalah perlindungan terbaik terhadap disrupsi sosial dan ekonomi. Dengan penanaman nilai ini, setiap individu merasa bertanggung jawab untuk memajukan bukan hanya diri sendiri, tetapi juga komunitas yang lebih luas.
Sistem pendidikan harus mendorong keberanian untuk bertanya, mengkritik secara konstruktif, dan berinovasi tanpa takut gagal. Budaya 'anti-gagal' atau 'anti-risiko' adalah penghambat utama kemajuan. Pendidikan harus merayakan eksperimen dan belajar dari kesalahan. Inilah mentalitas yang akan melahirkan para pemimpin dan inovator yang sanggup memajukan sektornya ke tingkat global.
Secara mendalam, institusi pendidikan harus berfungsi sebagai inkubator bagi pemikiran transformatif. Mereka harus menjadi tempat di mana ide-ide yang menantang konvensionalisme disambut dengan tangan terbuka, dan di mana perbedaan pendapat dipandang sebagai kekayaan intelektual, bukan sebagai ancaman terhadap otoritas. Kemampuan untuk berdebat secara rasional dan menghormati perspektif yang berbeda adalah ciri khas masyarakat yang matang dan siap untuk memajukan diri di panggung dunia. Kegagalan dalam mengajarkan toleransi dan dialog yang konstruktif hanya akan menghasilkan masyarakat yang terpecah dan mudah diadu domba, sehingga menghambat laju kemajuan secara dramatis.
Upaya untuk memajukan harus mencakup pendanaan yang memadai dan berkelanjutan untuk penelitian dan pengembangan (R&D) di tingkat universitas. Perguruan tinggi harus menjadi pusat produksi pengetahuan baru, bukan sekadar konsumen pengetahuan dari luar negeri. Dana R&D harus diarahkan pada solusi spesifik masalah domestik, seperti ketahanan pangan, energi terbarukan, dan mitigasi bencana. Ketika pengetahuan lokal bertemu dengan standar ilmiah global, maka terciptalah inovasi yang relevan dan memiliki daya ungkit untuk memajukan perekonomian secara signifikan.
Program beasiswa dan bantuan pendidikan harus diperluas secara eksponensial, dengan fokus khusus pada kelompok kurang mampu dan daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Beasiswa bukan hanya bantuan finansial, tetapi sebuah investasi sosial yang menjamin bahwa potensi terbaik bangsa, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka, mendapatkan kesempatan untuk berkembang dan pada gilirannya, kembali memajukan tanah air mereka. Ini adalah siklus positif yang tak terhindarkan bagi kemajuan sebuah bangsa yang berkeadilan.
Selain itu, konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong learning) harus diarusutamakan. Di era disrupsi teknologi, keterampilan yang relevan hari ini mungkin menjadi usang besok. Pemerintah dan industri harus menciptakan ekosistem di mana pekerja dapat dengan mudah mengakses kursus penyegaran keterampilan (reskilling dan upskilling) melalui platform digital atau institusi pelatihan komunitas. Inisiatif ini sangat krusial untuk menjaga tenaga kerja tetap relevan dan mampu terus memajukan produktivitas sektor masing-masing. Tanpa mekanisme pembelajaran berkelanjutan, potensi ekonomi akan menyusut seiring waktu.
Beban untuk memajukan pendidikan tidak boleh sepenuhnya diletakkan di pundak pemerintah. Peran orang tua, komunitas, dan sektor swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) harus diintegrasikan dalam strategi nasional. Orang tua adalah guru pertama dan lingkungan rumah tangga yang mendukung rasa ingin tahu dan disiplin belajar adalah prasyarat keberhasilan sekolah. Keterlibatan komunitas memastikan bahwa nilai-nilai lokal yang positif dapat dipertahankan dan diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran, menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakar kuat pada budaya bangsa yang ingin kita memajukan.
Dalam konteks global, pendidikan yang berhasil memajukan adalah yang mampu melahirkan warga dunia. Ini berarti kurikulum harus mengajarkan kompetensi antarbudaya, pemahaman tentang isu-isu global seperti perubahan iklim, perdamaian dunia, dan hak asasi manusia. Mahasiswa dan pelajar harus didorong untuk berpartisipasi dalam pertukaran internasional, baik secara fisik maupun virtual, untuk memperluas cakrawala mereka. Pengalaman internasional ini menumbuhkan perspektif baru dan membekali mereka dengan alat untuk bersaing dan berkolaborasi di pasar kerja global. Tanpa pandangan global, segala upaya memajukan hanya akan menghasilkan kemajuan yang bersifat parochial dan rentan terhadap guncangan eksternal.
Lebih dari sekadar mata pelajaran, pendidikan harus menjadi media untuk menemukan jati diri dan mengembangkan potensi unik setiap individu. Setiap siswa memiliki kekuatan yang berbeda, dan sistem yang kaku sering kali gagal mengapresiasi keragaman bakat ini. Program yang fleksibel, yang memungkinkan siswa memilih jalur sesuai minat dan bakat mereka—baik itu sains murni, seni kreatif, atau keahlian teknis—adalah cara paling efektif untuk memastikan bahwa setiap warga negara dapat berkontribusi maksimal dalam upaya kolektif memajukan bangsa. Menghargai keragaman bakat adalah kunci untuk membuka kreativitas kolektif.
Kita perlu membangun infrastruktur pendidikan yang tidak hanya fungsional tetapi juga inspiratif. Perpustakaan modern, laboratorium yang lengkap, dan ruang kelas yang didesain untuk kolaborasi adalah investasi fisik yang menunjukkan komitmen serius negara untuk memajukan generasi penerus. Fasilitas yang baik mengirimkan pesan kepada siswa bahwa pendidikan mereka dihargai, dan ini secara langsung memengaruhi motivasi belajar dan hasil akademik mereka. Lingkungan belajar yang kondusif adalah katalisator tak terhindarkan bagi proses kemajuan intelektual.
Pendidikan tinggi, khususnya, harus diubah menjadi pusat keunggulan regional yang menarik talenta dari dalam dan luar negeri. Untuk memajukan riset dan inovasi, universitas harus diberikan otonomi yang lebih besar dalam pengelolaan sumber daya dan kurikulum, sambil tetap menjaga akuntabilitas publik. Otonomi ini memungkinkan perguruan tinggi untuk merespons dinamika ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri dengan lebih cepat, memastikan bahwa penelitian mereka tetap relevan dan berkontribusi langsung pada solusi masalah nasional.
Di samping itu, literasi finansial harus diintegrasikan ke dalam kurikulum wajib. Kemampuan mengelola uang, memahami investasi, dan menghindari jebakan utang adalah keterampilan hidup esensial yang memungkinkan individu mencapai kemandirian ekonomi. Warga negara yang cerdas finansial cenderung lebih stabil dan mampu membuat keputusan yang rasional, yang pada akhirnya berkontribusi pada stabilitas ekonomi makro. Upaya memajukan masyarakat melalui pendidikan harus mencakup dimensi praktis ini, agar kemajuan individu dapat diterjemahkan menjadi kemakmuran nasional.
Penguatan pendidikan karakter juga mencakup penanaman semangat gotong royong dan kesadaran sipil. Warga negara yang peduli terhadap lingkungan, yang aktif dalam proses demokrasi, dan yang siap berkorban untuk kepentingan umum adalah fondasi dari masyarakat madani yang kuat. Sekolah harus menjadi tempat pelatihan kewarganegaraan, di mana siswa belajar tentang hak dan kewajiban mereka. Inilah cara paling hakiki untuk memajukan tatanan sosial yang harmonis dan produktif.
Di abad ke-21, upaya untuk memajukan suatu negara tidak dapat dipisahkan dari kecepatan adopsi dan pengembangan teknologi. Digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan mutlak. Teknologi adalah alat pelipat ganda (multiplier effect) yang memungkinkan peningkatan produktivitas yang masif, efisiensi layanan publik, dan pembukaan akses pasar global bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Langkah pertama untuk memajukan melalui teknologi adalah memastikan ketersediaan infrastruktur digital yang andal—terutama jaringan internet berkecepatan tinggi yang menjangkau hingga ke pelosok desa. Proyek pembangunan menara base transceiver station (BTS), pemasangan kabel serat optik bawah laut dan darat, serta kebijakan spektrum frekuensi yang mendukung konektivitas 5G adalah investasi krusial. Tanpa ‘jalan tol’ digital ini, segala ambisi digital hanya akan terhenti di tengah jalan. Kecepatan transfer data yang tinggi adalah darah bagi ekonomi digital modern.
Visualisasi jaringan yang saling terhubung, menggambarkan kolaborasi teknologi untuk memajukan sistem.
Untuk benar-benar memajukan sektor teknologi, pemerintah harus memfasilitasi ekosistem startup yang dinamis. Ini termasuk pemberian insentif pajak bagi investor modal ventura (Venture Capital), penyederhanaan regulasi untuk pendirian bisnis berbasis teknologi, dan penciptaan taman inovasi (tech parks) yang menyediakan mentorship dan fasilitas R&D. Fokus harus pada teknologi yang memecahkan masalah lokal, seperti teknologi pertanian presisi (AgriTech), layanan kesehatan jarak jauh (Telemedicine), dan solusi energi terbarukan.
Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar konsumen teknologi; kita harus menjadi produsen. Upaya memajukan ini menuntut adanya investasi besar dalam pengembangan talenta di bidang kecerdasan buatan (AI), data science, dan keamanan siber. Kolaborasi antara akademisi dan industri dalam proyek-proyek percontohan (pilot projects) adalah cara efektif untuk mentransfer pengetahuan dan menciptakan produk teknologi yang siap dikomersialkan. Ketika kita mampu mengekspor produk teknologi, bukan hanya sumber daya alam, barulah kemajuan ekonomi kita dianggap matang.
Sambil bersemangat memajukan digitalisasi, kita tidak boleh mengabaikan tantangan keamanan siber dan etika data. Perlindungan data pribadi dan infrastruktur kritis nasional adalah prioritas utama. Dibutuhkan regulasi yang kuat namun fleksibel untuk mengatur pemanfaatan data besar (Big Data) sambil menjamin privasi warga negara. Kepercayaan publik pada sistem digital adalah fondasi dari ekonomi digital yang sehat.
Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa digitalisasi tidak menciptakan kelas sosial baru yang tertinggal—mereka yang tidak memiliki akses atau literasi digital (digital divide). Program pelatihan literasi digital, terutama bagi lansia dan masyarakat di daerah terpencil, adalah komponen penting dari strategi memajukan yang inklusif. Teknologi harus memberdayakan semua orang, bukan hanya segelintir elite kota.
Proses memajukan melalui teknologi juga mencakup otomatisasi layanan publik (e-Government). Penggunaan teknologi untuk meningkatkan transparansi pengadaan barang dan jasa, mempercepat layanan perizinan, dan meminimalkan interaksi fisik antara warga dan birokrat adalah cara paling efektif untuk menekan korupsi dan meningkatkan efisiensi. Birokrasi yang cepat, transparan, dan berbasis data adalah cerminan kemajuan tata kelola pemerintahan yang harus dikejar secara konsisten.
Pengembangan talenta teknologi tidak hanya berhenti pada lulusan universitas. Program Coding Bootcamp dan pelatihan keahlian spesifik yang intensif harus didorong dan diakui secara resmi. Ini memberikan jalur cepat bagi individu yang ingin beralih karir dan berkontribusi langsung pada ekonomi digital. Investasi dalam pelatihan keahlian mikro (micro-credentialing) ini sangat vital untuk mengisi kekosongan talenta yang dibutuhkan pasar, yang pada gilirannya akan membantu memajukan kapasitas industri secara keseluruhan.
Lebih lanjut, integrasi teknologi dalam manajemen bencana dan adaptasi perubahan iklim adalah area di mana Indonesia dapat memimpin dan memajukan praktik global. Pemanfaatan sensor IoT (Internet of Things) untuk peringatan dini bencana, penggunaan kecerdasan buatan untuk memprediksi pola cuaca ekstrem, dan platform data terintegrasi untuk respons cepat adalah investasi yang menyelamatkan nyawa dan aset. Teknologi harus dipandang sebagai penjamin ketahanan nasional, bukan sekadar alat komersial.
Kesinambungan dalam inovasi menuntut adanya insentif yang mendorong sektor swasta untuk berinvestasi dalam penelitian jangka panjang. Skema pendanaan bersama antara pemerintah dan swasta (Public-Private Partnership/PPP) untuk proyek R&D berisiko tinggi namun berdampak besar perlu difasilitasi. Ketika sektor swasta melihat peluang keuntungan yang jelas dari inovasi, mereka akan menjadi motor penggerak utama dalam upaya memajukan kapasitas teknologi nasional.
Sektor kesehatan adalah salah satu area yang paling signifikan untuk di memajukan dengan teknologi. Penerapan rekam medis elektronik terintegrasi (EHR), telemedicine untuk konsultasi dokter di daerah terpencil, dan penggunaan AI untuk diagnosis penyakit dini dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan kesehatan secara drastis. Ini bukan hanya tentang kenyamanan, tetapi tentang pemerataan akses layanan kesehatan esensial bagi seluruh populasi, sebuah penanda kemajuan sosial yang tidak bisa diabaikan.
Pemerintah harus mengambil peran sebagai konsumen awal (first buyer) dari produk teknologi lokal. Dengan membeli dan menerapkan solusi inovatif yang dikembangkan oleh startup domestik, pemerintah tidak hanya memberikan pasar yang terjamin tetapi juga memberikan validasi dan kredibilitas, yang sangat penting bagi startup untuk tumbuh dan bersaing secara internasional. Kebijakan pro-lokal ini adalah strategi cerdas untuk memajukan industri teknologi domestik secara mandiri dan berkelanjutan.
Fenomena global menunjukkan bahwa negara yang paling berhasil memajukan ekonominya adalah negara yang paling mahir dalam mengelola dan memanfaatkan data. Oleh karena itu, pembangunan pusat data (data center) yang aman, berkelanjutan, dan berskala besar adalah infrastruktur vital setara dengan jalan tol fisik. Kebijakan data yang bijak harus mencakup standarisasi, interoperabilitas, dan kemampuan analitik yang tinggi untuk menghasilkan wawasan kebijakan yang akurat dan tepat waktu.
Pada akhirnya, teknologi harus digunakan untuk memajukan inklusi finansial. Melalui teknologi finansial (FinTech), jutaan warga yang sebelumnya tidak terlayani oleh bank tradisional kini dapat mengakses layanan perbankan, pinjaman modal usaha, dan investasi mikro. Inklusi finansial adalah jembatan yang memungkinkan masyarakat kelas bawah dan menengah untuk berpartisipasi penuh dalam ekonomi, mengubah potensi mereka menjadi daya beli dan investasi, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan yang lebih luas dan merata.
Upaya untuk memajukan ekonomi nasional harus bergeser dari fokus pada volume produksi semata menjadi fokus pada nilai tambah (value chain) dan keberlanjutan lingkungan. Kemajuan ekonomi sejati adalah kemakmuran yang tidak merusak planet dan yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya tanpa beban utang ekologis atau sosial yang tak teratasi.
Strategi memajukan yang paling vital saat ini adalah transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan (EBT). Indonesia memiliki potensi EBT yang luar biasa—surya, angin, panas bumi, dan air. Investasi besar-besaran dalam infrastruktur EBT tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, menurunkan biaya energi jangka panjang, dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Ini adalah keputusan ekonomi yang cerdas, bukan sekadar komitmen moral.
Penerapan ekonomi sirkular harus diarusutamakan. Ini berarti mengubah pola produksi dan konsumsi linear (ambil-buat-buang) menjadi sistem yang memaksimalkan penggunaan kembali, daur ulang, dan minimalisasi sampah. Regulasi yang mendukung inovasi dalam pengelolaan sampah dan insentif bagi industri yang menerapkan praktik sirkular adalah kunci untuk memajukan efisiensi sumber daya dan mengurangi polusi.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah mayoritas dari entitas bisnis dan penyerap tenaga kerja terbesar. Upaya memajukan UMKM adalah upaya memajukan mayoritas rakyat. Dukungan harus diberikan dalam bentuk akses permodalan yang mudah dan murah (melalui kredit usaha rakyat/KUR yang diperluas), pelatihan manajemen keuangan dan pemasaran digital, serta kemudahan dalam mendapatkan sertifikasi produk (misalnya, sertifikasi halal atau standar kualitas ekspor).
Digitalisasi UMKM (Go Digital) adalah langkah transformatif. Dengan masuk ke platform e-commerce dan memanfaatkan media sosial, UMKM dapat menjangkau pasar nasional bahkan internasional tanpa memerlukan investasi fisik yang besar. Pemerintah harus terus memfasilitasi pelatihan agar jutaan pelaku UMKM mampu menguasai keterampilan digital dan memanfaatkan data untuk mengambil keputusan bisnis yang lebih baik. Ketika UMKM kuat, fondasi ekonomi untuk memajukan bangsa menjadi tak tergoyahkan.
Diversifikasi ekspor harus menjadi agenda utama. Indonesia harus bergerak dari mengekspor komoditas mentah menuju produk olahan dengan nilai tambah tinggi. Hilirisasi industri, seperti pengolahan nikel menjadi baterai kendaraan listrik atau pengolahan hasil pertanian menjadi produk makanan premium, adalah strategi yang efektif untuk meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan kerja berketerampilan tinggi. Fokus pada hilirisasi adalah cara paling cepat untuk memajukan posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
Pemerataan ekonomi regional harus dicapai melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa. Insentif harus diberikan kepada investor untuk mendirikan pabrik atau pusat riset di kawasan timur Indonesia. Pembangunan infrastruktur di daerah harus disinkronkan dengan potensi ekonomi lokal. Strategi ini tidak hanya mengurangi kepadatan populasi dan ekonomi di satu pulau, tetapi juga memastikan bahwa manfaat dari upaya memajukan dapat dinikmati oleh seluruh wilayah, menciptakan keadilan spasial.
Selain itu, penguatan sektor pariwisata berbasis budaya dan alam adalah mesin ekonomi yang terbarukan. Pariwisata yang berkelanjutan (eco-tourism) harus dikembangkan dengan melibatkan komunitas lokal secara aktif, memastikan bahwa manfaat ekonomi langsung dirasakan oleh mereka, sementara kelestarian lingkungan dan budaya tetap terjaga. Membangun sektor pariwisata yang berkualitas, bukan hanya kuantitas, adalah cara untuk memajukan citra Indonesia di mata dunia.
Inklusi finansial, yang telah disinggung sebelumnya, adalah fondasi keadilan ekonomi. Tanpa akses ke layanan keuangan formal, individu tidak dapat mengamankan aset, berinvestasi, atau mengambil pinjaman yang produktif. Regulasi yang mendorong FinTech dan bank untuk menjangkau masyarakat pedesaan dan terpencil sangat penting. Setiap warga negara yang terinklusi secara finansial menjadi agen potensial dalam upaya memajukan ekonomi kolektif.
Pembangunan infrastruktur logistik yang efisien, mulai dari pelabuhan, bandara, hingga jalan tol dan kereta api, sangat menentukan biaya produksi dan daya saing ekspor. Biaya logistik yang tinggi adalah penghambat utama kemajuan ekonomi. Investasi dalam sistem logistik terintegrasi dan penggunaan teknologi rantai pasok (supply chain) berbasis blockchain dapat memangkas biaya dan waktu, menjadikan produk Indonesia lebih kompetitif di pasar global.
Kesejahteraan pekerja harus menjadi perhatian utama dalam upaya memajukan. Pekerja yang menerima upah layak, memiliki jaminan sosial yang memadai, dan bekerja di lingkungan yang aman akan lebih produktif dan loyal. Keseimbangan antara kepentingan pengusaha dan hak pekerja adalah kunci untuk mempertahankan stabilitas industri dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang etis dan berkelanjutan.
Penguatan sektor pertanian dan ketahanan pangan juga tak kalah penting. Strategi untuk memajukan sektor pertanian harus mencakup modernisasi teknologi pertanian (alat dan mesin pertanian), pengembangan varietas unggul yang tahan iklim, dan penyediaan irigasi yang efisien. Ketahanan pangan adalah prasyarat kedaulatan sebuah bangsa. Ketika pangan terjamin, energi masyarakat dapat dialihkan sepenuhnya untuk upaya produktif dan inovatif lainnya.
Dalam rangka memajukan investasi asing langsung (FDI), iklim investasi harus dibuat sejelas dan semudah mungkin. Penyederhanaan perizinan melalui sistem daring terpadu, kepastian hukum yang kuat, dan jaminan perlindungan bagi investor adalah daya tarik utama. Investasi asing membawa modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan inovasi nasional.
Pemerintah juga harus berinvestasi dalam ekonomi kreatif, termasuk film, musik, desain, dan fashion. Ekonomi kreatif tidak hanya menyerap banyak tenaga kerja muda yang inovatif, tetapi juga merupakan cara yang efektif untuk memajukan dan mempromosikan kekayaan budaya bangsa di kancah internasional. Kekuatan lunak (soft power) melalui budaya adalah aset strategis yang tidak ternilai harganya.
Sangat penting untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan. Pajak karbon, insentif untuk praktik ramah lingkungan, dan penegakan hukum yang tegas terhadap perusak lingkungan adalah mekanisme yang harus digunakan. Kemakmuran hari ini tidak boleh mengorbankan masa depan. Ini adalah komitmen etis dan strategis yang harus mendasari setiap kebijakan ekonomi dalam rangka memajukan bangsa.
Tidak ada strategi sehebat apa pun yang dapat memajukan suatu bangsa tanpa kepemimpinan yang kuat, berintegritas, dan transformatif. Kepemimpinan yang dibutuhkan di era modern adalah kepemimpinan yang berani mengambil risiko, berorientasi pada hasil, dan mampu menggerakkan kolaborasi lintas sektor.
Korupsi adalah penghalang utama bagi setiap upaya memajukan. Korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga menghancurkan moral publik, mendistorsi alokasi sumber daya, dan memupus kepercayaan pada institusi negara. Oleh karena itu, reformasi birokrasi harus fokus pada pencegahan dan penindakan korupsi tanpa kompromi.
Penerapan teknologi dalam tata kelola pemerintahan (e-Government) adalah senjata ampuh melawan korupsi. Otomatisasi proses, digitalisasi arsip, dan penggunaan data analitik untuk mendeteksi anomali pengeluaran dapat secara signifikan mengurangi ruang gerak bagi praktik koruptif. Transparansi total anggaran, mulai dari perencanaan hingga pertanggungjawaban, harus menjadi standar wajib untuk memajukan akuntabilitas.
Birokrasi harus bertransformasi dari penguasa menjadi pelayan publik. Upaya memajukan menuntut birokrasi yang ramping, efisien, dan berorientasi pada kepuasan masyarakat. Budaya kerja harus diubah dari kepatuhan hierarkis menjadi inovasi dan inisiatif. Aparatur Sipil Negara (ASN) harus diberikan pelatihan berkelanjutan, insentif berbasis kinerja, dan kesempatan untuk mengembangkan keahlian spesifik.
Penyederhanaan regulasi (debottlenecking) adalah kunci untuk membuka potensi ekonomi. Terlalu banyak peraturan yang tumpang tindih dan prosedur yang berbelit-belit hanya akan mencekik investasi dan inisiatif masyarakat. Program omnibus law yang bertujuan memangkas birokrasi dan memudahkan investasi adalah langkah yang harus terus dipertahankan dan dievaluasi dampaknya secara berkala untuk memajukan kemudahan berbisnis.
Desentralisasi yang efektif juga merupakan bagian dari upaya memajukan. Pemerintah daerah harus diberikan kewenangan yang memadai untuk merespons kebutuhan lokal secara cepat, tetapi di saat yang sama harus didukung dengan kapasitas manajemen fiskal dan teknis yang kuat. Keseimbangan antara otonomi dan akuntabilitas adalah formula untuk memastikan bahwa pembangunan di tingkat lokal berjalan efektif dan efisien.
Partisipasi publik dalam pengambilan keputusan harus ditingkatkan. Mekanisme konsultasi publik yang autentik, penggunaan platform digital untuk menampung aspirasi masyarakat, dan keterlibatan organisasi masyarakat sipil (CSO) dalam monitoring program pemerintah adalah ciri-ciri pemerintahan yang matang. Warga negara yang merasa didengar dan diikutsertakan akan memiliki rasa kepemilikan yang lebih besar terhadap proses memajukan bangsa.
Kepemimpinan transformatif juga berarti memiliki kemampuan untuk memproyeksikan visi jangka panjang yang jelas, bahkan melampaui masa jabatan politik. Visi untuk memajukan harus didasarkan pada konsensus nasional, sehingga program-program strategis tidak berganti setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan. Stabilitas kebijakan adalah prasyarat investasi dan kemajuan yang berkelanjutan.
Dalam konteks global, tata kelola yang baik berarti kepatuhan terhadap hukum internasional, partisipasi aktif dalam forum multilateral, dan promosi kepentingan nasional melalui diplomasi yang cerdas dan terukur. Indonesia harus terus memajukan perannya sebagai pemain kunci di Asia Tenggara dan di kancah global, memanfaatkan posisi geografis dan demografisnya untuk kepentingan ekonomi dan politik.
Pemerintah harus berinvestasi pada sistem pengumpulan dan analisis data yang canggih (evidence-based policy making). Keputusan kebijakan tidak boleh didasarkan pada asumsi atau kepentingan politik semata, tetapi pada data dan penelitian yang valid. Kemampuan untuk mengukur dampak kebijakan secara akurat adalah tanda kematangan tata kelola dan memastikan bahwa setiap rupiah anggaran dialokasikan untuk memajukan hasil yang nyata.
Upaya untuk memajukan tidak akan lengkap jika hanya berfokus pada aspek material. Kemajuan sejati mencakup ketahanan sosial, keharmonisan budaya, dan kesehatan mental masyarakat. Kekuatan suatu bangsa terletak pada kohesi sosialnya.
Modal sosial—yaitu kepercayaan, norma timbal balik, dan jaringan antar warga—adalah pelumas yang memperlancar jalannya mesin kemajuan. Inisiatif komunitas, semangat gotong royong, dan organisasi nirlaba harus didukung. Dalam masyarakat yang saling percaya, biaya transaksi ekonomi dan sosial akan menurun drastis, memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih produktif untuk memajukan tujuan bersama.
Pengetahuan dan kreativitas adalah sumber tak terbatas untuk memajukan potensi bangsa.
Budaya adalah identitas dan sumber kekuatan sebuah bangsa. Strategi memajukan harus mencakup pelestarian warisan budaya, baik yang takbenda maupun yang bendawi, sambil mendorong ekspresi budaya kontemporer. Mendukung seniman, penulis, dan pelaku industri kreatif adalah investasi yang menguatkan jati diri dan daya tarik global Indonesia.
Pendidikan multibahasa dan apresiasi terhadap keragaman suku dan agama harus ditanamkan sejak dini. Keharmonisan dalam keragaman (Bhinneka Tunggal Ika) adalah aset strategis yang harus dijaga dengan hati-hati. Konflik sosial dan intoleransi adalah beban yang sangat mahal dan secara instan akan menghambat laju memajukan. Toleransi harus dipandang sebagai prasyarat bagi kemajuan ekonomi dan politik.
Masyarakat yang sehat mental adalah masyarakat yang produktif dan mampu memajukan diri. Layanan kesehatan mental harus diintegrasikan ke dalam sistem kesehatan primer dan stigma seputar isu kesehatan mental harus dihilangkan. Investasi pada layanan konseling sekolah, dukungan psikososial, dan kampanye kesadaran publik adalah langkah-langkah yang menunjukkan bahwa negara peduli pada kesejahteraan holistik warganya.
Selain itu, penguatan peran keluarga sebagai unit sosial terkecil dan terpenting harus menjadi fokus. Keluarga yang stabil dan suportif menghasilkan individu yang resilien dan siap berkontribusi positif pada masyarakat. Program edukasi parenting, perlindungan anak, dan dukungan bagi keluarga rentan adalah investasi sosial yang fundamental untuk memajukan kualitas generasi mendatang.
Perlindungan hak-hak minoritas dan pemberdayaan perempuan adalah penanda kemajuan peradaban. Sebuah bangsa tidak dapat mengklaim diri telah memajukan jika separuh dari populasinya (perempuan) tidak memiliki akses penuh dan setara terhadap kesempatan pendidikan, ekonomi, dan politik. Kebijakan afirmasi, penghapusan diskriminasi, dan promosi kepemimpinan perempuan di semua sektor adalah keharusan mutlak.
Keadilan dan penegakan hukum yang imparsial adalah pilar fundamental ketahanan sosial. Warga negara harus memiliki keyakinan penuh bahwa hukum ditegakkan tanpa pandang bulu, terlepas dari kekayaan atau status sosial. Tanpa kepastian hukum, upaya investasi dan memajukan inisiatif akan terhambat oleh risiko dan ketidakpastian. Reformasi lembaga peradilan dan kepolisian harus terus dilakukan dengan tujuan utama memperkuat integritas dan profesionalisme.
Penguatan literasi media dan kemampuan membedakan fakta dan disinformasi (hoaks) adalah penting di era digital. Masyarakat yang mudah termakan hoaks rentan terhadap polarisasi dan konflik, yang merusak modal sosial. Program literasi media harus menjadi bagian dari kurikulum dan kampanye publik untuk membangun kewarganegaraan digital yang kritis dan bertanggung jawab.
Pada akhirnya, upaya untuk memajukan harus selalu mengedepankan humanisme dan etika. Pembangunan harus berpusat pada manusia, bukan sekadar angka-angka statistik. Ketika setiap individu merasa dihargai, dilindungi hak-haknya, dan diberikan kesempatan untuk berkembang, maka mereka akan memberikan kontribusi terbaik mereka, dan kemajuan yang dicapai akan bersifat substansial dan langgeng. Ini adalah puncak dari visi untuk memajukan peradaban.
Saat kita berbicara tentang memajukan bangsa, fokus seringkali tertuju pada jalan, pelabuhan, dan bandara. Namun, infrastruktur non-fisik, yaitu kerangka kerja hukum, standar kualitas, dan sistem data terintegrasi, memiliki dampak yang jauh lebih besar terhadap efisiensi jangka panjang. Misalnya, standarisasi regulasi perizinan di seluruh provinsi akan memangkas waktu tunggu investasi secara dramatis. Pembangunan satu platform data kependudukan yang akurat dan tunggal akan meningkatkan akurasi penyaluran bantuan sosial dan vaksinasi. Investasi pada standarisasi ini adalah investasi yang secara senyap tetapi fundamental memajukan kinerja negara.
Pertimbangkan pula pentingnya kerangka hukum kekayaan intelektual (HAKI). Untuk memajukan inovasi, para penemu, seniman, dan perusahaan harus yakin bahwa karya mereka akan dilindungi. Sistem HAKI yang kuat memberikan insentif ekonomi bagi kreativitas dan penelitian, mendorong investasi dalam R&D domestik. Tanpa perlindungan HAKI yang efektif, inovasi hanya akan dicuri atau tidak akan pernah dikembangkan, yang merupakan kerugian besar bagi upaya kemajuan nasional.
Strategi untuk memajukan posisi Indonesia di dunia harus mencakup diplomasi ekonomi yang cerdas. Ini berarti secara proaktif mencari perjanjian perdagangan bilateral dan multilateral yang menguntungkan, tidak hanya untuk ekspor komoditas, tetapi juga untuk membuka pasar bagi produk teknologi, jasa kreatif, dan tenaga kerja berketerampilan tinggi. Duta besar dan perwakilan perdagangan harus dilengkapi dengan target ekspor yang jelas dan keahlian negosiasi yang mumpuni. Mampu menempatkan produk nasional di pasar global adalah penanda keberhasilan upaya memajukan industri domestik.
Selain itu, diplomasi investasi harus fokus pada penarikan investasi yang membawa alih teknologi (technology transfer) dan menciptakan pekerjaan berkualifikasi tinggi, bukan sekadar investasi yang bersifat ekstraktif. Pemerintah harus selektif dan negosiatif, memastikan bahwa setiap FDI memberikan manfaat jangka panjang bagi peningkatan kapasitas dan keterampilan tenaga kerja lokal. Strategi ini adalah cara yang terukur untuk memajukan kualitas ekonomi, bukan hanya kuantitasnya.
Dalam konteks geopolitik yang kompleks, Indonesia harus memanfaatkan posisinya sebagai negara netral dan besar di Asia Tenggara untuk memediasi dan mempromosikan perdamaian regional. Stabilitas regional adalah prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Diplomasi yang sukses dalam menjaga perdamaian regional adalah kontribusi vital yang memungkinkan energi nasional dialihkan sepenuhnya untuk agenda memajukan di dalam negeri.
Kemiskinan dan ketimpangan yang bersifat struktural adalah hambatan moral dan praktis terbesar dalam upaya memajukan bangsa. Program pengentasan kemiskinan harus bergeser dari bantuan tunai semata menjadi pemberdayaan berkelanjutan. Ini mencakup pelatihan keterampilan, akses ke modal usaha mikro, dan dukungan mentorship bagi mereka yang ingin memulai usaha. Tujuannya adalah mengubah penerima bantuan menjadi pembayar pajak dan penggerak ekonomi.
Pajak progresif dan redistribusi kekayaan melalui layanan publik yang berkualitas (pendidikan dan kesehatan gratis/murah) adalah mekanisme yang sah dan efektif untuk mengurangi ketimpangan. Ketika kelompok rentan memiliki akses ke layanan dasar, mereka dapat berpartisipasi lebih aktif dan produktif dalam masyarakat. Keadilan sosial adalah fondasi yang harus dibangun sebelum lonjakan kemajuan ekonomi dapat dirayakan secara kolektif. Upaya untuk memajukan tidak boleh meninggalkan siapapun di belakang.
Isu kepemilikan lahan dan hak-hak adat juga harus diselesaikan secara adil. Konflik agraria yang berlarut-larut menghambat investasi dan menciptakan ketidakstabilan sosial. Pemerintah harus mengambil langkah tegas untuk memastikan hak-hak masyarakat adat diakui dan dilindungi, sehingga mereka dapat menjadi bagian aktif dalam upaya memajukan perekonomian lokal dan menjaga kelestarian lingkungan.
Untuk memajukan kualitas kebijakan publik, integrasi antara dunia akademis dan pembuat keputusan politik harus diperkuat. Para ahli dan peneliti harus dilibatkan sejak tahap perumusan masalah, bukan hanya untuk memberikan legitimasi setelah kebijakan diputuskan. Pembentukan think tank nasional yang independen dan didanai dengan baik, yang bertugas memberikan analisis kebijakan berbasis bukti, sangatlah penting. Kebijakan yang didukung oleh data dan riset ilmiah akan selalu lebih efektif dan berkelanjutan daripada kebijakan yang didasarkan pada populisme atau kepentingan sesaat.
Universitas harus didorong untuk melakukan penelitian terapan yang hasilnya dapat langsung diadopsi oleh industri atau pemerintah. Misalnya, penelitian di bidang energi terbarukan harus menghasilkan purwarupa yang siap dikomersialkan, bukan hanya publikasi jurnal. Mekanisme komersialisasi riset dari kampus ke pasar harus disederhanakan dan didukung pendanaan awal (seed funding). Ini adalah cara praktis untuk memastikan bahwa investasi pada ilmu pengetahuan secara langsung memajukan daya saing ekonomi.
Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi menyebabkan urbanisasi yang cepat, yang membawa tantangan sekaligus peluang. Kota-kota adalah mesin pertumbuhan ekonomi, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, mereka dapat menjadi sumber kemacetan, polusi, dan ketimpangan sosial yang parah. Strategi untuk memajukan kota harus berpusat pada pembangunan kota cerdas (smart cities) yang menggunakan data untuk mengelola lalu lintas, mengoptimalkan konsumsi energi, dan meningkatkan layanan publik.
Transportasi publik massal yang efisien, terintegrasi, dan terjangkau adalah prasyarat mutlak bagi kota yang berfungsi dengan baik. Investasi pada MRT, LRT, dan sistem bus cepat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, menurunkan emisi, dan meningkatkan kualitas hidup. Kota yang layak huni, yang menyediakan ruang hijau, fasilitas rekreasi, dan perumahan terjangkau, akan menarik talenta terbaik dan menjadi pusat yang kuat untuk memajukan ekonomi dan inovasi.
Pemerintah daerah harus diberikan insentif untuk mengadopsi praktik tata kelola terbaik dan berbagi pengetahuan tentang solusi perkotaan yang berhasil. Kompetisi yang sehat antar kota dalam hal pelayanan publik dan inovasi dapat menjadi katalisator kemajuan. Konsep 'kota satelit' yang terhubung dengan pusat utama melalui infrastruktur cepat juga penting untuk mendistribusikan pertumbuhan dan mengurangi beban di ibukota.
Stabilitas dan keamanan adalah fondasi tak terpisahkan dari kemajuan. Upaya memajukan harus mencakup modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan pengembangan industri pertahanan domestik yang mandiri. Ketergantungan pada impor senjata adalah kerentanan strategis. Investasi dalam riset pertahanan dan kerjasama dengan industri teknologi lokal dapat menciptakan sinergi yang kuat, menghasilkan teknologi dual-use (sipil dan militer) yang bermanfaat bagi seluruh perekonomian.
Keamanan siber, sebagai garis depan pertahanan di era digital, harus diperkuat. Pembentukan unit-unit siber yang terlatih di semua lini pemerintahan dan infrastruktur kritis adalah keharusan. Perlindungan terhadap serangan siber pada bank, pembangkit listrik, dan sistem telekomunikasi adalah tugas krusial yang memastikan bahwa laju memajukan tidak terganggu oleh ancaman digital.
Mengingat luasnya wilayah Indonesia, strategi untuk memajukan pendidikan harus secara serius mengadopsi model pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan gabungan (blended learning). Pengalaman pandemi menunjukkan bahwa teknologi dapat menjangkau siswa di mana saja. Namun, keberhasilan model ini bergantung pada pelatihan guru yang memadai dalam pedagogi digital dan penyediaan perangkat keras yang terjangkau bagi siswa kurang mampu. Pembelajaran yang fleksibel memungkinkan pekerja, ibu rumah tangga, dan masyarakat di daerah terpencil untuk terus meningkatkan kualifikasi mereka, memperluas basis talenta yang siap memajukan bangsa.
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang kritis dan berani mengawasi pemerintahnya. Untuk memajukan transparansi dan akuntabilitas, pemerintah harus memfasilitasi kebebasan pers yang bertanggung jawab, memberikan akses yang mudah terhadap informasi publik, dan melindungi pelapor (whistleblower) yang mengungkap praktik korupsi. Media massa yang independen dan kuat adalah pilar penting demokrasi dan penjaga moralitas publik, yang mencegah penyalahgunaan kekuasaan yang dapat menghambat kemajuan.
Organisasi masyarakat sipil (CSO) harus dipandang sebagai mitra strategis, bukan sebagai oposisi. Mereka sering kali memiliki keahlian dan akses unik ke kelompok masyarakat yang sulit dijangkau oleh pemerintah. Keterlibatan CSO dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembangunan adalah cara efektif untuk memastikan bahwa kebijakan yang dibuat benar-benar responsif terhadap kebutuhan rakyat dan efektif dalam upaya memajukan kesejahteraan.
Akhirnya, upaya memajukan harus disertai dengan revitalisasi etika kerja dan nilai-nilai kemanusiaan. Budaya instan, yang mencari hasil cepat tanpa proses yang benar, adalah racun bagi kemajuan berkelanjutan. Penanaman nilai-nilai seperti ketekunan, kejujuran, disiplin, dan menghargai proses adalah esensial. Kampanye nasional tentang pentingnya etos kerja yang tinggi, didukung oleh teladan dari para pemimpin di semua tingkatan, akan menciptakan masyarakat yang secara intrinsik termotivasi untuk bekerja keras dan memajukan diri mereka sendiri serta lingkungannya.
Kita harus melawan tren yang mengutamakan keuntungan di atas segalanya. Etika bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan harus menjadi norma. Perusahaan yang berkontribusi pada pembangunan komunitas, yang memperlakukan pekerja dengan adil, dan yang melindungi lingkungan, adalah motor kemajuan sejati. Dengan menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dan keberlanjutan sebagai prioritas, kemajuan yang kita capai akan menjadi kemajuan yang bermakna dan abadi.
Semua pilar ini, ketika dilaksanakan secara serempak dan sinergis, menciptakan daya ungkit yang luar biasa. Kemajuan adalah sebuah ekosistem; menguatkan satu bagian akan memberikan energi pada bagian yang lain. Ini membutuhkan komitmen politik, kecerdasan strategis, dan, yang terpenting, kehendak kuat dari seluruh rakyat untuk berkolaborasi dan bergotong royong dalam proyek besar memajukan Indonesia menuju puncak peradaban global yang disegani dan berkeadilan.