Melur, atau nama saintifiknya Jasminum sambac, adalah lebih dari sekadar tumbuhan. Ia adalah simbol kesucian, keanggunan, dan warisan budaya yang tak terpisahkan dari denyut nadi peradaban Asia, khususnya di kawasan Nusantara. Keharumannya yang lembut namun memikat telah menjadikannya ikon dalam upacara adat, obat tradisional, hingga industri parfum dunia. Artikel ini menyajikan eksplorasi mendalam mengenai keajaiban melur, mulai dari struktur botani terkecil hingga peran kolosalnya dalam sejarah dan ekonomi global.
Klasifikasi botani menempatkan melur dalam famili Oleaceae, yang dikenal memiliki anggota dengan bunga-bunga beraroma khas. Meskipun sering disebut sebagai 'melati' secara umum di Indonesia, J. sambac memiliki ciri khas yang membedakannya dari spesies melati lainnya seperti J. officinale (Common Jasmine) atau J. grandiflorum (Royal Jasmine). Melur dikenal sebagai semak atau liana tegak yang mampu tumbuh hingga 0.5 hingga 3 meter tingginya, tergantung pada kultivar dan kondisi pertumbuhannya.
Secara taksonomi, melur diklasifikasikan sebagai berikut:
Meskipun melur kini tersebar luas di seluruh zona tropis dan subtropis, para ahli botani meyakini asal usulnya berada di wilayah kaki pegunungan Himalaya bagian timur, kemungkinan besar di daerah yang kini mencakup India atau Bhutan. Penyebarannya ke Asia Tenggara, termasuk Nusantara, terjadi melalui jalur perdagangan kuno dan migrasi budaya, jauh sebelum era modern.
Daun melur adalah salah satu ciri pembeda utamanya. Daunnya bersifat tunggal, duduk berpasangan atau terkadang dalam kelompok tiga pada ruas batang, berbentuk oval atau elips, dan memiliki ujung runcing. Permukaan daun berwarna hijau tua mengilap, tebal, dan sedikit berambut halus pada urat bawahnya. Tekstur daun yang tebal ini membantu melur bertahan dalam kondisi panas dan kering. Batangnya cenderung berkayu, berbentuk bulat, dan berwarna cokelat muda hingga abu-abu ketika tua. Struktur perakaran melur adalah perakaran serabut yang kuat, memungkinkannya menambat dengan baik di tanah berpasir atau lempung.
Bunga adalah bagian melur yang paling berharga. Bunga melur tumbuh bergerombol di ujung ranting (terminal) dalam cymes 3 hingga 12 kuntum. Bunga-bunga ini umumnya berwarna putih murni, meskipun ada kultivar yang menampilkan sedikit semburat krem. Diameter bunganya berkisar antara 2 hingga 3 sentimeter.
Salah satu kekayaan J. sambac terletak pada variasi morfologi bunganya, yang sering dijadikan dasar pengelompokan kultivar. Variasi ini terkait erat dengan jumlah dan susunan kelopak (petal):
Mekarnya bunga melur biasanya terjadi pada malam hari hingga pagi, dan keharumannya paling kuat terlepas saat fajar, sebuah fenomena biologis yang terkait erat dengan penyerbukan oleh ngengat nokturnal.
Melur adalah tanaman yang sangat responsif terhadap siklus cahaya dan suhu. Untuk dapat berbunga secara optimal, melur membutuhkan periode sinar matahari penuh minimal enam jam sehari. Proses pembungaan (anthesis) dipercepat oleh perbedaan suhu yang signifikan antara siang dan malam. Di daerah tropis, melur dapat berbunga hampir sepanjang tahun, menjadikannya sumber minyak esensial yang stabil. Periode dormansi, jika ada, biasanya singkat dan dipicu oleh musim kemarau ekstrem atau penurunan suhu yang tidak biasa.
Produksi senyawa aromatik pada melur terjadi melalui jalur biosintetik yang kompleks, terutama dalam sel-sel kelenjar di mahkota bunga. Senyawa utama seperti Benzyl acetate, Linalool, dan Jasmone diproduksi menjelang senja dan dilepaskan ke udara saat bunga mekar, sebuah strategi evolusioner untuk menarik penyerbuk yang aktif di malam hari. Tingkat produksi dan konsentrasi senyawa ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kelembaban, intensitas cahaya, dan ketersediaan nutrisi di tanah.
Perjalanan melur dari India kuno hingga menjadi salah satu dari Tiga Puspa Bangsa Indonesia (bersama Anggrek Bulan dan Padma Raksasa) adalah kisah yang kaya akan interaksi budaya, spiritualitas, dan seni. Di Nusantara, melur tidak hanya tumbuh liar atau dibudidayakan; ia telah meresap ke dalam kain tradisi masyarakat, dari lahir hingga wafat.
Pada tahun 1990-an, melur (Melati Putih) secara resmi ditetapkan sebagai "Puspa Bangsa" Indonesia. Penetapan ini bukan tanpa alasan. Melur melambangkan kesucian (karena warnanya yang putih bersih), keanggunan, dan ketulusan. Simbolisme ini sangat kuat, terutama dalam tradisi Jawa dan Sunda, di mana bunga ini digunakan dalam hampir setiap upacara penting.
Pemanfaatan melur dalam pernikahan adat adalah puncak dari simbolismenya. Rangkaian melur, yang sering disebut ronce melati, memiliki makna mendalam:
Selain pernikahan, melur juga memegang peranan penting dalam ritual yang lebih spiritual. Dalam tradisi kejawen, melur sering digunakan sebagai sesajen (persembahan) bersama kembang setaman lainnya. Keharumannya dipercaya dapat memanggil arwah leluhur atau menciptakan suasana yang khusyuk dan sakral.
Pada upacara pemakaman, menaburkan bunga melur di atas pusara (nyekar) adalah praktik umum yang melambangkan penghormatan terakhir dan doa untuk ketenangan arwah. Bunga melur di sini mewakili transisi, kesucian yang kembali kepada Sang Pencipta, dan ingatan yang murni terhadap yang telah meninggal.
Keharuman melur yang puitis telah menginspirasi banyak seniman dan penulis. Dalam sastra Melayu klasik dan puisi-puisi Indonesia modern, melur sering digunakan sebagai metafora untuk kecantikan, kemurnian wanita, atau nostalgia. Dalam seni rupa, motif melur menjadi pola dasar yang populer dalam batik. Motif Ceplok Melati atau Parang Rusak Melati menggabungkan keindahan geometris tradisional dengan representasi bunga melur, mencerminkan harmoni antara alam dan tradisi.
Bahkan dalam tarian tradisional, gerakan gemulai penari sering diibaratkan selembut kelopak melur yang jatuh. Kehadiran fisik dan aroma melur adalah elemen koreografi yang tak terpisahkan dalam banyak pertunjukan seni budaya di Jawa, Bali, dan Sumatera.
Nilai komersial tertinggi melur terletak pada minyak esensialnya, yang dikenal sebagai salah satu yang paling mahal di dunia, bahkan setara dengan minyak mawar atau neroli. Dibutuhkan beberapa ton kuntum melur segar untuk menghasilkan satu kilogram minyak murni, menjelaskan harganya yang fantastis dan kehati-hatian dalam proses pemanenan dan ekstraksi.
Keharuman melur bukanlah hasil dari satu senyawa, melainkan perpaduan kompleks ratusan molekul volatil. Senyawa-senyawa ini menghasilkan aroma yang kaya: floral, manis, sedikit buah-buahan, dan memiliki nada yang dalam (indolic) yang memberikan kesan hangat dan sensual. Analisis kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) menunjukkan beberapa komponen utama:
Interaksi kompleks antar molekul inilah yang membuat aroma melur alami sulit ditiru sepenuhnya oleh senyawa sintetik, meski telah ada upaya besar dalam industri parfum untuk mereplikasi Jasmone.
Pemanenan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Bunga melur dipetik sebelum atau tepat saat fajar, ketika konsentrasi minyak esensial di kelopak mencapai puncaknya. Petani harus bekerja cepat, memetik kuntum secara individu dan meletakkannya dalam keranjang berlapis kain untuk mencegah memar dan kehilangan minyak. Pemanenan yang buruk dapat mengurangi hasil rendemen dan mengubah profil aroma secara signifikan, karena proses oksidasi dimulai segera setelah bunga dipetik.
Karena kelopak melur sangat halus dan minyaknya mudah rusak oleh panas, metode penyulingan uap (steam distillation) yang umum digunakan untuk minyak lain tidak efektif. Dua metode utama digunakan untuk mendapatkan ekstrak melur yang berkualitas tinggi:
Metode kuno yang menggunakan lemak hewani atau nabati yang dimurnikan (biasanya lemak babi atau lemak sapi, atau minyak nabati padat) untuk menyerap minyak esensial. Kelopak bunga diletakkan di atas lapisan lemak yang tersebar di bingkai kaca (châssis). Bunga diganti setiap 24-72 jam selama beberapa minggu, sampai lemak jenuh dengan aroma (disebut 'Pomade'). Pomade ini kemudian dicuci dengan alkohol untuk menghasilkan "Absolute" melur. Meskipun hasilnya sangat murni, proses ini sangat memakan waktu dan mahal, sehingga kini jarang digunakan untuk skala industri besar, kecuali oleh produsen niche yang mencari kualitas tertinggi.
Ini adalah metode industri modern yang paling umum. Kuntum bunga segar dicampur dengan pelarut kimia (seperti heksana, petroleum eter, atau etanol). Pelarut melarutkan semua zat volatil dan lilin dalam bunga. Hasilnya adalah massa padat yang disebut "Concrete" (Kasar). Concrete ini kemudian dicuci ulang dengan etanol murni (alkohol) untuk menghilangkan lilin, meninggalkan cairan kental yang sangat terkonsentrasi yang disebut "Absolute" melur. Absolute ini adalah bentuk minyak melur yang paling banyak diperdagangkan di pasar global.
Aplikasi melur melampaui keindahan visual dan ritual. Sejak ribuan tahun lalu, ia telah diakui karena khasiat terapeutiknya dan kemampuannya memperkaya rasa makanan dan minuman. Pemanfaatan melur adalah cerminan kearifan lokal yang menggabungkan estetika dengan fungsi praktis.
Dalam pengobatan Ayurveda dan jamu Nusantara, melur memiliki reputasi sebagai obat penenang (sedatif) dan anti-inflamasi. Bagian yang digunakan tidak hanya bunga, tetapi juga akar dan daunnya.
Penelitian modern telah mulai memvalidasi klaim-klaim ini, khususnya mengenai efek minyak melur pada peningkatan suasana hati dan efek sedatif ringan, menjadikannya populer dalam praktik aromaterapi klinis.
Di seluruh Asia, melur adalah bahan baku penting dalam seni pencitarasaan, terutama dalam teh dan manisan.
Teh melati, yang paling populer adalah teh hijau yang diberi aroma melur, berasal dari Tiongkok dan telah menjadi minuman global. Proses pembuatan teh melati adalah seni presisi. Daun teh berkualitas tinggi (biasanya teh hijau) disimpan bersama bunga melur yang baru dipetik. Bunga-bunga dilepaskan dan mengeluarkan aroma mereka, yang kemudian diserap oleh daun teh. Proses ini dapat diulang hingga tujuh kali untuk mendapatkan intensitas aroma yang diinginkan. Setelah penyerapan, bunga melur (yang sudah layu) sering dipisahkan dari daun teh, meskipun beberapa produsen membiarkan bunga kering di dalamnya untuk estetika. Rasa teh melati yang dihasilkan adalah perpaduan antara astringen teh hijau dengan aroma floral yang manis dan lembut.
Di Nusantara, melur digunakan untuk membuat sirup atau air gula yang dicampur dengan manisan tradisional seperti dodol atau wajik, memberikan dimensi rasa yang unik. Melur juga digunakan sebagai penyedap dalam minuman berbasis santan dan air kelapa.
Melur adalah salah satu 'bahan baku dewa' dalam perfumerie, bersama dengan mawar dan sandalwood. Minyak melur (Jasmine Absolute) sangat penting karena dua alasan:
Sebagian besar parfum klasik dan modern yang dianggap ikonik, terutama parfum wanita, mengandung setidaknya sejumlah kecil ekstrak melur. Kehadiran indole memberikan sisi misterius dan sensual yang sering dicari dalam wewangian premium.
Mengingat permintaan yang terus meningkat untuk bunga segar dan minyak esensialnya, budidaya melur yang efisien sangat penting. Meskipun melur adalah tanaman tropis yang tangguh, mencapai hasil panen kuntum berkualitas tinggi memerlukan pemahaman mendalam tentang kebutuhan ekologis dan teknik perawatan spesifik.
Melur berkembang optimal di daerah tropis dataran rendah hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Suhu ideal untuk pertumbuhan vegetatif adalah antara 20°C hingga 30°C. Curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000 hingga 2500 mm per tahun. Yang paling krusial adalah kebutuhan sinar matahari. Melur membutuhkan paparan sinar matahari penuh (full sun) setidaknya 6 jam sehari untuk memaksimalkan produksi bunga. Kurangnya sinar matahari akan menghasilkan tanaman yang rimbun daun tetapi minim bunga.
Melur tidak rewel, tetapi tanah yang ideal adalah lempung berpasir yang kaya bahan organik, memiliki drainase sangat baik, dan pH netral hingga sedikit asam (pH 6.0–7.0). Tanah yang tergenang air adalah musuh utama melur, karena dapat menyebabkan busuk akar dengan cepat. Sebelum penanaman skala besar, pengolahan tanah harus mencakup penggemburan yang dalam dan penambahan pupuk kandang atau kompos untuk memperbaiki struktur dan kesuburan.
Perbanyakan melur paling sering dilakukan secara vegetatif karena ini memastikan pewarisan sifat kultivar yang diinginkan (misalnya, kultivar 'Grand Duke' harus diperbanyak secara vegetatif). Perbanyakan dengan biji jarang dilakukan karena hasilnya tidak konsisten.
Ini adalah metode paling populer. Stek diambil dari batang yang setengah tua (semi-hardwood), dengan panjang sekitar 15-20 cm dan memiliki 3-4 mata tunas. Stek dicelupkan ke dalam hormon perangsang akar (IBA atau NAA) dan ditanam di media pasir atau campuran sekam bakar dan cocopeat. Keberhasilan stek sangat tinggi jika diletakkan di bawah naungan dengan kelembaban tinggi.
Metode ini menghasilkan tanaman yang lebih besar dan lebih cepat berbuah. Cabang yang sehat dikupas kulitnya, dibungkus dengan media yang lembab (moss atau cocopeat), dan ditutup plastik. Akar akan muncul dalam 4–8 minggu, dan cabang dapat dipotong dan ditanam sebagai individu baru.
Setelah mapan, melur membutuhkan penyiraman teratur, terutama selama musim kemarau. Namun, biarkan permukaan tanah sedikit kering di antara sesi penyiraman. Pemupukan harus berimbang. Selama fase pertumbuhan vegetatif (daun), pupuk NPK seimbang atau pupuk kaya nitrogen (N) diaplikasikan. Untuk mendorong pembungaan yang lebat, transisi ke pupuk kaya Fosfor (P) dan Kalium (K) sangat penting. Pupuk organik cair juga direkomendasikan untuk menjaga kualitas tanah.
Pemangkasan adalah kunci untuk memastikan melur berbunga lebat dan menjaga bentuknya. Melur berbunga pada tunas baru, sehingga pemangkasan berat biasanya dilakukan setelah musim panen utama berakhir (atau pada awal musim hujan). Pemangkasan melibatkan pemotongan cabang-cabang tua, lemah, atau yang tumbuh terlalu rapat. Teknik ini merangsang pertumbuhan tunas lateral baru, yang akan menjadi tempat munculnya bunga.
Meskipun Melur relatif kuat, ia rentan terhadap beberapa hama dan penyakit yang dapat mengurangi hasil panen secara drastis:
Manajemen terpadu hama dan penyakit (IPM) adalah pendekatan terbaik, mengutamakan pencegahan melalui sanitasi kebun dan pemeliharaan kesehatan tanaman.
Genus Jasminum terdiri dari sekitar 200 spesies, dan meskipun J. sambac (Melur) adalah yang paling penting secara budaya di Asia Tenggara, ada beberapa variasi dalam spesies itu sendiri dan kerabat dekatnya yang juga penting dalam perdagangan dan botani.
Kultivar melur biasanya dibedakan berdasarkan bentuk bunga, produktivitas, dan intensitas aroma:
Sering terjadi kebingungan antara melur (J. sambac) dan spesies melati lainnya yang juga umum ditemukan:
Spesies ini biasanya merupakan tanaman merambat yang tumbuh di iklim yang lebih sejuk. Bunga-bunga J. officinale cenderung lebih kecil dan memiliki empat kelopak (bukan lima hingga sembilan seperti melur), dan aromanya lebih segar, kurang 'manis' atau 'indolic' dibandingkan melur. Minyaknya juga diperdagangkan, tetapi profil kimianya berbeda.
Tanaman ini menghasilkan bunga yang lebih besar dan sering digunakan di India dan Mesir untuk produksi Absolute. Aromanya sangat kuat, sering kali memiliki nada lilin yang lebih menonjol daripada melur. Di Indonesia, bunga ini jarang digunakan dalam ritual tradisional dibandingkan melur.
Perdagangan melur menyumbang miliaran dolar setiap tahun, sebagian besar didorong oleh industri parfum dan teh mewah. Indonesia, bersama dengan India, Mesir, dan Tiongkok, adalah pemain kunci dalam pasar ini. Namun, produksi melur menghadapi tantangan signifikan di era modern.
Minyak esensial melur adalah komoditas berharga. Harga Absolute melur dapat mencapai puluhan ribu dolar per kilogram, menjadikannya target utama untuk inovasi dan imitasi. Mayoritas minyak melur dunia digunakan oleh segmen parfum mewah (fine fragrance). Kualitas minyak sangat tergantung pada lokasi geografis dan metode ekstraksi, dengan melur yang diproduksi di Grasse (Prancis, meskipun bahan bakunya dari Mesir/India/Indonesia) atau India sering dianggap sebagai standar emas.
Produksi massal melur menghadapi dilema lingkungan dan sosial:
Untuk mengatasi hal ini, praktik pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) yang mencakup rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan air yang efisien mulai diterapkan secara luas di sentra-sentra produksi melur.
Penelitian terus berlanjut untuk mengembangkan kultivar melur yang lebih tahan terhadap penyakit dan memiliki rendemen minyak esensial yang lebih tinggi tanpa mengorbankan profil aromatik alaminya. Melalui bioteknologi, ilmuwan berupaya memahami gen yang bertanggung jawab untuk produksi Jasmone, dengan harapan dapat mengoptimalkan produksi senyawa kunci ini, baik di tanaman maupun melalui fermentasi rekayasa genetik, meskipun opsi yang terakhir ini masih kontroversial dalam industri "natural" fragrance.
Melur (Jasminum sambac) adalah mahakarya alam yang terjalin erat dengan identitas Asia Tenggara. Dari kekayaan morfologi bunganya yang bervariasi—mulai dari Maid of Orleans yang sederhana hingga Grand Duke yang mewah—hingga peran sentralnya sebagai Puspa Bangsa yang melambangkan kesucian dan keagungan, melur terus menghidupkan tradisi dan upacara adat di seluruh Nusantara. Setiap kuntum melur yang dipetik bukan hanya komoditas berharga di pasar global, melainkan pembawa kisah sejarah, mitologi, dan kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.
Keharumannya yang kompleks, yang tersusun dari molekul-molekul Benzyl acetate, Linalool, dan Jasmone, menjadikannya tak tergantikan dalam industri parfum dan kuliner, khususnya teh melati. Sementara tantangan budidaya dan keberlanjutan menanti, nilai intrinsik dan keindahan abadi melur memastikan bahwa bunga kecil berwarna putih ini akan terus menjadi simbol kemewahan alami, ketulusan, dan kekayaan warisan budaya untuk generasi mendatang.
Memelihara melur adalah memelihara tradisi. Keberadaannya adalah pengingat bahwa keindahan sejati seringkali ditemukan dalam kesederhanaan dan kemurnian yang tak tertandingi, seperti keharuman bunga melur yang lembut namun mendominasi di malam hari.
Untuk memahami mengapa melur begitu mahal dan sulit disintesis, kita harus melihat lebih dekat pada mekanisme di tingkat molekuler. Aroma melur, khususnya pada J. sambac, adalah produk dari dua jalur biosintesis utama: Jalur Shikimate dan Jalur Mevalonate (Mevalonic Acid Pathway, MVA).
Banyak komponen volatil melur adalah turunan dari asam fenilasetat dan triptofan, yang merupakan produk dari Jalur Shikimate. Misalnya, Benzyl Acetate, komponen paling melimpah, berasal dari asam fenilasetat. Jalur ini melibatkan serangkaian reaksi enzimatik di mana prekursor asam amino diubah menjadi alkohol, dan kemudian melalui esterifikasi, menjadi senyawa volatil yang kita kenal. Kecepatan dan efisiensi jalur ini sangat dipengaruhi oleh enzim terminal, yang sensitif terhadap suhu dan jam biologis tanaman (circadian rhythm). Ini menjelaskan mengapa melur harus dipanen pada dini hari, karena enzim-enzim ini paling aktif dalam memproduksi dan melepaskan volatil pada periode tersebut.
Jasmone, inti dari kehangatan aroma melur, adalah molekul siklik yang merupakan turunan dari asam lemak melalui Jalur Oksilipin. Jalur ini dimulai dengan oksidasi asam linolenat, menghasilkan asam jasmonat. Asam jasmonat pada awalnya dikenal sebagai hormon tanaman yang terlibat dalam respon stres dan pertahanan, tetapi ia juga merupakan prekursor langsung dari jasmone. Peran ganda asam jasmonat sebagai sinyal stres dan prekursor aroma menunjukkan adanya hubungan evolusioner antara pertahanan tanaman dan daya tarik penyerbuk. Produksi Jasmone membutuhkan energi signifikan, dan penelitian menunjukkan bahwa tanaman melur yang sedikit stres (misalnya, di bawah cahaya terang) mungkin menghasilkan profil aroma yang lebih kaya Jasmone.
Indole, meskipun hanya merupakan komponen minor, sangat penting untuk karakter melur yang 'realistis'. Indole memberikan sentuhan "kotor" atau "hewani" yang membedakan melur alami dari imitasi sintetik yang cenderung terlalu manis dan flat. Indole sendiri adalah senyawa heterosiklik yang berasal dari triptofan. Karena ia juga diproduksi oleh bakteri, bau indole sering diasosiasikan dengan bahan organik yang membusuk dalam konsentrasi tinggi. Namun, dalam konsentrasi rendah, ia berintegrasi sempurna dengan aroma floral manis, memberikan kedalaman yang menakjubkan. Mengontrol jumlah indole dalam parfum adalah tantangan utama; terlalu sedikit, aroma menjadi lemah; terlalu banyak, parfum menjadi tidak menyenangkan.
Meskipun melur adalah Puspa Bangsa Indonesia, signifikansinya meluas melintasi seluruh Asia Tenggara, meskipun dengan nama dan praktik ritual yang sedikit berbeda. Kehadiran melur di berbagai budaya regional memperkuat posisinya sebagai bunga tropis universal yang sarat makna.
Di Malaysia dan Singapura, J. sambac juga dikenal sebagai "Bunga Melati". Simbolismenya sangat mirip dengan Indonesia, mewakili kesucian, kelembutan, dan keindahan feminin. Melati sering digunakan dalam upacara pernikahan Melayu tradisional, baik sebagai hiasan rambut maupun sebagai bagian dari sesajian. Minyak melati juga digunakan dalam pengobatan tradisional Melayu untuk ramuan pendingin tubuh dan minyak urut.
Di Filipina, J. sambac dikenal sebagai Sampaguita, dan, serupa dengan Indonesia, Sampaguita ditetapkan sebagai Bunga Nasional Filipina. Namanya diyakini berasal dari kata "Sumpa kita" (Aku bersumpah kepadamu), merujuk pada kesetiaan abadi. Sampaguita dirangkai menjadi kalung (leis) yang diberikan kepada tamu kehormatan, tokoh agama, atau diletakkan di patung-patung religius. Hal ini menunjukkan peran melur sebagai perwujudan penghormatan dan kesucian spiritual.
Di Thailand, melur (disebut "Malika") terkait erat dengan Hari Ibu. Bunga melur melambangkan kasih sayang ibu karena warnanya yang putih bersih melambangkan cinta yang murni dan tanpa syarat, sementara aromanya melambangkan keabadian. Oleh karena itu, Malika sangat populer untuk hadiah pada perayaan Hari Ibu. Selain itu, melur sering digunakan dalam kreasi rangkaian bunga rumit (phuang malai) yang disajikan di kuil-kuil atau sebagai hiasan pada kendaraan.
Di Kamboja dan Vietnam, melur juga digunakan sebagai teh herbal dan sebagai elemen dalam upacara-upacara keagamaan Buddha, sering diletakkan di altar sebagai persembahan keharuman kepada dewa dan Buddha. Di Vietnam, teh melati (Trà Lài) adalah minuman sehari-hari yang sangat dihargai karena khasiatnya yang menenangkan.
Kesamaan penggunaan dan simbolisme melur di seluruh wilayah ini menunjukkan bahwa melur bukan hanya tanaman endemik lokal, melainkan penghubung budaya yang melintasi batas-batas politik, menyatukan masyarakat melalui keharuman dan simbolisme kesuciannya yang universal.
Teh melati (Jasmine Tea) adalah contoh sempurna dari bagaimana melur meningkatkan nilai komoditas lain. Pembuatan teh melati premium adalah proses yang sangat detail, memakan waktu, dan sangat dipengaruhi oleh pemilihan bahan baku teh dan melur.
Meskipun teh melati dapat dibuat dengan teh hitam atau oolong, teh hijau adalah pilihan klasik. Idealnya, teh harus dipetik pada awal musim semi, menghasilkan daun yang lebih lembut dan lebih sedikit astringen. Teh hijau yang digunakan harus memiliki kemampuan penyerapan aroma yang tinggi tanpa mendominasi rasa. Tingkat penyerapan aroma bergantung pada struktur fisik daun teh—daun yang digulung (seperti jenis Pearl Jasmine atau Dragon Pearl) menawarkan permukaan yang optimal untuk menangkap molekul volatil melur.
Pengharuman adalah langkah kritis. Proses ini terjadi di malam hari, ketika bunga melur mekar dan melepaskan aroma terkuatnya. Lapisan daun teh dan lapisan bunga melur ditumpuk secara bergantian. Suhu dan kelembaban harus dikontrol ketat. Kelembaban terlalu rendah, bunga tidak melepaskan aroma; kelembaban terlalu tinggi, teh akan rusak. Selama 10-12 jam semalam, teh "menarik" keharuman dari melur.
Untuk teh melati berkualitas tertinggi, proses pengharuman ini diulang. Teh yang paling mewah dapat melalui "tujuh kali pengharuman" (seven scentings). Setiap sesi pengharuman membutuhkan pasokan bunga melur segar baru. Setiap kali proses diulang, aroma melur menjadi lebih dalam dan terintegrasi dengan rasa teh. Setelah proses selesai, bunga yang sudah layu biasanya disaring keluar dari teh untuk mencegah rasa pahit atau rasa "terlalu kotor" dari Indole yang berlebihan. Bunga yang tersisa hanyalah bunga dari sesi terakhir untuk estetika, dan ini biasanya dari jenis 'Maid of Orleans' yang ringkas.
Dalam produksi massal, terkadang digunakan penyemprotan ekstrak melur sintetik atau alami (Absolute) langsung pada daun teh. Meskipun ini menghasilkan aroma yang cepat dan murah, kualitas rasa yang terintegrasi (seperti yang dihasilkan dari metode pengharuman alami) tidak dapat tercapai. Teh yang diberi aroma secara alami memiliki nuansa rasa yang berkembang saat diseduh, sementara teh yang disemprot cenderung memiliki aroma yang kuat tetapi rasa yang datar.
Keberhasilan budidaya melur tidak berhenti pada pertumbuhan tanaman yang sehat, tetapi sangat bergantung pada pengelolaan panen dan pasca panen yang tepat, terutama karena bunga melur sangat mudah rusak (highly perishable).
Waktu panen adalah faktor penentu kualitas minyak esensial. Bunga melur harus dipanen saat masih dalam keadaan kuncup putih yang sedikit terbuka (tight bud state) atau baru saja mekar, biasanya antara pukul 4 pagi hingga 8 pagi. Pemanenan setelah matahari meninggi akan menyebabkan sebagian besar minyak esensial menguap, menurunkan rendemen secara drastis.
Segera setelah dipanen, bunga melur harus ditangani dengan cepat untuk mempertahankan aroma dan mencegah pemanasan (self-heating), yang dapat merusak kualitas. Bunga tidak boleh ditumpuk terlalu tebal.
Pengelolaan pasca panen yang ketat inilah yang membedakan produsen melur berkualitas tinggi yang melayani industri parfum mewah dari produsen biasa. Setiap detail, mulai dari suhu penyimpanan hingga material wadah, sangat memengaruhi output kimia akhir.
Melur tidak hanya dihargai secara botani dan komersial, tetapi juga memiliki akar yang dalam dalam mitologi dan cerita rakyat Asia, sering kali diasosiasikan dengan dewa-dewa cinta dan kecantikan.
Di India, tempat asal melur, bunga ini sering dikaitkan dengan Kama, dewa cinta dan nafsu. Panah Kama dikatakan dihiasi dengan lima bunga yang berbeda, salah satunya adalah melur. Keharuman melur dipercaya dapat membangkitkan gairah dan emosi cinta. Dalam upacara pemujaan (puja), melur adalah persembahan penting untuk Dewi Lakshmi dan Dewa Wisnu, melambangkan kesucian dan kemakmuran.
Di Nusantara, terdapat banyak dongeng yang menjelaskan asal usul keharuman melur yang memikat. Salah satu legenda menceritakan tentang seorang putri raja yang sangat cantik namun rendah hati. Setelah kematiannya, ia menjelma menjadi bunga putih yang harumnya abadi, melambangkan bahwa kecantikan sejati berasal dari hati yang suci (putih) dan kebaikan (harum). Cerita-cerita rakyat ini memperkuat penggunaan melur dalam pernikahan, di mana pengantin wanita diharapkan mencontoh sifat-sifat mulia sang putri.
Melur juga memiliki sejarah panjang di Persia kuno. Ia diimpor melalui Jalur Sutra dan sangat dihargai dalam taman kerajaan. Kata "Yasmin" (yang menjadi Jasmine) berasal dari bahasa Persia, artinya "hadiah dari Tuhan." Hal ini menunjukkan bagaimana melur dilihat sebagai anugerah alam yang suci dan berharga, menggarisbawahi keindahan dan kemewahan yang melekat padanya sejak awal penyebarannya di luar wilayah asalnya.